3. Belajar Bersama Chanyeol

179 24 44
                                    

***

-Satu minggu sebelum ujian-

Sena, Mei, juga tak lupa Chanyeol yang diseret Sena pun ikut bergabung dengan dua sahabat itu menuju halte.

Mei melirik tangan Sena dan Chanyeol yang terus bergandengan layaknya orang pacaran. Astaga, Mei benar-benar muak dengan mereka berdua. Bahkan saat duduk di bangku halte pun, tangan Sena tak lepas dari jemari Chanyeol seakan ada lem permanen saja.

"Hei, kalian berdua!" ucap Mei pada akhirnya.

Sena dan Chanyeol pun memusatkan atensi mereka pada Mei.

"Kenapa?" jawab Sena.

Gadis kutu buku itu menghela napas pelan. "Berhenti bermesraan di depanku!"

Mendengar apa yang Mei katakan, tawa Sena pun pecah sampai gadis itu bahkan mengeluarkan air mata. Bahkan Chanyeol yang tidak tahu apa-apa ikut menjadi korban kekerasan Sena. Gadis itu punya kebiasaan buruk, yaitu menepuk apa yang ada di sampingnya saat tertawa.

"Hey! Berhenti tertawa!!" teriak Mei semakin kesal.

Sena mengusap air matanya. "Aku tahu kau sedang kesal akhir-akhir ini gara-gara Sehun dan Irene. Tapi tidak seharusnya kau cemburu pada kami."

Mei memutar bola matanya malas. "Kau tak ingat, ya? Seminggu lagi ujian, bodoh!"

"Terus kenapa?" tanya Sena sambil mencoba menghentikan tawanya.

"Sungguh mengesankan sekali jawabanmu itu, ya? Baiklah, kalau nilaimu tetap sama seperti tahun kemarin atau bahkan lebih buruk, maka jangan cari aku saat namamu sudah tidak tercatat lagi di kartu keluarga!" Mei berceramah panjang lebar.

Seakan tersadar karena siraman rohani Mei, Sena menutup mulutnya sambil menggigit bibir bawahnya. Ia menutup matanya dengan ekspresi tak berdaya.

"Hei, Chanyeol. Kau tahu berapa nilai gadis yang akhir-akhir ini menempel padamu?" ucap Mei sambil menunjuk kepala Sena.

Sena yang mendengar itu langsung membekap mulut Mei. Ia berbisik, "Jika kau memberitahu Chanyeol, akan aku pastikan hidupmu berakhir di sini!"

"Hmmmph!" Mei meronta mencoba melepaskan bekapan sahabatnya.

"Hei, apa yang kau lakukan? Temanmu nanti bisa hipoksia, tahu!" ucap Chanyeol sambil menjauhkan tangan Sena dari Mei yang sudah hampir kehabisan oksigen.

"Hip-hipo apa?" Sena mengerjap tidak mengerti. Sedangkan Mei masih membersihkan bekas keringat di telapak Sena yang menempel pada area mulutnya.

"Hipoksia. Keadaan di mana seseorang kekurangan oksigen." Chanyeol menjelaskan sambil melepaskan tangan Sena yang sudah dirasa aman.

"Kau lihat betapa bodohnya dia, kan?" Setelah mengatakan kalimat itu, Mei mendapatkan tatapan permusuhan dari Sena.

"Memangnya seburuk apa nilainya sampai ia akan dihapus dari kartu keluarga segala?" Chanyeol pun bertanya sambil menatap Mei polos.

"Jangan-" Sena mencoba menghentikan Mei menjawab pertanyaan pujaan hatinya, namun Mei sudah memotong kalimat Sena terlebih dahulu.

"Peringkat dua." Mendengar jawaban itu, Sena menghela napas lega. Ia terharu pada sang sahabat. Mei memang bisa diandalkan.

Namun, Sena yang tadi sempat tersenyum kini kembali murka ketika sahabatnya melanjutkan, "Tentu peringkat ke dua dari bawah."

"MEI!!!" teriak Sena frustasi. Astaga, ia bahkan tidak punya muka untuk menatap Chanyeol lagi. Apa dia harus mengoperasi plastik wajahnya?

Blossom in TeenagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang