Rumah Kaca Di Atas Bukit

132 66 10
                                    

Di suatu tempat yang jauh dari keramaian hiruk pikuk kota, terdapat rumah kecil yang bagus di atas bukit yang asri dan sejuk hawanya.  Hampir sebagian besar dari tembok rumah terdapat jendela kaca. Pohon-pohon yang rindang dan tanaman bunga tertata rapi di sekitar rumah sehingga menambah keindahan rumah itu. Penduduk di sekitar bukit itu menyebutnya dengan nama Rumah Kaca di atas bukit. Di sinilah Ariani tinggal terasing dari kedua orang tuanya.

Ariani ditemani seorang pembantu yang merawatnya. Bi Nung nama panggilannya, Bi Nung bekerja dengan orang tua Ariani sudah lama, dia merawat dan menganggap Ariani seperti anaknya sendiri.

“Bi Nung...” panggil Ariani dari dalam kamarnya.

“Ya Non , ada apa ? Jawab Bi Nung sambil menghampiri Ariani.

“Bi, sebenarnya Papa sama Mama sayang gak sih sama Ariani?” Mengapa mereka seakan-akan menyingkirkan Ariani dari kehidupan mereka” Ariani termenung sambil sesekali mengusap air matanya.

“Apakah karena kakiku cacat, aku lumpuh sehingga mereka malu dengan keadaanku? Apa salah aku Bi Nung? aku juga tidak ingin dilahirkan cacat seperti ini...” Ariani berbicara sambil sesenggukan menangis sedih.

“Non istigfar , yang sabar jangan sedih terus, mama sama papa Non Ariani sangat sayang sama Non, mereka mencukupi keperluan Non semua. Mereka hanya tidak sanggup melihat kondisi Non Ariani setiap hari yang selalu sedih, menyendiri dan merasa minder bermain dengan teman-teman Non di sekitar rumah dan sekolah.  Makanya mereka menempatkan Non di rumah kaca yang indah ini “ kata Bi Nung sambil menghibur Ariani.

Waktu pun kian beranjak sore. Sinar matahari yang berwarna jingga menghiasi indahnya langit di atas bukit. Matahari yang mulai terbenam di ufuk barat seakan-akan mengucapkan salam perpisahan. Senja pun berlalu dan malam mulai datang. Terdengar alunan adzan maghrib mulai menggema menyerukan ajakan untuk segera shalat dan bersujud kepada Allah SWT. Bi Nung menghampiri Ariani yang sedang duduk di teras dan mengajak masuk ke rumah untuk melaksanakan shalat maghrib.

“ Ayuk Non kita ambil wudhu dan shalat bersama-sama.” Ajak Bi Nung sambil mendorong kursi roda Ariani ke dalam rumah.
Mereka pun shalat bersama-sama. Selesai shalat mereka memanjatkan doa bersama.

“Kita harus selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita.” Kata Bi Nung sambil menasihati Ariani yang sering merasa bahwa dirinya tidak beruntung dilahirkan ke dunia ini. Ariani hanya menganggukan kepalanya tanpa berkata-kata.
Selesai shalat Bi Nung sibuk di dapur sambil menyiapkan makan malam. Bi Nung selalu memasak kesukaan Ariani yaitu sayur sup dan ayam goreng.

Malam pun kian beranjak dan Ariani pun masuk ke kamarnya, sebelum tidur dia selalu membaca buku-buku pengetahuan dan buku pelajaran supaya tidak ketinggalan dengan teman-teman sekolahnya dulu. Akhirnya rasa kantuk menyerang dan Ariani pun tidur dengan nyenyak.
Dahulu Ariani bersekolah di SMA umum seperti anak-anak normal lainnya. Tapi karena merasa minder dan kurang bisa bergaul dengan teman-teman sekolahnya  akhirnya dia dipindahkan  dari sekolah dan menempuh sekolah privat atau dengan istilah home schooling.

Bunyi alarm jam terdengar dari HP Ariani, waktu sudah menunjukan pukul  empat pagi. Ariani terbangun dan segera mematikan bunyi alarm tersebut.  Sebentar kemudian suara azan subuh mengalun merdu dari masjid di sekitar bukit.  Ayam pun ikut berkokok dan suara burung bersahut-sahutan menambah keindahan suasana pagi Ariani beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan mengambil air wudhu dengan dibantu sama Bi Nung. Setelah shalat subuh, dia membuka jendela dan terasa hembusan angin segar di pagi hari dan wangi harum bunga melati dan mawar yang sedang mekar.

“Ooohhh.... enak sekali pagi ini, badanku segar bangun dari tidur. “ Mumpung sekarang hari Sabtu dan tidak ada guru yang datang ke rumah, aku ingin jalan- jalan turun ke taman di lembah itu” Ariani berkata pada dirinya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah Kaca Di Atas BukitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang