Chap 10

1.2K 125 2
                                    

Melihat papa yang seperti itu, aku mencoba mendekati papa dan berharap papa mau mendengarkan permintaan ku.

"Papa ku mohon pa, jangan bercerai dengan mama. Fikirkan tentang Kano, fikirkan perasaan adik Zuka pa..." Ucapku dengan air mata yang mulai terjatuh.

Papa masih berdiam diri seakan tidak tau harus berkata apa.

"Azuka sayang, mama mengerti dengan keinginan mu. Tapi fikirkan perasaan mama juga, mama tidak bisa bertahan lagi." Seru mama.

"Kalau anak mama papa hanyalah Azuka, aku tidak perduli dengan kalian yang ingin bercerai.

Tapi anak kalian ada dua, Zuka dan juga Kano.

Belum tentu Kano bisa terima ini, lalu bagaimana jika dia semakin berubah dan menghancurkan kehidupannya karena kalian?!

Kalau sudah seperti itu siapa yang akan di salahkan? Pada akhirnya Kano lah yang akan di salahkan pada orang sekitar, dan kalian juga akan menyalahkannya.

BERHENTILAH BERSIKAP EGOIS DAN FIKIRKAN ANAK KALIAN!

Zuka mohon pada mama dan papa, ini permintaan terakhir dariku. Aku tidak akan meminta apa pun pada kalian setelah ini.

Jadi ku mohon untuk kalian berbaikan lagi, dan luangkan waktu yang banyak untuk Kano, dengan begitu Zuka dapat tenang."

Keadaan menjadi hening untuk sesaat.

"Setelah kami bercerai, Zuka kau akan ikut dengan mama." Ujar mama.

"Apa katamu? Zuka akan ikut dengan ku!" Seru papa.

Lalu mereka berdua bertengkar memperebutkan hak asuh atas ku, tidak ada di antara mereka yang menyebutkan nama Akano.

Saat itu aku tersadar dengan merebut posisi yang di maksudkan oleh Akano.

Dan aku mendengar suara pintu di tutup dengan kerasnya, dengan segera aku berlari keluar.

Aku melihat Akano yang sedang berlari, lalu aku menambah kecepatan lariku agar bisa meraihnya.

"Kano tunggu!" Seru ku di saat aku berhasil meraih tangannya, dan ia pun berhenti berlari.

"Kenapa kau lari? Di rumah ada mama dan papa, sangat jarang sekali bukan mereka berdua berada di rumah bersamaan." Ucapku kembali dengan tersenyum.

"Kau mengejekku? Apa apaan dengan senyuman jahat mu itu!" Ujar Akano dengan menahan air matanya.

"Kano aku tidak mengejekmu, kakak tidak pernah ada niat seperti itu."

"Apa kau belum puas sudah merebut posisiku? Sekarang kau ingin aku pulang dan mendengarkan keributan mereka.
Apa kau ingin menyiksaku?"

"Kano apa mungkin yang kau maksudkan dengan merebut posisimu itu..."

Belum usai aku berkata, Akano memotongnya dengan air mata yang mulai jatuh membasahi pipinya.

"Iya benar... Papa dan mama hanya memikirkanmu, mereka hanya sayang padamu tidak padaku.

Aku yang jadi kebanggaan keluarga, aku yang slalu menjadi utama yang di bicarakan oleh mereka.

Tapi kenapa? Kenapa kau yang di perebutkan? Salah satu dari mereka tidak ada yang mau mengalah untuk mengambil hak asuh atas ku.

Itu sebabnya aku membencimu, sangat membencimu! Aku ingin kau mati saja dan tidak pernah kembali hadir dalam keluarga kita."

"Apa kau pernah mendengar pertengkaran mereka sebelumnya? Jujur saja kakak baru ini mengetahuinya, itu sebabnya kakak tidak tau alasan kenapa kau benci padaku.

Tapi kau tenang saja Kano, kakak akan memilihmu. Kakak hanya akan tinggal bersama mu, hanya kamu yang sangat kakak sayangi."

"Omong kosong! Aku tidak mempercayai mu, tidak akan pernah! Seumur hidupku aku akan selalu membencimu, dan jangan harap untuk aku dapat kembali seperti dulu.

Apa pun cara yang kau gunakan, kau tidak akan bisa membuatku kembali!

Karena hatiku sudah sangat terluka, luka yang ku rasakan sudah sangat dalam. Kau tidak akan tau seperti apa rasanya."

"Kakak sungguh minta maaf, kakak tidak tau kau begitu terluka selama ini. Katakan padaku, apa yang harus ku lakukan agar aku dapat mengobati lukamu?"

"Apa kau ini pikun? Berapa kali pun kau tanyakan itu, jawabanku masih sama!

Kalau kau mati maka semuanya akan kembali baik, hanya itu cara satu satunya yang harus kau lakukan.

MAKA DARI ITU CEPATLAH KAU MATI, AKU SUDAH MUAK MELIHATMU, SETIAP HARI AKU SEMAKIN MEMBENCIMU.

MATI, MATI, MATIII... MATILAH DENGAN CEPAT!!!"

Akano berlari menyebrangi jalan usai mengutuk ku.

Aku yang hanya diam melihatnya pergi, mendadak tubuhku bergerak dan menarik tangan Akano agar dia berada di sisi jalan kembali.

"Akano... Maafkan kakak, hiduplah dengan bahagia." Gumamku di saat aku berhasil menarik Akano ke tepi jalan.

Namun karena tidak dapat menjaga keseimbangan disaat menarik Akano, tubuhku melayang jatuh ke tengah jalan. Tepat dimana truk itu melaju dengan kecepatan tinggi tanpa arahan.

Kalau aku tidak menarik Akano dengan segera, dia pasti yang akan tertabrak truk ini.

Tubuhku yang terhantam dengan truk melayang jauh kedepan, saat itu darah mengalir keluar dari tubuh serta kepalaku dengan sangat banyak.

Akano terdiam kaku melihat ku, orang orang disekitar segera menghubungi ambulance.

Begitu ambulance tiba aku segera dibawa ke rumah sakit terdekat dan di masukkannya ke UGD.

Kedua orang tuaku beserta Akano sedang menunggu di luar UGD dengan sangat cemasnya.

Akano memberi jarak pada bangku dengan mama dan papa, dan hanya diam mematung.

Begitu dokter keluar, papa dan mama segera menghampirinya.

"Bagaimana dok dengan anak saya?" Tanya mama serta papa.

"Kami sudah melakukan yang terbaik, lukanya sangat fatal dan keadaannya saat ini masih kritis dan juga dia mengalami koma." Jawab sang dokter.

Mendengar itu mama menangis dengan kerasnya, sementara papa mencoba menenangkannya.
Dan Akano masih berdiam diri.

Saat kedua orang tuaku kembali ke rumah, Akano masuk ke dalam ruangan rawatku. Dia hanya diam menatap ku yang sedang berbaring, dengan berbagai alat yang menempel di tubuhku.

Hingga beberapa hari setiap pulang sekolah Akano datang menjengukku, namun hal yang dia lakukan tetaplah sama.

Akano hanya duduk menatapku tanpa berkata apa pun, seakan ada sesuatu yang dipendamnya.

Saat ini aku dapat melihatnya, aku dapat melihat orang orang yang memasuki ruangan dimana aku berada.

Namun aku tidak dapat melihat wajah seseorang yang sedang berbaring lemah itu. Hanya wajah yang tidak jelas rupanya yang aku lihat.

Tidak lama kemudian datang seseorang dengan membawa seikat bunga.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Hayato pada Akano.

Namun Akano hanya diam membisu.

"Seharusnya kau tidak ada disini, untuk apa kau menjaga kakakmu? Bukan kah kau membencinya?

Kau menginginkan kakakmu mati kan? Bukan kah ini berita menyenangkan untukmu?

Dengan keadaannya yang seperti ini, kemungkinan untuknya hidup hanyalah 30%. Lebih baik kau pergi dan merayakannya.

Oh aku tau, kau harus memastikan sendiri sampai kakakmu ini benar benar mati, baru kau akan berpesta, apa aku benar?" Ucap kembali Hayato.

Akano mengepalkan kedua tangannya lalu pergi keluar meninggalkan Hayato tanpa sepatah kata pun.

Story Of Azuka (Ended) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang