Hobi baruku adalah menatapmu diam-diam
Katanya, mata bisa lebih banyak bicara daripada kata
Apa benar?
Jika memang begitu, tataplah mataku dan dengarkanlah
Aku sedang memanggil namamu
Tak terasa sudah satu minggu sejak hari pertama pelatihanku dimulai. Artinya, sudah satu minggu pula aku dan Robby menjadi teman sekelas. Kurasa sekarang ia sudah mengingat namaku.
Sebenarnya aku masih gugup, masih canggung sekali. Namun pelan-pelan, aku mulai belajar untuk bisa lebih dekat dengannya. Seperti saat istirahat siang tadi, ketika meja-meja di ruang makan sudah mulai sepi, aku melihat Robby dan beberapa teman lainnya masih duduk dan bercerita seru sekali. Aku sengaja menghampiri dan duduk di hadapannya untuk mendengarkan ceritanya. Ia menyadari kehadiranku.
"Apa, apa?" katanya padaku sambil menaikkan alisnya dua kali dan tersenyum.
"Gapapa... Lanjut aja ceritanya," jawabku.
— Hey, bisakah kamu berhenti tersenyum? Sungguh semua perlahan seperti membunuhku.
Juga sore ini, saat kelas telah selesai. Aku sedang berdiri berkerumun dengan teman-teman lainnya di taman. Hanya obrolan santai tentang beberapa materi pelatihan kami. Tiba-tiba seseorang menepuk pundak kananku dari belakang. Bukan tepukan keras atau mengagetkan, namun dua kali tepukan yang lembut sekali.
"Itu lagi ngomongin apa, Rena?" ujar Robby, si pemilik tepukan itu.
— Asal kamu tahu, sama seperti senyumanmu, tepukanmu tadi hampir membunuhku.
Ohiya, tadi dia juga katakan, "Hati-hati, hati-hati" saat aku hendak pulang. Tak ada yang istimewa sebenarnya, tapi jadi berbeda karena dia yang mengatakannya.
— Mungkin hari ini adalah satu lagi hari biasa-biasa saja bersamamu. Namun sungguh, aku tahu, suatu saat nanti aku akan merindukan hari-hari yang biasa saja ini. Jadi sekarang, biarlah aku menikmati setiap detiknya.
Malam ini, kubuka lagi laptop-ku dan kuketik beberapa paragraf tentang hari ini. Sejak hari pertama aku mengenalnya, aku jadi sering menulis tentangnya. Kutuliskan apa saja. Tentang bahagianya aku hanya dengan hal-hal kecil yang kami lalui setiap hari.
Ah!
Apa cinta memang seaneh ini?
Bahkan detik-detik yang kelihatannya tak berarti pun jadi cerita
Aku tahu, cinta jatuh dari mata dan turun ke hati
Tapi mengapa bisa begitu cepat?
Padahal kisah tentangmu baru saja dimulai
Apa sudah boleh ini kukatakan jatuh hati?
— Jakarta, 04 April 2019
R.
***
Halo bestie! Ketemu lagi. Semoga hari kalian menyenangkan ya, hari ini.
Kalian pernah ga sih, kayak Renata? Diajak ngobrol sama crush, padahal satu atau dua kalimat doang, atau mungkin disenyumin doang, tapi bahagianya bukan main.
Semoga nanti lebih banyak lagi obrolannya Robby dan Renata, yaa.. Ikutin terus bestie 😊
YOU ARE READING
Senandika Renata
RomanceSenandika: Artinya, wacana seorang tokoh dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, atau konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut. Renata: Dalam bahasa Latin, artinya terlahir kembali. Jadi u...