Chap 14

1.1K 97 0
                                    

Hayato yang keluar dari kamar rawatku segera dikejar oleh kak Toya.

"Tunggu sebentar Hayato, kenapa kau bicara seperti itu?" Tanya kak Toya.

"Apa ada Azuka disini?"

"Tidak ada, dia masih di kamar."

"Aku hanya tidak suka dengan ucapannya itu, seakan akan itu permintaan terakhirnya."

"Kau benar, sebenarnya aku juga tidak suka dengan ucapannya yang seperti itu. Tapi aku juga tidak bisa berkata demikian, aku hanya takut menyakitinya."

"Kak Toya terlalu memanjakannya, berbeda denganku. Aku akan pulang, tolong jaga Azuka ya kak."

Setelah berpisah dengan Hayato, kak Toya kembali ke ruanganku.

"Apa yang kalian bicarakan kak?" Tanya Azuka yang menghampiriku.

"Bukan apa apa. Hari ini aku akan menjagamu sampai keluarga mu datang." Seru kak Toya.

"Kaak... Andai Hayato tidak mau membantuku untuk menjaga Akano, apa kau mau kak untuk menjaganya?"

Dengan wajah yang sedih dan penuh harap, ku tatap wajah kak Toya.

"Ayo kita lihat bagaimana kedepannya."

"Kau tidak mau berjanji denganku? Hal ini slalu membuatku merasa gelisah."

"Aku akan berusaha semampu ku, tapi mungkin aku tidak bisa menjaga sepenuhnya.

Dan aku sangat berharap, kaulah yang akan menjaga Akano untuk ke depannya. Karena kau kakaknya, kau lebih memahami tentangnya.

Selain itu, sudah pasti kamu yang di butuhkan olehnya. Jadi Azuka, ku mohon jangan menyerah. Tetaplah hidup." Ucap kak Toya dengan memelukku begitu erat.

"Kak Toya jangan khawatir, aku akan berjuang untuk kembali hidup. Aku juga tidak mau membuat mu kesepian karena aku. Terima kasih banyak kak, aku sangat menyayangimu."

Saat malam hari, kak Toya pergi keluar sebentar hanya untuk makan malam. Awalnya ia tidak mau meninggalkan ku, setelah ku bujuk barulah ia mau pergi.

Disaat kak Toya pergi, Akano datang menjengukku.

Hal yang dia lakukan pun masih sama, hanya duduk di dekatku, memandang tubuhku yang berbaring dikasur tanpa berkata sepatah kata pun.

Akano mengepalkan kedua tangannya, dan dari wajahnya, ia terlihat ingin menangis.

Semakin ia tahan, air matanya tak kuasa membendung hingga akhirnya terjatuh membasahi pipinya.

Untuk pertama kali aku mendengar ia terus berseru memanggilku dalam isak tangisnya.

"Kakak... Kak Zuka, kak Zuka....."

Tidak ada kalimat lain yang ia lontarkan selain menyebut namaku.

Di tengah tengah isakannya kak Toya kembali masuk ke kamar rawatku.

Mendengar pintu terbuka, Akano segera menyeka air matanya. Meski pun begitu mulutnya masih terdengar isakan isakannya.

Aku yang melihat kak Toya datang, berlari menghampirinya. Merangkul tangan kak Toya dan memintanya untuk segera masuk ke dalam.

"Tunggu sebentar jangan terburu buru, ada apa denganmu? Kau menangis?" Seru kak Toya.

Saat kak Toya sudah di dalam ruanganku, ia melihat Akano yang masih menyeka air matanya.

Kak Toya tersenyum melihat itu, tangannya yang lebar membelai lembut kepala Akano.

"Tak apa, teruslah menangis jangan kau tahan karena itu akan terasa lebih menyakitkan." Ucap kembali kak Toya kepada Akano.

Akano hanya diam, meski tangannya masih menyeka namun air matanya tak dapat berhenti mengalir.

"Apa kau menyesal atas ucapanmu yang selalu menginginkan kakakmu mati? Akano, jangan salahkan dirimu atas kecelakaan yang menimpa kakakmu.

Aku tau alasan mu yang membuatmu begitu membenci Azuka, tapi kamu juga tau betul kan kalau itu semua bukan kesalahannya.

Meskipun begitu, selama ini dia tidak pernah berhenti berjuang untuk membuat hubungan kalian baik lagi seperti dulu.

Anak itu terus mencoba menjadi seorang kakak yang baik, tapi di balik itu semua.. Azuka tetaplah seorang anak kecil, dia masih ingin dimanja dan di perhatikan.

Selain itu, Azuka tidak ingin kau merasa bersalah atas apa yang terjadi saat ini. Karena itu hanya akan membuatnya sedih. Dia tidak pernah menyalahkanmu.

Kecelakaan ini terjadi karena Azuka ingin menolongmu, dia tidak ingin kau terluka. Jadi ini bukanlah salahmu."

"Pak Toya, apakah kak Hayato yang memberitaukan tentang keberadaan kak Zuka ini pada bapak?" Tanya Akano tanpa menatap kak Toya.

"Bukan dia, tapi Azuka. Aku bertemu dengannya kemarin, dan tadi pagi aku mencari dia di rumah sakit ini."

"Bertemu? Maksud bapak, kak Zuka menemui bapak lewat mimpi? Betapa dekatnya hubungan kalian."

"Tidak tidak... Aku bertemu dia secara langsung bukan dalam mimpi."

"Omong kosong apa itu? Jangan katakan kalau bapak tau alasan kenapa aku membencinya juga dari dia yang menceritakannya pada bapak."

"Itu benar. Azuka yang menceritakannya padaku."

"Jangan bicara omong kosong seperti itu terus!"

"Aku tidak bicara omong kosong, aku benar benar dapat melihatnya. Aku dapat melihat roh Azuka yang saat ini berada tepat di hadapanmu dengan wajahnya yang sangat sedih."

"Roh? Tapi kakakku tidak mati! Kakakku masih hidup! Meski pun dalam keadaan koma..."

"Sudah ku duga kau pasti tidak akan percaya. Lupakan soal itu, bagaimana kalau kau ceritakan padaku semua yang mengganjal di dalam hatimu."

"Kenapa aku harus menceritakannya padamu? Kau bukan siapa siapa ku selain seorang mantan guru."

"Itu menyakitkan untukku. Setidaknya kau tau hubunganku dengan Azuka bukan?"

"Hubungan bapak dengan kakak?"

"Kau tau kan? Jadi kau bisa ceritakan padaku, dan berhenti panggil aku bapak. Aku memang jauh lebih tua darimu, tapi aku ini calon kakak iparmu, tidak enak kan kalau kau memanggil ku bapak."

"A-apa?! Calon kakak ipar? Ka-kalian berpacaran?!" Seru kaget Akano.

"Kenapa reaksi mu seperti itu? Bukankah kau sudah tau itu?"

"Tidak! Aku tidak tau soal itu! Aku hanya tau kalian sangat dekat, aku tau kalau kak Zuka lebih terbuka denganmu dari pada guru lainnya.

Aku berfikir mungkin karena kau pandai mengambil hati seorang murid yang seperti kakak ku itu.

Tapi aku tidak pernah tau kalau kalian berpacaran.

Tidak ku sangka rupanya pak Toya seorang pedofil."

"Oi oii... Jangan bilang aku seperti itu, hanya kakakmu yang aku suka. Tidak semua anak kecil aku sukai." Ujar kak Toya kepada Akano.

Setelah itu kak Toya menatapku dengan tatapannya yang tajam. Aku jadi merinding melihat itu, dan segera aku memalingkan wajah.

"Kau telah membohongiku hah? Kau bilang Akano sudah tau hubungan kita, tapi rupanya dia tidak tau apa apa." Keluh kak Toya padaku.

Ia mencoba untuk memukul kepalaku, namun ia tahan dan segera kak Toya menghela nafasnya dengan panjang.

"Aku tidak ingat pernah mengatakan itu." Saut ku tanpa merasa bersalah.

"Kau ini... Sudah lupakan, sekarang Akano sudah tau."

"Apa kau marah?"

"Tidak, aku tidak marah."

"Benar?"

"Apa wajahku terlihat seperti orang berbohong?"

"Hmm.. Tidak sih... Aku sayang kamu kak." Ucapku sambil memeluk erat kak Toya.

Kak Toya membelai rambutku dengan lembut serta senyumannya yang begitu menenagkan hati terukir di wajahnya.

"Aku juga sayang padamu..."

Story Of Azuka (Ended) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang