Sekilas perkenalan

9 2 0
                                    

Sore itu tepatnya di kampusku yang terletak di Darussalam. Ya kampus, aku adalah seorang anak petani yang berani hijrah dari habitat ke perantauan demi menempuh gelar sarjana yang katanya dapat menuju kesuksesan. Tapi menurutku itu hanya relatif, jika memang seseorang mempunyai skill dan memiliki cara yang beda dalam memandang silsilah keidupan, dengan usaha saya rasa semua bisa meraih kesuksesan menurut standar masing-masing. Aku kembali membuka messengger untuk melihat apakah gadis itu kembali membalasku atau hanya sekedar membacanya.

Tak ada apapun disana, ia hanya membaca pesan terakhirku, dan akupun menutup ponselku dan menuju ke parkiran untuk mengambil si merah. Ya "si merah," begitu aku menyebutnya. Ia adalah sahabat dan teman seperjalananku, ia yang membawaku sehari-hari. Ia tak pernah berkhianat sedikitpun, ia selalu setia pada tuannya yang bodoh ini. Dia adalah motor pembelian bapaku. Aku tidak malu mengakuinya, karena media climber itu sungguh bukan gayaku. Akupun kemudian pulang dengan menunggangi si merah kesayanganku itu.

Sesanpainya aku di kost, aku berbaring sembari melepas penat seharian. Aku kembali mengusap layar ponsel kemudian mencoba mencari jalan agar si gadis yang tinggi semampai itu mau membalasku. Ku lihat ia kembali menebar story di akunnya, ia memajang  foto wajahnya nan cantik, senyumnya yang manis, sekilas ia nampak seperti Anya gelardine. "Mirip anya ya" begitu tulisku membalas di story yang ia publishkan.

Tak ku sangka ia langsung membalasku. "Keknya abg perlu chek mata deh" begitu tulisnya. Akupun mulai iseng dengan kesoktahuanku kembali membahas story lamanya yang berisi kegalauan. Aku terus memainkan frasaku disitu, aku seolah-olah tau semua beban yang ada dipundak gadis itu sampai ia tidak tahu membalas apa lagi. Nyatanya memang benar ia sedang memikul tugas yang berat. Namun tidak seperti dugaanku semula. Nyatanya ia hanya galau tentang karya tulis ilmiah yang sedang ia kerjakan.

Sebagai mahasiswa akademi keperawatan tingkat akhir di salahsatu universitas swasta di Banda Aceh, ia harus mengerjakan karya tulis ilmiah yang menjadi tugas akhir untuk mencapai kelulusan. Untuk itu aku memberinya semangat "semangat oca" tulisku untuknya. "Semangat sekali" begitu ia membalasku entah dengan perasaan yang sudah jenuh atau apapun itu.

Hari sudah mahu malam, diapun sudah menutup percakapan dengan senyuman manis perpisahan. Dia memang sedikit curang, tersenyum manis sebelum pergi. Menurutku, dia orang yang baik, sopan, dan juga lucu. Ia mampu mencairkan suasana, kedwasaan yang ia sajikan sangat matang. Namun sampai saat itu aku belum mencintainya.

Bersambung..

#Bora

Banda Aceh 01 november 2019

"Ocaku"Where stories live. Discover now