7 | pertanyaan-pertanyaan

219 22 3
                                    

Sehabis nganter Soohyang balik ke rumah, Eunwoo tancap gas langsung ke rumah Lucas. NGAKUNYA SIH ngambil mekdi, padahal mah mau curhat sekalian. Gak peduli lah anjir mau Lucasnya lagi bucin di rumah kek apa gimana. Eunwoo butuh teman curhat. Orang tuanya jelas bukan pilihan kalau soal curhat. Nanti yang ada malah diejekin. 

"Mas Uwu sudah kembali..." sapa satpam rumah Lucas, Pak Ucup.

"Eh Pak Ucup. Iya nih ehehehe... Masuk dulu ya, pak," kata Eunwoo.

Belum juga Eunwoo lepas sendal, satpamnya nyegat duluan.

"Kalau kata bapak jangan masuk dulu, mas."

"Lah kenapa pak?"

Pak Ucup nunjuk celah tirai yang agak besar, cukup buat liat situasi di dalem. Eunwoo penasaran jadi dia liat ke dalem. TERNYATA OH TERNYATA! Pantesan Pak Ucup gak ngebolehin. Eunwoo geleng-geleng.

"Gapapa, pak. Saya masuk aja biar saya berhentiin. Siang-siang gini astaga..." ujar Eunwoo sambil buka pintu.

"Oke, mas. Saya gak ikutan, ya." Pak Ucup balik masuk ke pos nya.

JEBLAK!

KRIET...

JEDER!

Kira-kira gitu bunyi pintunya. Lucas dan Doyeon langsung kaget dan menghentikan aktivitas mereka. Eunwoo tempeleng kepala Lucas dan dia pukul lengan Doyeon. Mereka berdua mengaduh terus ketawa malu.

"JAM BERAPA ANJING ASTAGA!" teriak Eunwoo. "Make out? Seriously dude? It's like in the middle of the day!"

"Santai, Wu. Doyeon kan tunangan gue ini," kata Lucas santai sambil ngerangkul Doyeon.

Eunwoo melotot. "TUNANGAN?!"

Lucas dan Doyeon ngangguk-ngangguk.

"Ampun Tuhan... Kenapa hariku kurang baik..." gumam Eunwoo sambil ngacak-ngacak rambutnya.

"Kapan lamarnya?"

"Tadi." Lucas dan Doyeon jawab bareng.

"Pake apa?"

"Cincin tuh di kotak item."

"Terus langsung iya gitu?"

Lucas dan Doyeong ngangguk-ngangguk lagi.

Bajingan... batin Eunwoo. Apes banget hari ini astaga...

"Mekdi gue?"

"Meja makan. Mau makan bareng?" tanya Lucas.

"Iya, mau," jawab Eunwoo cepet.

Mereka bertiga langsung duduk di meja makan. Eunwoo ngebuka bungkusan mekdinya dengan agak tidak semangat. Rasanya tadi es pisang ijo udah bikin dia kenyang pake banget. Burger, kentang, nugget, dan cola di depannya kek udah gak menggugah selera gitu. Gara-gara perkataan Soohyang.

"Yah... Aku pikir-pikir yah, ngeliat situasi temen kantorku itu, mendingan aku jangan nikah dulu deh."

Perkataan Soohyang terus terngiang di kepala Eunwoo. Entah kenapa. Mungkin itu yang bikin mood Eunwoo turun sekarang. Niatnya mau ngelamar jadi menipis.

"Cepet to, cerita," kata Lucas pake logat Jawa, logatnya keluar kalau lagi sesi curhat. Biasa, walaupun udah tinggal di Jaksel, bahasa mama Yoona yang asli Surabaya masih melekat. Lucas juga kan besar di Surabaya.

"Soohyang tadi cerita temen kantornya resign gara-gara dipaksa jadi ibu rumah tangga sama suaminya. Terus dia bilang ngeliat situasi temennya itu dia gak mau nikah dulu," curhat Eunwoo sambil ngunyah burgernya.

"Lah terus gimana? Masa mau batal lamar? Gak gitu dong!" teriak Lucas protes, masih dengan logat Jawanya.

Doyeon angkat tangan, mau ngomong. Eunwoo balas angkat tangan, mempersilahkan. Lucas angkat tangan, mempersilahkan juga.

Doyeon berdehem. "Sepupu gue, Soohyang, emang agak susah kalau udah urusan nikah. Soalnya dia ngeliat orang tuanya yang nikah cuma karena komitmen, bukan cinta. Dia agak gak percaya kalau nikah pake cinta itu bakal berhasil."

Eunwoo ngangguk-ngangguk. "Eh, sepupu lu? Soohyang Lim sepupu lu?"

"Iyalah! Mamanya dia kakaknya papa gue."

"Oalah..." Eunwoo minum cola. "Terus gimana dong? Lu ngomong gitu gue makin urung buat ngelamar nih."

Lucas nelen nuggetnya terus ngomong, "Gue sih setujunya lu tetep lamar. Mau gimana pun resikonya ya lu tanggung. Lu udah 10 tahun lebih pacaran sama dia, udah saling kenal satu sama lain. Gak bisa hubungan kalian gini-gini terus. Take this to the next step, marriage."

Doyeong ngangkat bahu. "Gue sih terserah lu. Bukan maksud buat bikin lu down ya, Eunwoo. Gue cuma ingetin itu aja. Siapa tau Soohyang udah berubah dan dia percaya cinta sekarang. Mau gimanapun ya gue tetep dukung lu. Lu kan calon sepupu ipar gue."

Lucas dan Doyeon ketawa bareng. Eunwoo ikut ketawa. Mereka kemudian lanjutin makan sampai habis. Sementara Doyeon buang sampah keluar, Lucas dan Eunwoo duduk di ruang tamu. Mengistirahatkan perut yang sudah menampung begitu banyak makanan. Heran juga mereka makan banyak tapi perut tetep abs.

"Caso..." panggil Eunwoo.

"Apa?" tanya Lucas terus nyeruput colanya.

"Pertanyaan lu ke Doyeon gimana?"

"Apaan?"

"Waktu lamar, So..."

"Ohh..." Lucas berdehem. "Doyeon, gue tau kita baru kenal sebentar. Tapi gue udah pengen serius sama lu. Nikah sama gue, yuk."

Eunwoo ketawa. "Seriusan lu anjing?"

Lucas menghela napas. "Si anjin gak percaya, loh. Beneran!"

"Duh, seandainya gue bisa segampang itu ngomong. Tapi gue gak bisa."

"Wu, everything's not easy. Sometimes you gotta try harder to fight for what's worth for you."

"I know, So. Thanks. But I still need your favor."

"Apaan tuh?" Lucas senyum jahil. Jarang sepupu dinginnya ini minta bantuan. Sekali dateng pasti ada butuhnya doang.

"Bantuin gue siapin lamaran, ya? Nanti gue traktir di restonya papa sepuas lu mau, deh."

Mata Lucas berbinar terang. Denger kata yang berhubungan dengan makanan aja dia seneng. Habisnya Lucas ini bener-bener lahap. Sekali makan bisa 2x porsi cowo yang 1 porsi aja udah banyak banget kan kalau cowo tuh. Eunwoo tau dengan mata berbinar Lucas berarti dia mau.

Eunwoo ngulurin tangan. "Mulai Senin, ya. Lu ke kantor gue aja langsung. Nanti disuguhin."

Lucas menjabat tangan Eunwoo yang terulur. "Oke, sepakat."





"Pak Ucup, kalau buang sampah gini dimana ya?" tanya Doyeon.

"Di ujung komplek sana, Mbak Doy. Ada jalan buntu disana ada tong sampah gede banget warna ijo. Tiap jam 3 diambil jadi mending cepetan, Mbak," jawab Pak Ucup.

"Astaga, jauh banget..."

Dingin Family 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang