Bersama suara kaki menuruni tangga, bayangan Esta mulai tampak diraih penglihatan Mama.
"Esta, duduk sini. Mama mau bicara sama kamu."
Kepala Esta yang hanya menyembul takut-takut karena berdiri di pojok dinding yang membelakangi tangga pun muncul perlahan. Dengan langkah seberat menyeret batu kali, dadanya bergemuruh tak keruan. Ingin menyangkal, tetapi dalam ceruk hatinya merasakan ada sesuatu yang menekannya dalam-dalam hingga terasa sesak dan pengap. Pertanda apa ini!?
Wanita paruh baya yang biasanya berwajah ramah dan menenangkan kini dipenuhi aroma angker. Air mukanya terasa tegang, sekaligus seperti siap memuntahkan semburan amarah. Tinggal menunggu waktu saja.
"Freddy, kamu juga ikut sini." Mama langsung memanggil anak keduanya, sebelum Freddy menghilang ke dalam kamar. "Kamu harus tahu permasalahan yang sedang terjadi di keluarga ini. Mama nggak mau ketika mengurusi satu masalah, tapi anak lain nggak tahu apa-apa sama keluarganya sendiri," tuturnya yang menambah suasana mencekam ruang keluarga di malam itu.
Begitu Esta dan Freddy duduk di seberang yang hanya dibatasi oleh coffee table, Mama tak lantas kembali bersuara. Ia mendongak seraya menarik napas panjang, lalu diembuskannya cukup lirih.
"Kenapa, Ma?" tanya Freddy curiga. Tak biasanya Mamanya itu bersikap diam membeku, tetapi menghanyutkan seperti ini. "Kak Esta lagi-lagi buat masalah, ya?" celetuknya.
"Jangan sok menuduh. Emang kamu enggak pernah bikin masalah?" Esta sontak memekik. Ia injak kaki Freddy.
"Siapa lagi anak Mama yang paling sering bikin masalah?" cibir Freddy penuh sarkastis. Ia menggeser duduknya agar menjauh dari jangkauan kaki kakaknya.
"Cukup!" tukas Mama. Terdengar nada tegas nan garang.
Esta dan Freddy kontan membungkam mulutnya. Kakinya bergerak-gerak gelisah. Ingin rasanya segera selesai dan ia bisa kembali ke kamar untuk melakukan ritual pemujaan BJD Jungkook.
"Mama tahu, kalian nggak dilahirkan dari keluarga kaya raya, yang tiap hari bisa makan di restoran. Sering-sering liburan di tempat mewah. Tapi kalian juga hidup layak, berkecukupan, tidak kekurangan. Kalian nggak pernah pusing mikirin mau makan apa besok. Esta mau boneka, sepatu, tas, atau barang-barang kekinian, masih Mama sanggupin beli. Freddy pengin PS4 Pro, Mama beliin."
Mama memulai, sembari menatap Esta dan Freddy bergantian. Baik Esta dan Freddy seperti menghindari kontak mata dari mamanya yang berusaha menatap tepat pada matanya lama-lama. Terutama Esta.
"Mama selalu kasih uang jajan tiap hari biar kalian kalau lapar atau haus nggak bingung di sekolah atau tempat les. Mama juga nggak pernah minta balik uang jajan kalian kalau ada sisa. Mama pengin kalian tabung sisa jajan itu ya buat kalian juga kalau ada keperluan darurat ke depannya."
Mama memberi jeda agar kedua anaknya meresapi setiap kalimat yang diucapkan.
"Ada fasilitas WiFi 24 nonstop di rumah, yang nggak murah bayar tiap bulannya. Tapi demi kalian daripada harus repot-repot keluar cari warnet sampai malam. Mama masih mengiyakan ganti HP tiap dua tahun. Nggak perlu nunggu rusak baru ganti. Setiap Natal dan liburan Hari Raya, kalian bebas pilih beli baju, meski Mama tetap membatasi."
Kedua anaknya mendengarkan serius, meski wajah mereka kompak merengut.
"Iya, Mama tahu, nggak semua keinginan kalian bisa Mama penuhi. Tapi kalian anak Mama, Mama sebisa mungkin ingin membahagiakan kalian." Lagi-lagi Mama mengembuskan napas gusar. "Jadi, apa perlu Mama sampai bilang minta pengertian sama anak Mama sendiri untuk berhemat? Jangan boros, utamakan kebutuhan yang benar-benar kalian butuhkan. Bukan sekadar memburu kesenangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hottest Demon Lord - [END]
Romansa[18+] Enter at your own risk, you have been warned. Samuel adalah sang Penguasa Kegelapan yang terkenal berhati es dan digilai para wanita. Ketampanannya berada di atas rata-rata para bangsawan, membuat hati setiap lawan jenisnya berdebar tak keruan...