BAGIAN 5

867 38 0
                                    

"Paman Pendeta Wuragil, bagaimana tugas yang kau emban?" tanya wanita berbaju indah keemasan itu. Suaranya begitu lembut, namun mencerminkan kewibawaan yang luar biasa.
"Ampun, Gusti Ratu Mutiara. Tugas hamba telah terlaksana dengan baik berkat bantuan Sepasang Panah Perak. Namun hamba hanya memperoleh dua orang pendekar," sahut laki-laki gemuk berkepala botak yang dipanggil Pendeta Wuragil itu.
Saat itu Rangga melirik dua orang yang membawa busur dan anak panah. Otaknya langsung bekerja, mencoba memahami semua yang ada di sini. Juga situasinya.
"Pendekar-pendekar yang perkasa, perkenalkanlah namamu," pinta Ratu Mutiara lembut dan berwibawa. Pandangannya langsung tertuju pada Rangga dan wanita bercaping.
"Tuan Pendekar, Gusti Ratu meminta Tuan menyebutkan nama masing-masing," tambah Pendeta Wuragil seraya menunjuk Rangga dan wanita bercaping itu.
"Namaku Rangga," ucap Rangga lebih dahulu.
"Dan kau?" Ratu Mutiara menunjuk wanita bercaping di samping Rangga.
"Dewi Wila Marta," sahut wanita itu seraya membuka caping besarnya. Tampak seraut wajah cantik dengan sepasang bola mata indah bersinar bagai bintang.
"Kuucapkan terima kasih atas kesediaan kalian berdua memenuhi undanganku," ucap Ratu Mutiara.
Pendekar Rajawali Sakti itu mulai bisa mengerti duduk persoalannya, meskipun masih terlalu banyak pertanyaan yang belum terjawab di benaknya. Tapi, paling tidak, sudah bisa diketahul jika semua daun lontar yang ditujukan padanya benar benar berasal dari wanita berbaju indah keemasan yang dipanggil Ratu Mutiara. Apakah pesan itu dikirimkan dua orang anak muda yang berjuluk Sepasang Panah Perak? Kelihatannya, dugaan Rangga menjurus ke arah itu.
"Aku juga mohon maaf jika undangan ini membuat kalian susah," sambung Ratu Mutiara.
Ratu Mutiara menatap Pendeta Wuragil. Dan laki- laki gemuk botak itu menjura memberi hormat.
"Paman, aku ingin berbicara langsung dengan kedua pendekar itu di dalam kuil," pinta Ratu Mutiara, tetap lembut nada suaranya. "Juga dengan kau dan kedua muridmu."
"Baik, Gusti Ratu," sahut pendeta Wuragil. Ratu Mutiara berbalik, dan langsung melayang bagaikan terbang saja. Seketika itu juga tubuhnya lenyap begitu sampai di puncak kuil. Rangga benar-benar mengagumi ilmu meringankan tubuhnya yang begitu sempurna. Bisa melesat ringan bagaikan terbang!
Pendeta Wuragil mempersilakan Rangga dan Dewi Wila Marta mengikutinya. Tapi Pendekar Rajawali Sakti itu tetap saja berdiri tak bergeming. Malah ditatapnya Kencana dan Nyai Talut yang tetap duduk bersimpuh dengan kepala tertunduk. Saat itu Sepasang Panah Perak menghampirinya.
"Silakan, Pendekar Rajawali Sakti," ucap salah seorang dari Sepasang Panah Perak.
"Hm.... Boleh aku bicara sebentar dengan kedua wanita itu?" pinta Rangga seraya menunjuk Kencana dan ibunya.
"Nanti saja setelah kau bertemu Ratu Mutiara," kata Pendeta Wuragil.
Rangga mengangkat bahunya, kemudian melangkah mengikuti Pendeta Wuragil Dewi Wila Marta berjalan di samping Pendekar Rajawali Sakti itu. Di belakang, Sepasang Panah Perak mengikuti. Mereka berjalan meniti undakan batu.
Pada lantai pertama kuil itu terdapat sebuah rongga bagai pintu tanpa penutup. Pendeta Wuragil terus melangkah memasukinya diikuti yang lain. Suasana di dalam begitu gelap, dan mereka terus melangkah. Semakin masuk ke dalam, keadaan semakin terlihat terang. Rangga merasakan kalau jalan yang dilalui seperti menurun.
Setelah melewati suatu tikungan, mereka tiba pada sebuah ruangan cukup besar yang ditata indah. Lantainya beralaskan permadani bulu tebal berwarna biru laut Pada bagian depan mereka, tampak Ratu Mutiara duduk di atas singgasana indah bagai terbuat dari emas yang berkilat tertimpa cahaya obor dan pelita yang menerangi ruangan ini.
Pendeta Wuragil dan Sepasang Panah Perak berlutut memberi hormat. Sedangkan Rangga dan Dewi Wila Marta hanya membungkuk sedikit. Pendeta Wuragil dan kedua muridnya bergeser, kemudian duduk bersila.  Ratu Mutiara mempersilakan kedua pendekar itu duduk di bangku yang sudah disediakan. Rangga duduk di depan, sebelah kanan Ratu Mutiara. Sedangkan Dewi Wila Marta di seberangnya.
Pendeta Wuragil memberi hormat, kemudian melangkah menghampiri Ratu Mutiara, dan berdiri di samping   kanannya. Sedangkan Sepasang Panah Perak masih tetap duduk bersila bersisian. Ratu Mutiara mengangkat tangannya sedikit dengan telapak tangan di atas. Sepasang Panah Perak memberi hormat, kemudian mereka duduk di samping Pendekar Rajawali Sakti. Sedangkan yang wanita di samping Dewi Wila Marta.

29. Pendekar Rajawali Sakti : Mutiara Dari SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang