".... Tidak sengaja?"
Madara berjalan terus menelusuri rerumputan dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi.
"Apa yang aku pikirkan saat itu?" Bisik Madara pelan.
Suara gesekan sepatu dan rumput itu semakin terdengar keras.
"Kenapa padanya..." Langkah Madara semakin lebar.
Ini tidak seperti Madara biasanya yang diam dan tenang, tidak memperdulikan dirinya sendiri, tapi sekarang perasaannya dia pertanyakan.
Sebenarnya tidak ada yang dia pikirkan saat terkena obat dari permaisuri itu, lebih tepatnya tidak ada siapapun yang ada di pikirannya. Walaupun istri kaisar itu ada didepannya.
Madara mengingat kembali wajah Naruto, dan hatinya kembali bergemuruh tanpa alasan yang jelas. Dan wajah Madara sudah memerah seperti kepiting rebus ketika mengingat kemarin malam.
Langkahnya terhenti saat sampai di kediaman kaisar yang sudah rusak. Sebenarnya tujuan Madara kemari adalah untuk menyelidiki lebih jauh. Dia sangat paham karakter kaisar yang akan menyiapkan segalanya jika sesuatu terjadi dengannya. Reruntuhan itu Madara pijaki satu per satu. Aroma anyir darah masih sedikit tercium dari sana, bagaimana tidak, banyak pembunuh bayaran dibantai habis oleh Madara.
Mata Madara melihat kesekeliling, kemudian berhenti pada meja yang bukunya berserakan dengan beberapa buku terkena bercak darah.
Tangan Madara mengambil buku-buku itu, kemudian meletakkannya di meja, membuka nya satu per satu, hingga lembaran yang terlipat jatuh diantara salah satu buku.
Madara membuka lembaran itu, isi nya adalah penyerahan tahta kaisar, dengan cap darah kaisar dan nama yang tertera disana adalah Madara Uchiha.
Ekspresi Madara datar, tapi hatinya mengumpat dan mengucapkan sumpah serapah pada kaisar. Walaupun begitu, Untung saja tidak ada yang menemukan surat ini. Apabila permaisuri tahu surat ini, bisa musnah.
~∆~
Di kediaman tamu Naruto selesai mengobati bekas luka kaisar, kemudian terlihat dia sedang menutup kembali selimut putih itu. Nafas kaisar melemah dari hari ke hari, Naruto sebenarnya ingin mengatakan ini kepada Madara. Tetapi Canggung karena kejadian malam itu.
Naruto menunduk, kemudian meremas kain roknya. Dia ingin pergi keluar untuk menenangkan pikirannya.
Tanpa meninggalkan sepucuk surat maupun kata-kata, Naruto melangkahkan kakinya pergi keluar. Seperti nya berjalan-jalan di pasar dan melihat danau di dekat sana bisa menenangkan pikirannya.
Setelah berselang beberapa jam, Madara sudah kembali. Dia menggeser pintu dan tidak menemukan keberadaan Naruto dimana pun.
"Dimana dia..."
Madara mencari Naruto di sekeliling rumah. Tapi tidak menemukan apapun. Akhirnya Madara memutuskan untuk duduk dan memikirkan langkah selanjutnya yang akan dia lakukan dengan surat yang ada di genggamannya sekarang.
~∆~
Permaisuri nampak geram dalam duduknya, cangkir teh yang semula ia pakai untuk meneguk teh kini tergenggam erat.
"Akan aku pastikan kau mendapatkan balasan dariku." Ujarnya sinis sembari bergumam.
Kepalanya menoleh kepada seorang pria yang memakai pakaian rakyat biasa. Pria itu nampak seperti bapak-bapak pada umunya, berdiri sambil menunduk.
"Apa kau yakin pelayan itu bisa menjadi umpan?" Tanya permaisuri kepada pria itu.
Pria itu menundukkan kepalanya, "Iya permaisuri."

KAMU SEDANG MEMBACA
The legend of Mafia [End] ✓
FanficKiasan kecil tentang kau dan aku, atau mungkin kita? Saat itu, kembali ke 500 tahun silam, ketika kau dan aku masih berbeda. Tapi saat ini kita ada dan menjadi satuan yang dipisahkan oleh masa, ingatan, dan Zaman. Madara meletakkan telapak tangannya...