Room No 503

14.5K 89 0
                                    

Sara merapikan pakaiannya dan ia segera bergegas untuk menuju lokasi yang atasannya tentukan untuk rapat.
Ia menggunakan setelan satin berwarna putih dengan potongan dada agak rendah yang menunjukan jalan tengah miliknya, dan gucci bag berwarna hitam yang mempercantik penampilannya.

Sesampainya di loby hotel, ia bertanya dengan salah seorang petugas untuk di antarkan ke hall yang ditentukan sebagai lokasi meeting.
Ketika lift berhenti dilantai 2, pintu lift terbuka, alangkah terkejutnya ia melihat pria dari divisi lain yang kemarin ia temui.

"Wow," ia menggumam.

"Eh, hi! Kamu Sara dan kita satu kantor bukan?" sapa pria itu.

Sara merapikan rambutnya dengan gugup sembari menjawab pertanyaan pria itu.

"Sean, right?" , "I mean, i know your name is Sean, Sean, i am Sara" ucap Sara sambil mengendalikan kegugupan-nya.

"Ngapain disini?" tanya pria itu lagi.

Sara menyodorkan undangan meeting yang ia bawa, "Ini. Pertemuan aja sih , what are you doing here?" ucap Sara sembari memperhatikan penampilan Sean yang hanya memakai piyama tidur dan sandal hotel.

Sean mengeluarkan ponselnya, mengusap beberapa gambar sambil ia menunjukan foto seorang wanita yang sedang tertidur.

"Nirina, my fiance." Jelas Sean, singkat.

Sara Pov

DAMN! Ia sudah punya tunangan rupanya. Dan ia jelas baru saja menyelesaikan seksnya kan?
What the hell, apa yang aku pikirkan?
Lagipula aku juga masih punya Ben. Kami cuma berpisah ranjang.
Maksudku, pada akhirnya tinggal sendiri-sendiri. Bukan berpisah ranjang dalam konteks menikah kemudian bercerai.
Tapi, aku suka Sean.
Aku suka badannya, rahangnya, lengannya.
Ah apa yang aku pikirkan?
Bukannya Ben juga seperti itu?

Author Pov

Sara menyelesaikan pemikirannya soal Sean.
Pria ini manis, dan Sara mungkin menyukainya. Hanya saja, mereka sama sama memiliki pasangan. Sara hanya penasaran dengan soal "rasa" Sean. Sara merasa berdegup ketika ia memandangi dada bidang Sean.
Betapa terkejutnya bahwa Sean memiliki lengan kokoh dan perut sedikit buncit yang membuat Sara semakin menyukainya.
Sean, pria bermata sipit dan berkulit putih dari divisi Marketing yang kebetulan bertemu dengannya di lift, membuat malam itu Sara tak bisa memejamkan matanya.
Sara keluar dari kamarnya menggunakan kemeja putih oversize dan membawa sebungkus rokok dan segelas champagne di tangan lainnya.
Ia berjalan keluar dari kamar berbelok ke kanan ke arah lift kemudian memasuki lift tersebut sembari bertanya kepada petugas lift, dimana letak rooftop agar ia bisa merokok sambil mendengarkan musik dari headphone bluetooth yang selalu menggantung di telinganya.
"Silahkan, rooftop nona" ucap petugas lift sambil melebarkan tangannya.
Sara mengangguk manis kemudian mengucapkan terimakasih kepada petugas lift tersebut.
Sara, dengan kemeja putih tipis berukuran oversize tersebut sudah membuat petugas lift gagal fokus dengan memperhatikan goyangan bokong Sara ketika ia berjalan meninggalkan lift.
Siapa yang tak suka sara? Berperawakan ideal dengan sedikit thick ass, paha yang sekal dan betis yang seksi. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, hanya 167 senti meter namun tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Kegemarannya berolahraga membuat dirinya terlihat seksi dan segar.

Ketika Sara memutar matanya mengelilingi rooftop hotel yang berhias lampu berwarna kuning dan kolam renang yang sangat indah, sebuah tangan kokoh menepuk pundaknya.

"Sara? What are you doing?" sapa pria itu sambil mendekatkan tububnya ke arah Sara.
Sara merasakan merinding di sekujur tubuhnya sambil membalik wajahnya.
"Sean?"

"Just finish my cigarrete and yah this champagne" .
"What about you?" Sara berganti menanyai rekan kerja seksinya itu.

"Nirina, was, sleeping. More than 1 hour ago".

"So, yah. You decide to following me tho?" canda Sara.
"Actually , Yes" Sean menjawab dengan santai.

"I was on your back when you enter rooftop lobby" , "And you look so beautifull" goda Sean.

"Bercanda lo" jawab Sara.
Namun dadanya berdesir ketika Sean mengucapkan beautiful.
Ia tahu pria itu baru saja bercanda, tapi ada hasrat yang membuat Sara juga ingin mengatakan,
damn Sean you look sexy and i want to be yours tonight.

Sara bukan wanita yang malu memulai segalanya.
Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Sean, kemudian berbisik.

"Go to my room?"

Glek.

Sean menelan air liurnya.

Entah apa yang merasuki Sean, tetapi ia mengiyakan wanita itu.
Mereka akhirnya berjalan lagi memasuki lift dan memasuki ruangan dimana segala dosa di mulai. 503.

Lantai lima, ruangan ke tiga dari sudut bangunan.

Sean menggenggam jemari Sara dan menempelkan mereka ke pintu ruangan tersebut sambil memutar kenop kunci, dan Sean mulai mengendus leher Sara.

'Uhmm'
Sara mendesah perlahan. Ia mengangkat satu kakinya kemudian menggeseknya di antara kedua paha Sean. Mereka bercumbu hingga lupa bahwa mereka memiliki pasangan satu sama lain.
Yang mereka rasakan hanya kenikmatan, sampai Sara tidak dapat mengontrol kedua telapak tangannya yang telah sampai di bawah sana.

Friends With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang