Chapter 9

514 43 3
                                    

300+ readers, 30+ vote, update lagi. hihiii!

Hari ini adalah hari dimana Iqbaal harus sidang skripsi. Siap gak siap, ia harus siap menghadapi dosen dosen terkiller di kampusnya.

"Doain ya, Bro!" Ujar Iqbaal.

"Aamiin, Baal. Goodluck, ya!" Seru Bagas.

Iqbaal pun tersenyum lalu memasuki suatu ruangan, yang dimana ia harus menghadap dosen dosennya untuk mempresentasikan skripsinya.

5 menit setelah Iqbaal masuk ke dalam ruangan tersebut, Anita tak sengaja bertemu Bagas.

"Gas— Lo ngapain disini?" Tanya Anita.

"Nungguin Iqbaal." Jawab Bagas spontan.

"Kirain lo hari ini sidang skripsi." Cibir Anita.

"Minggu depan gue mah." Sahut Bagas.

"Barengan (Namakamu) dong." Cetus Anita.

"Hah— Emang iya?"

"Iya."

"(Namakamu) mah udah dibolehin sidang minggu depan sama dospemnya." Tutur Anita.

"Oalah."

"Eh, lo sendiri? Ngapain kesini?" Tanya Bagas balik.

"Yaaa lewat doang sih. Mau ke kantin." Jawab Anita.

"Yaudahlah, gue duluan ya. Udah ditungguin di kantin soalnya." Lanjutnya.

"Okay." Sahut Bagas, lalu Anita pun pergi meninggalkan Bagas.

"(Nam), (Nam)—"

"Apa." Sahut (Namakamu) spontan.

"Sidang skripsi lo, minggu depan kan?" Tanya Anita.

"Iya."

"Lo sidangnya barengan sama Bagas, woi." Cetus Anita.

"Bagas—"

"Bagas— Temennya si Iqbaal. Yang waktu itu ikut nolongin lo juga." Jawab Anita.

"Demi?" Tanya (Namakamu) ingin meyakinkan perkataan Anita barusan.

"Demi apapun, (Nam)." Sahut Anita spontan.

"Lo tau darimana?" Tanya (Namakamu).

"Barusan gue ketemu Bagas di depan ruang sidang. Si Bagas nih ceritanya lagi nungguin Iqbaal yang lagi sidang hari ini. Nah, gue tanyain tuh— 'Lo gak sidang, Gas?' Eh gak lama dia jawab 'Giliran gue mah minggu depan.' Gitu." Jelas Anita.

"Anjir." Desis (Namakamu).

Setelah beberapa waktu kemudian, Iqbaal keluar dari ruangan tersebut.

"Gimana, Bro?" Tanya Bagas.

"Gue lolos, Gas." Jawab Iqbaal kesenangan.

"Wihh— Congrats, Baal! You deserve it." Ujar Bagas antusias.

"Thank you, Bro!" Balas Iqbaal lalu tersenyum.

Tiba tiba, teman teman Iqbaal yang lain pada datang menghampiri Iqbaal.

"Baal, congrats!" Ujar Farhan.

"Thank you, Bro!" Balas Iqbaal.

"Yoi." Sahut Farhan.

Karena sedari pagi tadi jam kuliah kosong, (Namakamu) memutuskan untuk pulang. Dan saat ini, ia sudah sampai di rumahnya.

"Assalamualaikum." Ujar (Namakamu).

(Namakamu) mendapati Bundanya sedang nonton TV di sofa. Ia pun mencium punggung tangan Bunda Yanti.

"Waalaikumsalam." Sahut Bunda Yanti.

"Kok pulangnya cepat?" Tanyanya.

"Gak ada jam kuliah, Bun. Yang ada para senior cuma sidang skripsi." Tutur (Namakamu).

"Trus, ada ketemu Iq—"

"Iqbaal lagi, Iqbaal lagi." Desis (Namakamu).

"Please, Bunda. (Namakamu) gamau bahas Iqbaal melulu." Lanjutnya.

"Yaudah deh, iya." Cibir Bunda Yanti.

"Gih, ganti baju trus makan siang. Dan jangan lupa minum obat." Lanjutnya.

"Iyaiya." Sahut (Namakamu) lalu menaiki tangga menuju kamarnya.

Bunda Yanti hanya menggeleng gelengkan kepalanya, lalu ia lanjut nonton TV lagi.

Seminggu pasca sidang skripsinya, Iqbaal semakin bingung akan menghadapi kehidupannya yang sesungguhnya. Disisi lain, ia memikirkan wisudanya dan bagaimana caranya ia bisa mendapatkan kerjaan dalam waktu singkat. Dan disisi lain pun, ia masih bingung bahwa ia akan meminang juniornya ternyebelin yang bernotabene anak dari rekan bisnis Ayahnya saat ini.

"Woi, Bro!" Bagas menepuk pundak Iqbaal. Alhasil, Iqbaal terkejut.

"Apaan si, ngagetin aja." Desis Iqbaal.

"Lo ngapain sih, daritadi bengong mulu gak kelar kelar." Cetus Bagas.

"Cerita sama gue sini. Kali aja gue bisa bantu." Lanjutnya.

"Gue kan udah cerita semalem sama lo." Ujar Iqbaal.

Bagas pun ingat apa yang diceritakan Iqbaal semalam kepadanya.

"Oh— Masih yang itu?"

"Yaelah, Boy. Dibawa santai aja napa si, Boy." Cibir Bagas.

"Dan gue yakin, perlahan lo pasti bakal cinta sama (Namakamu). Begitupun sebaliknya, perlahan (Namakamu) juga bakal cinta lo juga." Tutur Bagas.

"Percaya aja." Cibirnya.

"Dihh— Sok tau lo." Sengit Iqbaal.

"Lahh— Gue serius, Boy." Balas Bagas.

"Iya deh, iya." Cibir Iqbaal.

Sidang skripsi (Namakamu) hari ini tuntas. Dan ia dinyatakan bisa ikut wisuda 3 bulan lagi.

"Congrats, (Nam)! Lo cepet banget wisudanya." Ujar Riska.

"Thank you, girls! Ini semua berkat bantuan kalian."

"Tanpa bantuan kalian, gue gak bakal bisa sidang hari ini." Lanjutnya.

Tak sadar, (Namakamu) merintihkan air matanya.

"(Nam), lo gaboleh nangis. Kita masih disini kok, buat lo." Bujuk Anita.

"Hihii— Iyaiya." (Namakamu) menghapus kasar air matanya.

"Cengeng banget sih gue." Desisnya.

"Hahaha—"

Anita dan Riska tertawa kecil ketika mendengar sahabatnya mendesis.

"FYI, (Nam). Gue sama Riska mulai bulan depan udah boleh sidang juga." Ujar Anita.

"Doain ya." Lanjutnya.

"Aamiin. All the best for us, girls." Balas (Namakamu).

"Aamiin." Sahut Anita dan Riska serentak.

"Eumm— Karena hari ini lo udah dinyatakan lulus sidang, mending kita ke kantin aja." Tawar Riska.

"Nah— Boleh tuh!" Seru (Namakamu).

"Kuy kuy." Lanjutnya.

(Namakamu), Anita, dan Riska— Mereka bertiga pun menuju ke kantin.



💨💨💨

Hallo!
Udah sebulan ga publish wkwk maap guys. Minal aidzin wal faidzin 😁🥰
Btw happy 3k readers yuhuu!! 😭😭

Tetap dengan kewajiban untuk vote + comment. Hehe
Luv u, ayang beb! ❤️
-d.

Water (masih revisian)Where stories live. Discover now