Namanya Uzumaki Naruto, usianya tidak lebih dari 18 tahun hingga dia di paksa menjalani kehidupan buruk. Di tinggal oleh kedua orang tuanya di surga sejak kecil, kerabatnya yang seolah menganggapnya angin lalu, takdir pun membuat hidupnya makin sulit dengan kemiskinan.
Suatu ketika dia menemukan sebuah tas besar di pinggir kompleks jalanan. Karena penasaran Naruto membukanya, betapa terkejutnya dia begitu mengetahui jika isi tas itu adalah seorang bayi kecil. Dia bahkan masih sangat kecil menerima dosa dunia.
Naruto merawatnya seperti adiknya sendiri. Hingga tumbuhlah bayi itu menjadi Hana yang sekarang. Ceria dan selalu menerima keadaannya.
Tentu dengan keberadaan satu orang, maka akan ada tambahan beban hidup.
Tapi entah apa yang tertulis di buku takdirnya, kini dia tengah berada di posisi tidur dengan kedua tangan kekar yang melilit pinggangnya. Lampu telah padam terganti cahaya rembulan yang menembus tirai putih.
Kepala Naruto sangat dekat dengan dada bidang Madara. Bahkan Naruto bisa mendengar suara detak jantung Madara yang teratur dan dengkuran yang halus. Matanya tak bisa terpejam untuk hanya sekedar menikmati beristirahat. Pikirannya selalu beralih pada pria yang memeluknya kini. Siapa dia, darimana dia, kenapa dia seperti ini. Selalu terbayang-bayang di pikiran Naruto.
Tapi kenapa dia menangis begitu menatap lekat mata hitamnya?
Tiba-tiba dada Naruto berdegup sedikit keras. Oh tidak, Naruto benci keadaan seperti ini. Ini membuatnya jadi gelisah.
Madara membuka matanya perlahan, hari pun masih tengah malam sebelum dia merasakan ada gerakan gelisah pada seseorang yang kini sedang dia peluk.
"Apa kau sedang buru-buru hingga ingin keluar dari sini?"
Naruto tersentak, langsung mendongak dan menemukan kedua mata Madara yang terbuka.
"A, apa aku... Menganggu tidurmu?" Tanya Naruto gugup.
Madara menyangga kepalanya dengan tangan. Tatapannya masih menatap Naruto.
"Bagaimana aku akan bisa tidur jika kau terus bergerak gelisah seperti tadi?"
Wajah Naruto memerah, menahan malu dan rasa bersalah karena membangunkan Madara.
"Ma-maaf...." Ucap Naruto kecil.
Madara tersenyum kecil dalam gelap. Batinnya tentram, bahkan malam ini bisa dibilang tidurnya hampir menjangkau nyenyak dan nyaman.
"Mungkin kau butuh pendamping Ni-saan..."
Tiba-tiba ucapan Izuna melesat dalam pikirannya. Cukup sudah, Madara akui dia terlalu lama melajang dan dalam hidupnya dia tidak pernah berhubungan serius dengan wanita. Kecuali hanya untuk kesenangannya di malam hari.
Madara tersadar dari pikirannya begitu mengingat gadis cilik yang tidur bersamanya. Ternyata Naruto sudah tidur. Mungkin karena terlalu lama tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Dan akhirnya Madara memejamkan matanya. Ikut tertidur.
.
.
.Kaisar Chieng duduk di kursi tempatnya belajar. Waktu menunjukkan tengah malam dan dia tidak bisa tidur. Kepelikan di dalam istana membuatnya terus terhantui sampai bayang-bayang.
Kaisar membuka buku tebal, mencoba mengalihkan pikirannya dengan membaca sumber-sumber kenegaraan. Rakyat adalah hal utama, dan suara rakyat adalah mutlak negara.
Bagaimana dengan para menteri? Laporan korupsi dan pencucian uang bergunung-gunung di salah satu lemarinya yang terkunci. Kaisar mencari tahu diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
The legend of Mafia [End] ✓
FanfictionKiasan kecil tentang kau dan aku, atau mungkin kita? Saat itu, kembali ke 500 tahun silam, ketika kau dan aku masih berbeda. Tapi saat ini kita ada dan menjadi satuan yang dipisahkan oleh masa, ingatan, dan Zaman. Madara meletakkan telapak tangannya...