•
Iqbaal dan Bagas yang sedang merayakan kelulusan mereka pun tiba tiba terdiam ketika mendengar handphone milik Iqbaal berbunyi. Iqbaal langsung meraih handphonenya di kantong celananya.
"Siapa, Baal?"
Terlihat jelas nama Bunda ❤️ di handphone miliknya.
"Nyokap."
"Yaudah, angkat dulu. Mana tau penting."
"Yoi."
Iqbaal langsung menekan tombol hijau lalu menempelkan handphonenya ke telinganya.
"Halo. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Baal."
"Iya, Nda?"
"Kamu dimana, Nak?"
"Di kampus masih. Ada apa, Bunda?"
"Hari ini kalian harus fitting ke butik."
"Hah— Bun— Ga kecepetan?" Cengo Iqbaal.
"Lebih cepat lebih baik, sayang."
Iqbaal menghembuskan nafasnya secara kasar.
"Buruan ya, Bunda udah di butik sama Tante Yanti nih." Perintah Bunda Rike.
"Jangan lupa jemput (Namakamu) di kampus." Lanjutnya.
"Iyaiya."
Iqbaal memutuskan telfonnya dengan Bundanya dengan ekspresi melasnya karena ia harus menjemput (Namakamu) di kampus.
"Kampus (Namakamu) dimana si?" Tanya Iqbaal.
"Lahh, (Namakamu) mah sidang skripsi hari ini."
"Serius?" Tanya Iqbaal lagi.
"Serius."
"Lagian ada apa si?" Tanya Bagas balik.
"Gue disuruh jemput (Namakamu)." Jawab Iqbaal dengan nada malasnya.
"Anjay." Cibir Bagas.
"Yaudah. Gih, jemput sana. Ntar keburu (Namakamu) pulang duluan." Perintah Bagas.
"Okey. Gue duluan ya." Pamit Iqbaal.
"Yoi, Bro." Sahut Bagas.
Iqbaal meninggalkan Bagas seorang diri.
•
"(Nam)—"
"Oy." Sahut (Namakamu).
"Besok lo sibuk gak?" Tanya Riska.
"Kayaknya nggak deh."
"Eh tapi besok gue pengen rebahan." Lanjutnya yang diakhiri dengan cengiran manjanya.
"Yeu. Kaum rebahan dasar." Desis Anita.
"Ape lo." Gretak (Namakamu).
"Njir— Nantang dia." Cibir Anita.
"Gelud sia—"
TITT TIIIT
Belum selesai Riska ngomong, tiba tiba Iqbaal memberhentikan mobilnya lalu membunyikan klakson mobilnya di samping Riska.
"Brisik, woi. Brisik." Teriak (Namakamu).
Iqbaal membuka kaca mobilnya.
"Buruan naik." Perintah Iqbaal.
"Gue-- Ikut lo?"
YOU ARE READING
Water (masih revisian)
Fanfiction"Awalnya kami sesama dijodohin sama orang tua kami, alasannya karena ini adalah satu-satunya jalan yang terbaik buat kami. Lalu ntah mengapa seiring berjalannya waktu, kami mulai saling membuka fikiran, saling membuka pendapat, bahkan saling membuka...
