Tujuh

1.5K 159 19
                                    

Tubuh yang berbaring itu bergerak tidak nyaman, dengan dahi yang mengernyit dan napas tak teratur, kedua lengannya meremat seprai kasur yang ditiduri, berkali-kali bergumam "eomma."

"Tae, kalau sudah besar nanti jangan menyusahkan kakakmu. Jadilah pria seperti dirinya, kebanggaan keluarga."

"Mulai sekarang kau tidak boleh keluar rumah lagi, Kim Taehyung!"

Taehyung terus bergerak gelisah dalam tidurnya, keringat dingin sudah mengalir di tubuh.

"Taetae?" suara lembut terdengar dalam benak, terselip di antara semua teriakan yang menggema. Ia berusaha untuk mencari dari mana sumber suara tersebut, namun yang ada di sekitarnya hanyalah kegelapan.

Remasan di seprai semakin kuat kala dadanya mulai terasa sesak, sakit sekali, namun Taehyung benar-benar tak tahu harus berbuat apa, ia hanya bisa menjerit dalam hati meminta siapa pun untuk menolongnya.

Hingga tubuhnya terasa seperti diguncang keras, juga teriakan yang kembali ia dengar, "TAE-HYUNG, BUKA MATAMU!"

Dengan itu Taehyung akhirnya membuka mata, rasa pening menyerang kepalanya begitu kuat, langit-langit kamar terlihat seperti berputar dan perutnya terasa begitu mual, susah payah ia mencoba menghirup udara untuk menghilangkan sesak yang dirasa.

"Taetae, pelan-pelan bernapasnya." suara lembut yang terdengar sedikit bergetar itu mulai membuat kesadaran Taehyung kembali dan memberinya ketenangan.

Ia pun mencoba menetralkan napas, mengerjap berkali-kali hingga pandangannya perlahan semakin jelas. Taehyung kini dapat melihat dua wajah yang menatap penuh kekhawatiran, dengan pelan ia mencoba untuk bangkit namun kedua lengan kokoh yang berada di pundak menahan dirinya.

"Jangan langsung bangun, hyung. Nanti kepalamu tambah pusing. Tenangkan diri saja dulu." Jungkook berucap seraya mengelap keringat di wajah Taehyung dengan sapu tangan yang dibawanya.

Sedangkan Jimin buru-buru mengambil segelas air putih yang berada di atas nakas lalu menyodorkannya ke arah sang adik, "minum!!"

"Oh iya. Terima kasih, Jimin-hyung." gelas itu diambil, Jungkook membantu Taehyung untuk minum perlahan hingga habis setengahnya.

Beberapa detik kemudian, Taehyung merasa lebih tenang dari sebelumnya, namun ia tak mampu mengatakan apa pun, hanya menatap kedua orang yang ada di sana bergantian dengan ekspresi kosong. Tempat ini seakan kembali terasa asing, ia tidak begitu mengenal mereka yang ada di sini.

"Tae-hyung, kau baik-baik saja?" pertanyaan itu hanya dijawab anggukan oleh Taehyung, membuat Jungkook lantas memaklumi.

Ia bukannya tidak tahu apa yang terjadi pada sosok tersebut, jelas sekali Taehyung mengalami serangan panik dalam tidurnya. Namun Jungkook merasa lebih baik tidak bertanya apa pun untuk saat ini, setidaknya hingga Taehyung benar-benar pulih.

Dilihatnya jam di dinding kamar sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, dengan cepat Jungkook menaruh gelas dan juga sapu tangan yang tadi digunakan ke atas nakas lalu melihat ke arah Jimin yang masih berdiri terdiam memperhatikan mereka.

"Hyung, aku harus segera berangkat kerja. Kau tidak apa aku tinggal sekarang?" tanyanya sedikit ragu.

"Um! Kookie berangkat saja, biar Jimin yang jaga Taetae!" jawabnya dengan yakin.

"Baiklah, nanti buatkan bubur untuk Tae-hyung ya? Kalau badannya demam, minta obat ke Chae-noona." titah Jungkook.

Jimin mengangguk berkali-kali dan memberi pose hormat pada sang adik, "siap, Kookie!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wild Flower [VMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang