CK- 23

708 87 103
                                    

Woojin terbangun dengan kepalanya yang terasa sangat berat, pusing dan berdenyut. Ia mendesis sejenak lalu mendadak bergerak cepat menuju toilet karena sesuatu mendesak ingin keluar dari mulutnya.

"Hoek!! UGH- Hoek!!"

Woojin bersimpuh dengan wajah menghadap closet, memuntahkan isi perutnya. Setelah merasa tenang, Woojin segera membalikkan tubuhnya dan bersandar. Wajahnya tampak lesu dan nafasnya sedikit tersengal.

"Akh.. Kepalaku pusing sekali" keluh Woojin. Pria bergigi gingsul itu membuang nafas kasar lalu beranjak menuju keluar kamar dengan langkah terbilang pelan dan lemah.

"Oh kau sudah bangun?"

Woojin menoleh, mendapati Jaehwan sedang berdiri di depan pantry dengan apron yang menutupi kaos hitam bagian depannya. Sahabatnya itu menoleh sejenak padanya kemudian fokus membuat roti bakar.

"hmm.." sahut Woojin tanpa tenaga. Ia melangkah mendekati meja makan.

"Duduklah, aku sudah membuatkanmu sup pereda mabuk" ujar Jaehwan.

"Kau yang membuatnya, hyung?"

"Tentu saja" sahut Jaehwan.
"Dengan bantuan internet" tambahnya.

Woojin tersenyum kecil mendengar kejujuran Jaehwan. Ia akui, untuk seumuran Jaehwan ia termasuk lelaki yang sangat menggemaskan dan berpikiran polos -walaupun mungkin sudah sedikit ternodai olehnya, Daniel dan Minhyun.

Tapi, Woojin tidak pernah merasakan perasaan lebih kepada Jaehwan. Jika ia bersama Jaehwan, yang ia rasakan hanyalah perasaan sayang sebatas adik-kakak dan hasrat melindunginya. Itu saja.

Tapi kalau Daniel, entahlah. Woojin tidak tau pasti, karena Daniel tidak pernah bercerita kepadanya. Selain itu, semua perlakuan berlebihan Daniel kepada Jaehwan sudah ia saksikan sejak masih dibangku sekolah, jadi jika Daniel mendadak mencium pipi Jaehwan itu bukan hal yang mengejutkan lagi baginya arau Jaehwan.

Walaupun kadang Jaehwan merasa risih bahkan dulu banyak yang salah paham dengan hubungan Daniel dan Jaehwan, tapi lelaki bergigi kelinci itu seolah tidak peduli dan tetap menyosor Jaehwan.

"Jamgan melamun. Makanlah"

Suara Jaehwan membuyarkan lamunan Woojin.

"Terima kasih hyung" sahut Woojin. Jaehwan yang sedang meneguk susu menyeringai dibalik gelasnya.

"Ternyata kau juga tau cara mengucapkan terima kasih"

"Jangan mengajakku bertengkar" sahut Woojin.

Jaehwan tertawa pelan lalu mengangguk senang. Namun seringaian imutnya masih terpatri di bibirnya, entah apa yang sedang ada dipikirannya itu.

Ia menggigit roti bakar dengan mata mengamati Woojin yang menikmati supnya.

"Melihatmu tadi malam membuatku sadar, bahwa jangan terlalu mencintai sesuatu, dan nikmati kesendirianmu"

Woojin mengangkat wajahnya dan menatap Jaehwan dengan dahi mengernyit. Ia tidak mengerti maksud ucapan serta ekspresi Jaehwan saat ini.

"Apa maksudmu, hyung?"

Jaehwan mengedikkan bahu lalu melanjutkan acara makan roti bakarnya. Mengabaikan Woojin yang terdiam sejenak namun kemudian ikut menikmati sarapannya.

"Oh, benar juga. Daniel mengatakan kepadaku kalau kau tidak perlu ke kantor hari ini dan tenangkan pikiranmu"

"Benarkah? Ah, Daniel-hyung memang sangat pengertian padaku"

"Hati-hati saja kau" celetuk Jaehwan.

Cinta Kedua? {MinHwan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang