Chapter 7

630 39 1
                                    

"Nit." Lirih (Namakamu).

"Iya, (Nam)?" Sahut Anita sambil kepanikan.

"Kenapa gue bisa disini?" Tanya (Namakamu).

"Lo pingsan di kampus, (Nam)." Jawab Anita.

Tak lama kemudian, Bunda Yanti pun datang lalu menghampiri (Namakamu) yang terbaring di ruang UGD sambil kepanikan.

"Sayang, kok kamu bisa gini sih?" Lirih Bunda Yanti.

"Bunda, please. Ngapain kesini? Kan Bunda sama Ayah sibuk ngurusin—"

"(Namakamu), lo gak boleh gitu sama nyokap lo sendiri." Potong Anita.

"Nit, lo tau apa tentang permasalahan gue?" Tanya (Namakamu).

"Sayang, dengerin Bunda. Bunda tau, kamu pasti masih gak terima sama keputusan Ayah." Sahut Bunda Yanti.

"Dan kamu pasti benci sama Ayah, kan?" Lanjutnya.

(Namakamu) pun menangis ketika Bunda Yanti angkat bicara.

"(Namakamu) gak boleh benci sama Ayah. Mau gimanapun, Ayah kan tetap Ayahnya (Namakamu) dan Bang Rijal." Tutur Bunda Yanti.

"Lagian Bunda kesini sendiri kok, nggak sama Ayah." Lanjutnya.

Tangisan (Namakamu) mulai pecah. Bunda Yanti menatap Putri Bungsunya dengan iba lalu memeluknya.

"Maafin (Namakamu), Bunda. (Namakamu) salah." Lirih (Namakamu).

"Iya, Sayang." Jawab Bunda Yanti.

"Bunda udah maafin kok." Lanjutnya.

"Makasih, Bunda." Ucap (Namakamu) sambil menahan isak tangisannya.

"Iya, Sayang." Sahut Bunda Yanti.

"Udah, gausah nangis." Lanjutnya sambil menenangkan (Namakamu) dengan cara mengelus lembut kepalanya.

(Namakamu) mengangguk paham.

"Bilang makasih dulu sama yang nolongin kamu." Ujar Bunda Yanti.

"Nit, makasih ya." Ucap (Namakamu) lalu tersenyum manis.

"Sorry, (Nam). Yang nolongin lo, cuman Iqbaal." Sahut Anita.

"Bukan gue, ataupun Riska." Lanjutnya.

Tiba-tiba (Namakamu) melunturkan senyumannya.

"Sayang, Anita benar. Yang nolongin kamu dan bawa kamu kesini cuma Iqbaal, bukan Anita ataupun Riska." Sahut Bunda Yanti.

"Bilang makasih, gih. Sama Iqbaal." Lanjutnya.

(Namakamu) menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sayang, gak boleh gitu. Kalo Iqbaal gak ada, pasti kamu gak bakal tertolong di Kampus." Jelas Bunda Yanti.

(Namakamu) mengalihkan pandangannya kepada Iqbaal.

"Makasih." Ujar (Namakamu) lalu tersenyum tipis.

"Sama-sama." Balas Iqbaal sambil tersenyum sekilas.

"(Nam), gue sama Riska balik dulu ya." Pamit Anita.

"Iya, Nit." Sahut (Namakamu).

"Hati-hati ya." Lanjutnya.

"Siap." Balas Anita.

"Bye, (Nam). Get well soon ya." Lanjunya.

"Get well soon." Ujar Riska.

"Bye. Makasih ya, kalian." Balas (Namakamu) lalu tersenyum manis.

Setelah Anita dan Riska tersenyum melihat (Namakamu) tersenyum kembali, mereka pun pulang ke rumah mereka masing-masing.

"Bunda."

"Iya, Sayang?"

"Abang mana?"

"(Namakamu) mau Abang disini." Lirih (Namakamu).

"Sayang, Abang kan sibuk."

"(Namakamu) istirahat dulu ya, besok pasti Abang datang kok." Bujuk Bunda Yanti.

(Namakamu) pun meng-Iya-kan jawaban Bunda Yanti, dan akhirnya ia memilih untuk nurut dengan perkataan Bundanya.

"Tante, Iqbaal dan Bagas pamit dulu ya. Udah malam soalnya." Pamit Iqbaal kepada Bunda Yanti.

"Gak nginep aja?" Tawar Bunda Yanti.

"Gausah, Tant. Lagian besok masih ada agenda kampus pagi." Tolak Iqbaal.

"Oh, yaudah. Tante mewakili (Namakamu) mengucapkan terima kasih sebesar besarnya ya. Mungkin kalo gak ada Iqbaal, Tante gatau lagi (Namakamu) jadinya gimana."

"Satu lagi, Tante minta maaf kalo sikap (Namakamu) sedikit cuek sama Iqbaal." Lanjutnya.

"Iya, Tante. Sama sama." Balas Iqbaal.

"Yaudah kalo gitu, Iqbaal duluan ya, Tante." Pamit Iqbaal sekali lagi.

"Iya."

Iqbaal dan Bagas pun pergi meninggalkan (Namakamu) dan Bunda Yanti yang masih di ruang UGD.



💨💨💨

Huaaaa monmap dikit gaje. Nih beberapa bulan belakangan ini bener bener super duper sibuk 😭
Oke deh ntar ada waktu baru gue next lagi. Tenang aja.

Btw yang berbaik hati dan tydack shombonk, jamgan lupa vote + comment yaaaw!! 😁

-d.

Water (masih revisian)Where stories live. Discover now