CK- 27

554 67 62
                                    

Setelah kejadian Jiho mengungkapkan perasaannya itu, Jaehwan tidak tau harus bagaimana jadi ia memutuskan untuk diam. Setelah meminta waktu untuk memikirkannya, tentu saja.

Ia diantarkan kembali ke kantornya oleh Jiho sekaligus pamit untuk pergi. Jaehwan hanya bisa mengangguk sambil berpesan "berhati-hatilah" kepada mantan seniornya itu.

"Kenapa melamun?"

Jaehwan terlonjak mendengar suara Daniel dari arah depan. Oh, bahkan Jaehwan baru sadar jika sekarang ia tengah dalam perjalanan pulang bersama Daniel dan Woojin.

"Oh... Bukan kenapa-napa"

"Jaehwan-hyung aneh sekali hari ini" komentar Woojin.

"Apa yang kalian lakukan?" sosor Daniel.

"Pertanyaanmu ambigu, Tuan Kang" Jaehwan menjawab sambil mendengus.

"Ambigu, atau pertanyaanku benar?"

Jaehwan menggusak rambutnya kesal tapi ia tidak mengalihkan pandangannya dari luar jendela.

"Mungkin Jiho-hyung ingin menciumnya tapi tidak jadi" oh, Woojin minta di tampar sepertinya.

"Benar juga. Aw, kasihan sekali adegan kisseu-nya gagal" Daniel malah ikut-ikutan dan tertawa jahil.

Jaehwan memutar bola mata kesal tapi bersikukuh tidak akan menanggapi ucapan kedua sahabatnya itu. Ia tidak ingin mrmberitahu keduanya saat ini, karena ia sendiri sibuk mempertanyakan bagaimana perasaannya kepada Jiho sekarang.

Entahlah.

Dirinya masih ingat, betapa menggebu-gebunya perasaannya itu kepada Jiho. Ia berharap Jiho memiliki rasa yang sama seperti halnya rasa yang ia miliki kepada sang senior, namun Jiho bahkan tidak memperlihatkan tanda spesial apapun padanya.

Tepat sehari setelah kelulusan, dengan putus asa Jaehwan memberitahu Daniel dan Woojin bahwa ia akan melupakan perasaannya itu. Ia semakin yakin untuk melakukannya karena Jiho memberitahunya bahwa pria itu akan pergi jauh untuk melanjutkan pendidikannya.

Lalu setelah Jaehwan mulai berhasil melupakan perasaan itu, Jiho malah kembali muncul dan bahkan sekarang mengaku memiliki rasa padanya. Padahal kan perasaan Jaehwan itu...

"Ha!! Melamun lagi!!"

Jaehwan terlonjak saat suara berisik Woojin memenuhi indera pendengarannya. Ya Tuhan, Jaehwan hampir kehilangan fungsi dari telinganya.

Entah sejak kapan, manusia burik itu sudah ada di sampingnya. Haish, asyik bernostalgia membuatnya tidak sadar dengan pergerakan Woojin. Sementara itu Daniel tertawa sambil tetap mengemudi.

"Diamlah sialan. Apa kau tidak lelah?" gerutu Jaehwan malas.

"Hyung, sepertinya Jaehwan-hyung sedang memikirkan hal yang serius. Bahkan dia jadi tidak berniat menggamparku walaupun aku sudah mengagetkannya" adu Woojin.

"Kau ingin ku gampar? Baiklah, kesini"

Woojin langsung mundur, menjauh dari Jaehwan. "Mendengar kalimat gampar saja kau mau melihatku" desisnya kesal.

"Kesini. Aku butuh pelampiasan untuk meluapkan rasa kesalku" ujar Jaehwan.

"Aku bukan samsakmu hyung" sahut Woojin. Jaehwan menyandarkan tubuhnya ke sandaran jok, otaknya masih memikirkan Jiho.

Terima tidak?

"Apa kau di tembak Jiho-hyung?"

Jaehwan tersentak dan langsung menoleh ke arah Woojin yang balas menatapnya lengkap dengan sebuah seringaian jahil. Jaehwan tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya.

Cinta Kedua? {MinHwan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang