BAGIAN 2

1K 35 0
                                    

Raden Segara melangkah mendekati Pendekar Rajawali Sakti. Sepasang kakinya yang besar, terayun berat Namun tidak ada suara sedikit pun saat melangkah. Manusia tinggi besar itu berdiri tepat sekitar tiga langkah lagi di depan Rangga. Kemudian dia duduk bersila tanpa mempedulikan kalau tempat ini hanya tanah berdebu.
Rangga sendiri tidak mengerti, kenapa tiba-tiba manusia setengah raksasa itu tidak garang seperti tadi. Bahkan sepasang bola matanya juga memancarkan cahaya persahabatan, bukan seperti tadi yang merah menyala penuh rasa permusuhan. Raden Segara merentangkan tangannya sedikit. Rangga mengerti, lalu duduk bersila di depan manusia raksasa itu. Tubuhnya dua kali lipat dari tubuh Pendekar Rajawali Sakti.
"Apa maksudmu datang ke tempat ini?" tanya Raden Segara. Meskipun suaranya lunak, tapi masih juga terdengar besar dan kasar.
"Hanya kebetulan lewat," sahut Rangga.
"Hm.... Kau seorang pengembara?"
"Benar."
"Kalau kau tidak punya tujuan di sini, sebaiknya cepat angkat kaki. Aku tidak mau kau celaka di sini. Kau orang asing, dan aku tidak suka lagi ada pembunuhan orang asing di sini," tegas nada suara Raden
Segara.
Rangga tidak bersuara. Diliriknya Kencana yang masing berlutut bersandar pada dinding tembok pagar tinggi dan sangat besar. Raden Segara juga melirik ke arah yang sama.
"Kencana, kemari kau!" panggil Raden Segara.
"Hamba, Raden...," sahut Kencana dengan suara bergetar.
Gadis yang berpakaian koyak itu menggeser tubuhnya mendekat. Kepalanya tertunduk, lalu memberi hormat pada manusia setengah raksasa itu.
"Kau sudah kuberi kesempatan, tapi kenapa tidak digunakan?" ujar Raden Segara menatap tajam pada gadis itu.
"Ampun, Raden. Hamba..., hamba...," jawab Kencana tergagap.
"Aku tidak suka mendengar alasanmu lagi. Pergilah sebelum para pengawal Ayahanda Prabu menemukanmu di sini."
Kencana memberi hormat dengan merapatkan telapak tangannya di depan hidung. Gadis itu melirik Rangga yang duduk tidak jauh di sampingnya.
"Sebaiknya gadis ini kau bawa pergi, aku percaya kau bersedia melindunginya," kata Raden Segara seperti bisa mengerti lirikan Kencana.
"Kenapa?" tanya Rangga tidak mengerti.
"Cepatlah, sebelum mereka menemukan kalian di sini," desak Raden Segara.
Rangga bangkit berdiri, tapi benaknya masih dipenuhi berbagai macam pertanyaan dan keheranan. Sama sekali tidak dimengerti akan semua kejadian ini Rangga menghampiri Kencana sambil bersiul sedikit. Tidak berapa lama, seekor kuda hitam datang menghampiri.
"Naiklah ke kudaku," kata Rangga.
Kencana memandangi pemuda di depannya, kemudian menatap pada Raden Segara. Manusia setengah raksasa yang sudah berdiri itu, menganggukkan kepalanya sedikit. Gadis itu segera naik ke punggung kuda hitam dibantu Rangga. Kemudian Pendekar Rajawali Sakti itu juga melompat naik ke belakang gadis itu. Dewa Bayu masih belum digebah, karena masih ada satu ganjalan yang mengganggu benaknya.
"Raden, kalau boleh aku tahu, kenapa kau tadi menyerangku?" tanya Rangga
"Hanya untuk mengujimu. Ah, sudahlah...! Cepat kalian pergi!" sahut Raden Segara.
Rangga ingin bertanya lagi, tapi manusia tinggi besar itu sudah melesat cepat. Begitu cepatnya, sehingga dalam sekejap saja sudah lenyap dari pandangan. Pendekar Rajawali Sakti itu tidak menggebah kudanya kembali ke arah semula, tapi malah memacunya ke arah Selatan.
Dewa Bayu terus berlari kencang bagai melayang di atas tanah. Mungkin karena debu yang mengepul itulah yang menandakan kalau keempat kakinya mendepak tanah. Rangga terus memacunya cepat, dan keluar dari perkampungan aneh itu. Lari kudanya dihentikan setelah berada di dalam hutan, jauh dari tempat yang membuatnya jadi seperti orang gila. Rangga benar-benar tidak mengerti akan semua peristiwa yang   dialaminya sekarang. Sepertinya berada di alam lain saja!
"Hup!"
Pendekar Rajawali Sakti melompat turun, kemudian membantu Kencana turun dari punggung kuda hitam itu. Gadis itu langsung melangkah pelan, kemudian menghenyakkan tubuhnya di atas akar pohon yang menyembul dari dalam tanah. Rangga menghampiri dan berdiri bersandar pada pohon itu. Dibiarkan saja kudanya merumput.
"Terima kasih! Raden telah membawaku keluar dari neraka itu," ucap Kencana perlahan.
"Apa maksudmu? Neraka?" tanya Rangga tidak mengerti.
"Tempat itu merupakan penjara yang lebih menyakitkan daripada neraka...," jelas Kencana sambil tertunduk. Suaranya juga terdengar begitu pelan, hampir tak tertangkap.
Rangga menghampiri dan duduk di sebelahnya. Dipandangi gadis itu dalam-dalam, kemudlan diangkatnya wajah Kencana dengan ujung jari berada di dagu. Ditatapnya bola mata yang bulat indah itu. Dalam hati, Rangga mengakui kecantikan Kencana. Hanya saja keadaannya yang kotor dan tidak terawat membuat kecantikannya agak memudar.
Di dalam sinar mata indah itu, Rangga bisa menangkap adanya sesuatu yang tersembunyi dalam diri gadis ini. Yang jelas, terlihat adanya tekanan penderitaan yang sangat besar. Pendekar Rajawali Sakti itu membetulkan letak pakaian Kencana yang tidak karuan bentuknya. Gadis itu diam saja, bahkan malah memandangi dengan sinar mata sukar diartikan.

29. Pendekar Rajawali Sakti : Mutiara Dari SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang