CK- 26

792 78 33
                                    

"Fanny-ah? Ayolah sayang, keluar dari kamar. Jangan merajuk seperti ini"

Minhyun berdiri di depan pintu kamar putrinya sambil sesekali mengetuk pintu berwarna biru dihiasi tempelan-tempelan bertema frozen.

Wajahnya tampak murung bercampur lelah. Ini sudah dua jam putrinya menolak menyahut atau pun membuka kunci pintu kamar tersebut, membuat Minhyun khawatir. Ia takut putri kesayangannya itu sakit karena waktu makan malam akan segera datang namun ia belum mau keluar.

Ya, Tifanny merajuk. Kali ini sangat serius karena ia mengunci pintu kamar dengan bantuan kursi belajarnya. Dan alasan merajuknya adalah karena Minhyun mengatakan bahwa sebenarnya Jaehwan sudah berhenti bekerja dan mungkin akan sulit untuk menemui Tifanny.

Harapan Minhyun agar Tifanny mengerti dan tidak menanyakan Jaehwan lagi ternyata tidak dikabulkan. Mendengar penjelasan ayahnya, Tifannya langsung diam dan memaksa untuk segera pulang.

Dan Minhyun berakhir disini, di depan pintu kamar putri kecilnya.

"Sayang... Ayo keluar. Fanny harus makan malam"

"Fanny tidak lapar!"

Setelah dua jam, dan itu sahautan pertama dari Tifanny.

"Daddy tau, Fanny pasti lapar kan?"

"Tidak!!"

Minhyun menghembuskan nafas, lelah. Apa yang harus ia lakukan? Putrinya ternyata sangat menyukai Jaehwan hingga berani merajuk dan menolak untuk bertemu Minhyun. Bahkan bujukan Minhyun tentang kue pun tidak berhasil menarik bocah itu keluar atau sekedar membuka kunci kamar.

"Fanny-ah, kalau Fanny mau keluar kamar Daddy janji akan membawa Paman Gembil ke sini"

Sudahlah, Minhyun mengalah. Ini satu-satunya cara agar putrinya berhenti merajuk. Jika ini masih belum berhasil, Minhyun ingin mati saja.

Drrk..
Klek...
Cklek!

Pintu kamar itu akhirnya terbuka, dan perlahan kepala Tifanny menyembul dari baliknya.

"Janji? Daddy janji akan membawa Paman Gembil kesini?" cicit Tifanny dengan bibir sedikit mengerucut dan tatapan sangsi.

Minhyun menghembuskan nafas lega kemudian berjongkok. Tangan besarnya mengelus pipi gembil bocah itu dengan lembut.

"Iya sayang. Karena itu Fanny harus segera mandi dan kita temui Paman Gembil. Oke?"

Tifanny mengangguk perlahan. Minhyun segera masuk ke dalam kamar dan menggendong Tifanny untuk segera memandikannya.

Dalam hati ia bersyukur karena Tifanny akhirnya mau membuka pintu walaupun harus dengan janji -yang Minhyun sendiri ragu bisa ia tepati.

Apakah Jaehwan mau menerima ajakannya untuk makan diluar? Apakah kedua sahabatnya akan mengizinkan?

Pikirkan itu nanti. Minhyun harus memandikan putrinya agar tidak terlambat makan malam.






◾◾◾◾◾◾◾











"Eh?"

Jaehwan antara terkejut dan bingung melihat sosok bocah yang ada di depan pintu apartement Woojin. Saat ia baru selesai mandi, bel apartement terus berbunyi membuat ia secepat mungkin mengenakan kaos putih polos serta celana pendek selutut. Dalam hati menggerutu tentang tamu yang tidak sabaran di luar apartement.

Dan siapa sangka tamu tidak sabaran tersebut adalah...

"Fanny-ah? Kenapa bisa di sini? Daddy dimana hm?"

Cinta Kedua? {MinHwan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang