Seekor kuda hitam berpacu cepat menyusuri tepian pantai berpasir putih. Penunggannya, seorang pemuda bertubuh tegap yang otot-ototnya bersembulan sehingga menampakkan kejantanannya. Rambutnya panjang terurai, meriap mainkan melambai-lambai dipermainkan angin pantai. Kuda hitam itu terus berpacu cepat bagaikan angin, menerjang ombak pantai.
"Hiya! Hiyaaa..."
Pemuda itu mendera kudanya semakin cepat. Kuda hitam itu meringkik keras. Begitu cepat larinya sehingga bagaikan tidak menapak pasir basah yang senantiasa dijilat ombak. Tiba-tiba saja kuda itu berbelok, dan terus berlari kencang menembus kelebatan hutan bakau. Namun kuda hitam itu tidak juga memperlambat larinya. Bahkan semakin cepat saja berpacu bagai dikejar setan
"Hooop...!"
Penunggang kuda hitam Itu menarik tali kekang kudanya. Bersamaan dengan terdengarnya ringkik kuda, pemuda itu melompat turun. Kuda hitam itu berhenti seketika. Sungguh indah dan ringan lompatannya, pertanda pemuda itu memiliki ilmu meringankan tubuh yang tidak rendah.
Pemuda berwajah tampan dan berbaju rompi putih itu memandangi sekitarnya Tatapan matanya begitu tajam. Sesekali kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan, atau mendongak ke atas. Sepertinya tengah menunggu sesuatu di tempat itu. Tempat yang berpasir, dan dipenuhi tanaman bakau yang akar- akarnya menyemak rapat.
Tiba-tiba saja dari arah samping kanan, meluncur sebatang anak panah. Pemuda itu menarik tubuhnya ke belakang sedikit, lalu tangannya bergerak cepat menangkap anak panah itu, tapi tidak terlihat satu bayangan pun yang berkelebat. Kemudlan pandangannya beralih pada anak panah yang berada dalam genggamannya.
"Hm...!" gumamnya dengan kening berkerut.
Ada selembar daun lontar pada bagian tengah anak panah berwarna keperakan itu, yang diikat pita merah muda. Pemuda berbaju rompi putih itu membuka ikatan, dan mengamati lembaran daun itu. Keningnya kembali berkerut, sehingga sepasang alisnya yang tebal bertaut menjadi satu. Hanya ada sebaris kalimat yang tertera di sana.“BERJALANLAH KE ARAH SELATAN.
MUTIARA DARI SELATAN.”Pemuda itu melipat daun lontar itu dan menyelipkannya di balik lipatan sabuk. Sebentar diangkat kepalanya, menatap ke arah Selatan. Arah datangnya anak panah tadi. Digerakkan tangannya, maka kuda hitam itu melangkah mendekat. Binatang tunggangan itu mendengus sambil mengangguk-anggukkan kepalanya di samping pemuda berbaju rompi putih itu.
"Hitam, aku tidak tahu apa keinginan orang ini. Sebaiknya kita ikuti saja petunjuknya," kata pemuda itu setengah bergumam
Kuda hitam pekat berotot kuat itu meringkik perlahan, seakan-akan mengerti ucapan majikannya. Pemuda berbaju rompi putih itu melompat naik dengan tangkasnya, dan menggebah kuda hitam itu perlahan-lahan. Kuda itu berjalan lambat menuju ke arah Selatan.
"Hm..., siapa sebenarnya orang itu? Kenapa selalu menamakan dirinya Mutiara dari Selatan...?" pemuda itu bergumam bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Sementara kuda hitam itu terus berjalan perlahan- lahan menerobos lebatnya hutan bakau di sepanjang pantai ini. Semakin jauh masuk ke dalam, hutan bakau itu semakin merenggang. Pemuda itu berdecak pelan, sehingga kuda hitam itu mulai mempercepat langkahnya. Mereka terus bergerak menuju Selatan, seperti yang tertulis pada daun lontar itu.
Hutan bakau yang menjadi pembatas pantai dengan daratan, telah terlewati. Dan kini pemuda penunggang kuda hitam itu mulai memasuki suatu padang rumput yang tidak begitu luas. Tampak di seberang sana terhampar hutan yang kelihatannya tidak pernah terjamah manusia. Pemuda itu menghentikan laju kudanya, lalu memandang ke sekeliling. Arah pandangannya langsung tertuju pada hutan di seberang padang rumput ini.
"Kau merasakan sesuatu, Hitam?" tanya pemuda itu melihat kuda hitamnya tampak gelisah.
Kuda hitam itu terangguk-angguk, dan sebelah kaki depannya menggaruk-garuk tanah berumput tebal. Pemuda itu melompat turun dari punggung kudanya. Dipegangi tali kekang kuda hitam itu. Namun binatang itu kelihatan masih tetap gelisah, meskipun sudah ditepuk-tepuk lehernya untuk ditenangkan.
"Tenanglah, Hitam...," bisik pemuda itu mencoba menenangkan kudanya.
Tapi kuda itu malah meringkik keras sambil mengangkat kaki depannya tinggi-tinggi. Pemuda itu melompat melepaskan pegangannya pada tali kekangnya. Kuda hitam itu mendengus-dengus menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Sedangkan pemuda itu semakin heran melihatnya. Tapi belum juga keheranannya lenyap, mendadak hatinya dikejutkan oleh munculnya satu bayangan biru.
"Heh...! Hup!"
Pemuda itu bergegas melentingkan tubuhnya ke belakang, karena bayangan itu meluncur deras ke arahnya. Bayangan itu lewat di antara putaran tubuhnya, dan terus meluncur deras menghantam sebuah pohon. Pemuda itu berdiri tegak menatap wonggok kain berwama biru cerah yang tergeletak di antara pohon yang tumbang kena terjangannya.
"Hm.... Apa pula ini...?" gumamnya bertanya-tanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
29. Pendekar Rajawali Sakti : Mutiara Dari Selatan
ActionSerial ke 29. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.