Am I matter to you ..

2.8K 38 1
                                    

Sara menutup pintu mobil Sean rapat rapat. Ia tersenyum ke arah Sean sambil merapikan rambut depan Sean yang menjuntai ke dahi, menutupi pandangannya.

"Seatbelt please" ucap Sean.

"Sean, tha.."

"You're welcome" potong Sean. "Anything to make you happy Sar. I want you to leaving that jerk" lanjut pria itu.

Sara tak menjawab sepatah kata pun.

"Sara are you free tonight?"

"Ya Sean?"

"Stay with me? And wine, and pillow talk? You want pizza?" Tawar Sean.

"Do you mean....." jawab Sara dengan nada yang menipis.

"Ya. Kita open room aja. Staycation. Besok ambil cuti. You look awfull baby. That panda eyes. Kita mampir guardian, beli eyemask buat kamu. Se rileksnya kamu aja sayang. I'll treat you with five stars services." Ucap dan canda Sean panjang lebar.
Sara hanya tertawa tawa kecil di kursi sebelah sambil memandang wajah Sean yang begitu hangat.

"Lapar?" Tanya Sean.

"Hu'um" ia mengangguk.

"Suka korea garden nggak? Aku suka banget japchae disana. If you want... I'll buy you everything you want to eat babe" cengir lelaki itu sembari menunjukan sebaris gigi rata dan putih bersih miliknya.

Sara menelan saliva nya.

Sean tampak sangat manis ketika ia berbicara seperti itu.
Ben tak pernah membuatnya tertawa dengan guyonan guyonan sederhana seperti itu.

Sara ingin selalu berkomunikasi dengan Sean karena pada saat itulah Sara dapat berpikir jernih, lebih tenang, mengedepankan logika dan kesehatan hatinya.

"So, korea garden?" Ucap Sean membuyarkan lamunan Sara tentang perbandingan kedua lelaki yang ia kagumi.

"Eh i, iya.. You buy me dessert too, huh?" Ledek Sara.

"Boleh saja, kalau perut mungilmu itu masih longgar untuk menampung dessert" ledek Sean.

Mereka berdua tertawa.

Setibanya di restauran mewah bergay korea tersebut, mereka disambut waiter waiter yang sangat ramah dengan kearifan lokal. Pakaian mereka ala ala korea, tetapi keramahan-nya tetap Indonesia punya.

Sean mempersiapkan reservasi dan tak sampai lima menit, mereka sudah mendapatkan table mereka untuk empat orang.

"Mau makan sebanyak apa sih, sampai pesen table besar?" Cengir Sara.
Ia mulai yakin kalau Sean memang benar-benar menyukai makanan disini.

"I told you Sar, i like every food here. Gampanglah nanti kalau kebanyakan. Kita take away buat di hotel. Iya nggak?" Goda Sean lagi. Ia tersenyum sambil meledek dan mengangkat alisnya.
Charming.

Mempesona Sara setiap saat.

Namun hati Sara masih mengintai sosial media milik Ben.

Berkali-kali Sara memeriksa, kapan Ben terakhir online. Siapa saja yang berinteraksi dengan Ben di sosial media.

Namun sejak kejadian malam itu, Ben tampak tak mencari Sara.

Dalam benak Sara hanya ada dua kemungkinan dengan kondisi Ben saat ini.

Ben terlalu melupakan Sara sehingga ia jatuh ke pelukan wanita medusa, atau Ben sibuk menyelesaikan urusannya untuk segera menyingkirkan wanita medusa.

Sara tak mengerti apa yang ia tunggu dari Ben.

Ben bukan lelaki yang mengerti dirinya dan emosinya, selalu ingin menang sendiri dengan ke angkuhannya. Tak pernah bersedia mengatakan maaf, gengsi mengucap rindu.

Friends With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang