Awal mula gula aren

4 1 0
                                    

Malam yang dingin kambali menyapa, hujan yang turun seolah mewakili rinduku pada gadis yang bernama oca itu. Tapi tak banyak yang bisa ku lakukan, selain menyapanya lewat messengger. "Suster cantik ku" tulisku untuknya. "Iya gula arenku" balasnya untuk ku. Seperti biasa aku menanyakan seputar kabar tentangnya, ku tambahkan sedikit bumbu rayuan-rayuan milenial gayaku membuat percakapan semakin menarik.

Kami sudah bergitu dekat, akrab menyapa satu sama lain sudah tak canggung lagi. Ku putuskan untuk meminta nomor whatsapp nya "ca, bagi wa donk" kataku. Iapun seolah tak ragu memberikan nomornya whatsapp nya padaku. Sedikit ku katakan tentang prinsip, aku adalah orang yang memilih dalam hal memasukkan orang-orang dalam daftar kontak whatsappku. Hanya orang-orang yang ku anggap penting saja yang ku simpan whatsappnya.

Kami melanjutkan chat di whastsaap. "Ca, disana hujan ga.?" Tulisku, "engga, cuma air yang jatuh" balasnya. Selain gadis yang cerdas ia juga gadis yang suka melucu. Kami mempunyai selera humor yang hanpir sama, karena itulah aku tertarik padanya. "Kau tau ca.? Air yang jatuh itu mewakili rinduku yang bersorak ingin jumpa denganmu" rayuku untuknya. "Oh boleh, dmna.?" Tanya oca padaku. Aku juga bingung harus menentukan dmna harus berjumpa, jadi ku putuskan untuk membahas hal yang lain dulu. Mencari pembahasan memang tak semudah mencari batu di halaman rumah, apa lagi kita sedang merayu dan ingin bersamanya selalu.

"Ca, buat profil nya napa.?, setidaknya kala rindu memang belum berujung temu aku bisa menatap fotomu fi profil whatsapp untuk menekan rindu yang datang ini" tulisku. Memang pada saat ituu ia sedang tidak memasang foto profil. Aku adalah orang yang sedikit ribet, aku risih jika seseorang itu tidak memasang profilnya. Aku mengangap mereka adalah orang-orang yang sedang mempunyai masalah yang besar. Ya begitulah, ntah apapun alasannya. Ia membalasku dengan hal yang nyeleneh " nah nah, siap hujan ada pelangi, lalu keluarlah kata-kata bacot". Aku terkejut, ia tak seperti wanit a yang ku temui pada umumnya yang jika di rayu mereka suka terbang begitu saja. Dengan hati yang sedikit malu tetapi aku juga semakin ingin melanjutkan ini dan ku anggap ini adalah tantangan baru bagaimana menaklukan seorang gadis yang lucu dan cerdas ini.

"Bacot itu bagian dari modus ca, dan ini bukan masanya lagi. Kita sudah sama-sama dewasa, kurasa cukup untuk bermain-main. Aku datang dengan ketulusan, bukan kemodusan seperti yang kau katakan." Tulisku untuk meyakinkannya. "Banyak yang dewasa, tapi mereka bertingkah seperti anak-anak" balasnya.  "Ca percayalah, itu adalah sebuah kesalahan dalam berfikir, dan aku memilih untuk tidak seperti mereka, demi kenormalan dama menjalani hidup" tulisku lagi. "Hahaha baguslah, ternyata masih ada jomblo yang normal" balasnya lagi. Aku sedikit kesal tapi juga suka dengan candaan kecilnya itu.

Bersambung..

#Bora

Banda Aceh, 08 November 2019

"Ocaku"Where stories live. Discover now