Chap 08

1.1K 104 0
                                    

Selain itu hubunganku dengan Akano tidak berubah sama sekali. Dia masih membenciku, bahkan saat dia sudah sekolah menengah atas, dengan terang terangan dia mengabaikanku.

Akano sama sekali tidak bicara kepadaku.

Kalimat yang dia lontarkan kepadaku ketika ia bicara denganku hanyalah, "Selamanya aku membencimu", "Kenapa kau tidak mati mati juga." atau, "Aku sangat membenci keluarga ini."

"Kenapa kau tidak mengerti juga sih, sudah berulang kali aku katakan bukan! Aku tidak butuh bantuanmu!

Aku juga tidak menginginkan rasa simpati mu itu! Aku bisa menjaga diriku sendiri! Dan sudah ku katakan, aku tidak pernah menganggap kau kakak ku lagi!

Jadi berhenti bicara dengan ku, berhenti bersikap sebagai seorang kakak. Aku muak, sangat muak.

Aku membencimu, dan ku harap kau segera mati, mati, mati, mati, matiii!" Bentak Akano padaku ketika aku sedang merawatnya di saat ia sedang sakit.

"Kau mengutuk ku begitu banyak Kano, setidaknya katakan padaku dimana kesalahanku. Ini sudah sangat lama bukan, apa tidak bisa kita berdamai? Kakak sangat merindukanmu Kano." Ucapku dengan nada rendah.

"Mati saja kau!"

"Aku akan meninggalkan mu untuk istirahat, panggil aku jika kau butuh sesuatu."

Dan keesokan hari disaat aku sedang menyiapkan sarapan untuk Akano, dia melewatiku begitu saja dan Akano sudah berpakaian rapi dengan seragamnya.

"Kenapa kau pergi sekolah, istirahatlah saja untuk hari ini agar demam mu benar benar turun." Sautku.

Aku yang menarik tangan Akano di tamparnya dengan sangat keras.

Tanpa berkata apa apa, Akano melanjutkan langkah kakinya menuju sekolah.

Dan dengan putus asa aku pun pergi sekolah setelah Hayato menghampiriku.

"Kenapa kau muram? Soal Akano kah?" Tanya Hayato dan aku hanya menganggukkan kepala.

"Slalu saja dia... Ini sudah sangat lama bukan? Mau sampai kapan kau terus mendiamkannya?" Lanjut Hayato.

"Aku tidak tau... Hayato bagaimana kalau tidak lama lagi aku akan mati? Bagaimana dengan Akano?

Orang tua ku juga tidak henti henti bertengkar, bahkan saat ini pertengkaran mereka semakin parah.

Hayato mau kah kau merawat Akano untuk ku? Tolong urusi dia, aku tidak masalah kalau kau bersikap keras padanya, setidaknya ada seseorang yang akan merawatnya." Ucap ku dengan sangat putus asa.

"Hah apa apaan ucapan mu itu?"

"Semalam Kano mengutuk ku mati dengan jumlah yang sangat banyak, kalau begitu sebentar lagi aku akan mati kan."

"Aku tidak percaya dengan hal itu. Sudah lupakan, aku tidak mau mendengar hal seperti itu, dan aku juga tidak akan merawat Akano."

"Kenapa begitu? Kenapa kau tidak mau merawatnya?"

"Bukan kah itu sudah sangat jelas? Karena kau kakaknya! Jadi untuk apa aku harus repot repot merawat anak nakal itu."

Pagi pun sudah menjadi siang, aku mencari Akano untuk mengetahui keadaannya.

Saat itu aku melihatnya bersama teman temannya dan aku segera menghampirinya.

"Kano bagaimana keadaanmu? Apa demam mu sudah turun? Kau sudah makan?" Tanya ku dengan nada khawatir.

Akano mengabaikan ku dan salah seorang temannya bertanya pada Akano siapa kakak kelas ini.

Namun Akano menjawab, "Aku tidak tau tidak kenal dengan orang ini."

"Kano..." Panggilku dengan nada sedikit tinggi ketika ia dan teman temannya mulai berjalan pergi.

Akano mulai geram, ia menghampiriku dan memukul wajahku. Ketika aku terjatuh karena pukulannya, Akano membuka botol minuman mineral miliknya dan menyiramiku.

"Kau sungguh berisik, aku tidak mengenalmu dan aku tidak suka kau terus menerus menggangguku." Seru Akano.

Hayato yang tidak sengaja lewat dan melihat itu, ia segera berlari dan berusaha untuk memukul Akano.

Aku yang melihat itu segera berdiri dan menahan Hayato.

"Jangan Hayato!"

"Kau bedebah Akano, selama ini Azuka selalu sabar menghadapi mu dan tidak pernah melawanmu.

Tapi apa yang kau lakukan? Aku tidak pernah menyangka kau bisa bertindak sejauh ini!" Bentak Hayato yang sedang ku tahan tubuhnya agar tidak memukul Akano.

"Sudah cukup Hayato, tenangkan dirimu. Kano cepatlah pergi bersama teman teman mu. Cepatlah!" Seru ku.

Akano melangkahkan kakinya dan meninggalkan kita berdua.

"Apa yang kau lakukan Zuka, apa yang sudah dia lakukan padamu saat ini sudah kelewat batas.

Kenapa kau masih diam saja, hah! Kalau aku tidak lewat sini, hal apa lagi yang akan dia lakukan padamu." Marah Hayato.

"Tenanglah Hayato... Aku tidak apa apa, aku masih bisa terima ini."

"Terima? Setelah kau di pukul dan di siram air oleh adikmu sendiri di depan teman temannya?"

"Hayato..."

"Cih... Sesabar apa sih kamu ini? Sekuat apa kamu? Ini sudah keterlaluan kau tau?"

"Aku tau itu, tapi kalau aku bertindak keras aku takut Akano menjadi lebih membenciku, aku tidak mau itu terjadi. Maafkan aku Hayato..."

"Tidak perlu minta maaf kau tidak salah apa apa, lupakan saja. Sekarang ayo kita urus dirimu."

"Terima kasih Hayato."

Saat malam tlah tiba, aku pergi menuju rumah kak Toya tanpa memberikannya kabar.

"Ada apa malam malam begini kamu kesini?" Tanya kak Toya yang mengajak ku masuk ke dalam rumahnya.

Dengan wajah yang tidak bersemangat aku mencoba tersenyum dan berkata, "Tidak apa apa kak, aku hanya merindukanmu."

Kita berdua menuju ruang santainya, dan aku ikut menonton film yang sedang kak Toya tonton sebelumnya.

"Sini berbaringlah..." Seru kak Toya sambil menepukkan tangan di pahanya.

Tanpa berfikir lama aku segera berbaring di pangkuannya dengan mata yang terus menonton film itu.

Tangannya yang besar itu membelai lembut rambutku, dan mengusap pipiku, lalu...

"Aawww... Kenapa kak Toya mencubit pipiku? Sakit kak, lepasin..." Seru ku.

"Mau sampai kapan kau akan diam menonton film tanpa mengatakan apa pun padaku." Ujar kak Toya yang melepaskan tangannya dari pipi ku.

"Apa yang harus ku katakan padamu kak? Aku... Sungguh tidak ada apa apa."

"Kau kira aku baru mengenalmu satu atau dua hari? Aku tau segala hal tentangmu, kau selalu mengatakan merindukanku dengan jelasnya disaat kau sedang ada masalah.

Kalau tidak, biasanya kau selalu menyembunyikannya karena kau malu untuk bicara. Selain itu, di wajahmu ada luka memar dan ini baru bukan? Kemarin tidak ada luka di wajahmu.

Jadi apa kau masih mau diam saja tidak mau mengatakan apa pun padaku? Ini pasti ulah Akano kan?"

Aku belum menjawab apa apa pertanyaan dari kak Toya dan air mataku mulai terjatuh tak tertahankan.

Suara tangisanku pecah di malam yang sunyi itu, kak Toya membiarkan ku menangis hingga aku merasa lega.

Aku terus dan terus menangis, karena hanya saat bersama kak Toya lah aku bisa melampiaskan segala kesedihanku.

Berada di sisi kak Toya sungguh membuatku nyaman.

Story Of Azuka (Ended) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang