Bagian 5

168 25 0
                                    

Kegiatan di Pesantren baru saja berakhir, tampak Farid keluar dari sebuah ruangan dengan bergegas. Sepertinya lelaki tampan itu baru saja usai mengajar, dan kini tengah berjalan mengejar seseorang.

Wanita itu berjalan perlahan, dengan balutan busana syari ia tampak begitu anggun. Sementara Farid tetap setia mengekorinya dari belakang, dan terus mempercepat langkah kakinya.

"Ustadzah Maryam," seju Farid sembari terus mengejar wanita itu.

Namun tampaknya Maryam tak mendengar panggilan pria itu, sehingga ia terus berjalan tanpa memperdulilan bahwa ada seorang pria yang tengah berlari mengejarnya.

"Maryam," seru Farid sekali lagi, namun jaraknya dengan wanita itu sudah semakin dekat, bahkan hampir sampai.

Sontak saja wanita bertudung syari itu menghentikan langkah kakinya, mencari sumber suara yang telah mengusik perjalanannya.

"Ada apa ustadz Farid memanggil saya?" tanya Maryam dengan suara lembut, namun terdengar jelas.

Lelaki itu tidak langsung menjawab pertanyaan wanita yang kini berdiri dihadapannya, sesaat ia tampak berusaha mengatur nafasnya yang tak berurutan.

"Saya panggil dari tadi, tapi dik Maryam tidak kunjung berhenti," tutur Farid sembari mengatur nafas.

"Maaf ustadz, sepertinya saya tadi tidak mendengar," jelasnya sambil tersenyum tulus, tanda permintaan maaf.

"Panggil nama saja dik," perintah Farid, sambil membalas senyum manis Maryam.

Keduanya tampak terdiam sesaat, meciptakan keheningan dikala itu. Sesekali pandangan Maryam menatap jam tangan, yang melingkar indah di pergelangan tangan kirinya, lalu kembali menatap sosok lelaki yang berdiri mematung dihadapannya.

"Nanti dik Maryam ada acara?" tanya Farid dengan lidah kelu.

Suaranya terdengar sedikit gemetar, keringat mulai menetes membanjiri dahinya. Sementara jantungnya berdetak lebih cepat, menciptakan irama yang menggetarkan hatinya.

"Tidak, ada apa yaa mas?" tanya Maryam dengan lembut.

Lelaki itu kembali terdiam membisu, tak kunjung memberikan jawaban dari pertanyaan Maryam. Tampak jelas bahwa ia tengah gugup, sehingga keringat enggam berhenti mengalir dari balik peci hitamnya.

"Kalo tidak ada yang penting, izinkan saya pergi yaa mas," ucap Maryam yang sontak saja memecahkan lamunan Farid.

Namun Farid masih tetap membisu, tak ada keberanian lebih untuk mengutarakan niatnya kepada Maryam. Sementara wanita anggun itu terlanjur kesal, hingga beberapa saat kemudian ia berjalan perlahan meninggalkan Farid yang masih setia mematung.

"Farid," seru Yusron, seketika membuat lelaki yang dipanggil terkejut.

Lelaki itu menoleh, dan menghampiri Yusron. Keduanya duduk disebuah bangku dilorong gedung. Perlahan Farid menghela nafas dalam-dalam, melepaskan segala rasa yang terpendam. Ia benar-benar kecewa terhadap dirinya sendiri, bahkan untuk berbicara dengan wanita yang dicintainya saja ia tak berani. Sungguh wanita mana yang mau menerima pria seperti dirinya. Lelaki itu tampak muram, dan terus menundukan kepalanya.

Melihat sahabatnya yang tengah dilanda cinta, membuat Yusron tersenyum sembari memukul kecil bagu sahabatnya itu. Keduanya sudah menjalin persahabatan dengan sangat baik, berawal sejak mereka duduk dibangku "Sekolah menengan pertama", hingga sampai saat ini keduanya masih berteman baik.

Pasangan Halalmu (END)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang