𝙯é𝙧𝙤

58 5 1
                                    

Teriakan penyemangat terdengar bergema di sana.

Setiap kali bola terkena lantai dan memantul, setiap gerakan yang tepat pada tempo musiknya.

Perlombaan itu sangatlah sengit; untuk tim basket dan tim dance Sekolah Menengah Pertama Rosewill. Sudah lama mereka berlatih untuk hari ini dan seperti seharusnya, hasilnya tidak mengkhianati usaha mereka.

Setelah perlombaan selesai mereka semua berkumpul untuk refleksi diri dan kelompok di belakang.

Walaupun di sana terdapat banyak sekali orang, tetapi di antara setiap anggota dari kedua grup dapat dirasakan rasa tidak enak yang sepertinya berasal dari dua orang tertentu.

Tapi, rasa tidak enak itu tidak bisa membuat hari itu menjadi lebih buruk lagi jadi si pelatih pun mulai berbicara,

"Tadi itu sangatlah bagus. Selamat!"

Mereka bertepuk dan bersalaman tangan satu sama yang lain, "Sekarang, mari kita bersenang-senang dulu sebelum hasil kompetisinya keluar. Ikuti aku." Ajaknya.

Murid-muridnya mengikuti si pelatih ke luar bangunan itu dan menuju ke mobil yang di pinjamkan sekolah untuk transportasi mereka.

"Kita mau ke mana?" Tanya salah satu anak basket.

Si pelatih yang duduk di kursi pengemudi berbalik badan dan menjawab pertanyaan muridnya itu, "Ibu mau membawa kalian ke sebuah tempat makan. Ibu yang traktir kok."

Mereka semua tertawa dan berterima kasih pada ibu pelatih itu. Di mobil itu mereka semua duduk, dan di empat kursi paling belakang duduklah dua orang.

Yang satu menghela nafasnya dan berkata, "Maaf."

"Untuk apa?" Balas yang satu lagi.

"Karena berbohong. Karena nggak langsung menjelaskan semuanya. Karena menghancurkan apa pun itu yang ada di antara kita pada waktu itu. Dan karena menyebabkan ini," Dia menunjuk ke dirinya sendiri lalu perempuan di hadapannya, "terjadi pada kita." Ia merujuk pada kecanggungan dan jarak secara hubungan di antara dia dan perempuan itu.

Sekarang giliran perempuan itu untuk menghela nafas, "Iya, tidak apa-apa." Jawabnya singkat. Akan tetapi, jawaban itu belum cukup dan memuaskan bagi laki-laki itu.

"Kalau nggak salah, hari itu kamu pengen ngasih tahu aku sesuatu." Mulainya lagi, "Kasih tahu lah sekarang, sorry aku waktu itu tidak membiarkanmu bicara karena perhatianku teralihkan."

Perempuan itu melihat ke dalam kedua mata laki-laki di depannya itu dengan serius.

Dia tidak berkedip atau pun bergerak sama sekali.

Lalu mulutnya dia buka untuk berbicara tetapi tidak lama kemudian dia tutup lagi.

Terlihat jelas kekecewaan si lelaki yang duduk di sampingnya itu. Tapi ia tahu, bahwa perempuan itu tidak salah untuk membencinya.

Semua yang terjadi memang adalah salahnya dan dia mengakui itu. Jadi apa pun yang di lakukan perempuan itu, dia berjanji untuk menerimanya dengan lapang dada.

Sisa perjalanan itu sangat diam untuk kedua orang itu. Si perempuan menggunakan earphone dan si laki-laki melamun sambil menatap apa pun yang ada di luar jendela mobil yang besar itu. Tidak ada satu kata pun yang dilontarkan ke satu-sama-lain.

Semua orang yang juga ada di dalam mobil itu juga bisa merasakan kecanggungan dan jarak di antara kedua siswa.

Biasanya, mereka berdua ribut sendiri saat latihan atau saat-saat seperti itu; mereka kira jika kedua orang itu sedikit lebih diam pasti akan lebih baik. Tapi mereka semua pun sadar bahwa mereka salah, sangat sangat salah.

Akhirnya mereka sampai. Satu per satu mereka turun dari mobilnya lalu berjalan menuju ke restoran yang ada di depan mereka sekarang, "Kalian sudah latihan keras dan apa yang tadi kalian lakukan di tempat itu merupakan sesuatu yang mengagumkan, jadi ya keluar uang dikit untuk bawa kalian makan kan juga nggak apa-apa lah ya."

Mereka semua langsung berterima kasih pada ibu pelatih mereka itu dan masuk ke dalam. Restoran itu sebenarnya baru, jadi tidak ada dari mereka yang tahu apakah makanan di sana enak atau tidak. Mereka hanya bisa mengandalkan nasib mereka pada malam hari itu.

"Sudahlah," Mulai bu pelatih, "kan kalau nggak enak kita makan di warung soto di jalan Merpati saja." Mereka tidak bisa lebih bersyukur lagi karena mempunyai pelatih seperti Bu Chris.

***

Apakah yang sebenarnya terjadi di antara ke dua murid yang canggung tadi?
Bagaimanakah pelatihan mereka sebelum lomba ini?

Ini adalah sebuah cerita mengenai dua orang yang jalannya akan berpotongan dan bagaimana mereka bisa membangun relasi yang sehat dan menyenangkan dari perpotongan ini.

Ini adalah kisah pertemanan, kisah cinta, kisah keluarga.

Bola & SepatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang