1. Hujan Pagi Itu

784 50 34
                                    

Blossom in Teenager

Udara dingin yang segar dan selimut hangat seakan memeluk Sena lebih erat pagi ini. Merapatkan pelukannya pada guling, ia kembali menyamankan diri dalam mimpi indahnya.

Suara getaran ponsel mengusik gadis itu. Benar-benar mengusik hingga ia rela-tak-rela meraih benda pipih itu. Dilihatnya ada beberapa pesan masuk.

Ting!

💌1 pesan baru

From: Ibu Tiri
Bagun, Tukang Tidur!
Hari minggu sudah lewat, kau harus bangun dan ke sekolah!!!

Ugh!

Sahabatnya itu benar-benar mengganggu. Sekolah? Hei dia pikir ini jam berapa?

Sena membuka tirai jendelanya. "Masih gelap," pikirnya dalam hati.

Mungkin saking teladannya sang sahabat jadi berangkat sekolah terlalu pagi.

Ia menaruh ponselnya dan berniat kembali menyambung mimpi. Tapi, ia yang masih setengah sadar tidak sengaja menjatuhkan jam weker yang jarang ia hiraukan itu.

Ketika melihatnya, matanya langsung terbelalak. Jarum jam yang kecil ada di angka tujuh, dan jarum yang lebih panjang menunjuk ke angka sebelas.

Ia melihat ke arah jendelanya lagi. Ia melihat jam di ponselnya demi memastikan jam weker miliknya tidak berbohong.

06:51 a.m

"MENDUNG SIALAN KAU PIKIR KAU SIAPA BERANI MEMPERMAINKAN AKU?!!!" teriaknya murka. Hingga burung-burung yang sedang menikmati rinai hujan pun terbang berserakan.

***

"Sial! Sial! Sial!" Itulah kata yang terucap dari mulut Sena sepanjang perjalanan ke sekolah.

Memang benar perkataan bahwa omongan adalah doa. Tidak cukup kehujanan, ia juga terlambat dan sudah pasti ia akan dihukum hari ini. Sungguh sial, tepat seperti yang ia ucapkan sejak tadi.

"Terlambat lagi?" ucap seseorang yang tiba-tiba hadir seperti goblin.

"Aku bosan melihatmu!"

"Ayo satu payung denganku." Seorang pemuda baik hati itu memberi tawaran, walau di mata Sena yang dilakukanya tak layak disebut sebagai kebaikan.

"Simpan saja payungmu itu bodoh!" sulutnya jengkel.

"Hey ini masih pagi, jangan marah-marah."

"Kau itu selalu saja muncul tiba-tiba seperti hantu. Menyebalkan! Lagipula apa kau tidak lihat bajuku sudah basah begini?" Sesaat pria goblin itu terkekeh gemas, kemudian keduanya berjalan beriringan untuk segera masuk ke dalam kelas.

Dan benar saja, pelajaran sudah dimulai dari tadi.

"Sena, kau terlambat 30 menit!" gerutu gadis berambut pendek itu dalam hati sambil menepuk pelipisnya geram.

Ceklek~

Baru saja pintu kelas terbuka menampakkan dua sosok anak teladan yang terlambat, seisi kelas langsung menatap ke arah pintu dengan beragam ekspresi.

"M-maaf, Pak, kami terlambat lagi." Tak bisa dipungkiri, Sena dan pria goblin itu memang sudah langganan terlambat datang ke sekolah.

Ya, hampir setiap hari.

"Keluar dari kelas saya, berdiri di luar sampai jam pelajaran saya usai!" Sesisi kelas nampak menahan tawa. Rupanya mereka begitu senang jika kedua itu temannya dihukum. Benar-benar teman yang baik.

Blossom in TeenagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang