2. That Darkness

40 5 13
                                    

Aku membuka mata. Pandanganku dipenuhi dengan warna hitam. Tunggu, ini tempat. Tapi hitam. Semuanya hitam. Satu-satunya hal yang dapat kulihat hanya diriku sendiri. Selebihnya gelap.

Aku berdecak kesal.

Oh, sial. Kenapa hal nahas ini selalu datang kepadaku? Aku bahkan sudah melupakanmu.

Hmm...sepertinya sebuah kesalahan fatal aku meninggalkan gelap ini. Heh, bukankah hidupku memang akan diincar KEGELAPAN?

Aku meringis.

Hening. Tidak ada sesiapa pun. Aku tidak mendengar suara. Bahkan detak jantungku tidak terdengar. Aku terpaku, berdiam seperti orang bodoh yang bengong tidak jelas.

Ah, sudah! Aku cukup membenci suasana dingin dan sunyi. Aku menggerakkan kaki. Eh...tidak bisa bergerak. Baiklah, ini menjadi semakin dan semakin konyol.

Hanya satu indra yang dapat aku gunakan sekarang. Indra pendengar. Sekarang aku menangkap suara sayup. Seperti....

  TAP....TAP...

Langkah kaki! Aku memandang kesekeliling. Derap kaki itu semakin menjauh. Entah apa ajaib-nya, kakiku mulai bisa melangkah. Mencoba menjejaki suara itu.

A-ada seseorang berdiri mebelakangiku di hujung sana...dia...

Aku memicingkan mata. Rambutnya panjang. Ya...itu saja yang bisa kutangkap. Aku mendekat. Semakin mendekati sosok itu. Masih berdiri tegak dengan rambut panjang.

Tunggu...

Dia tidak seorang. Ada seorang pria dan seorang anak lain yang bersamanya. Hanya saja dua orang yang baru berdamping itu pudar. Aku menggerakkan tanganku, berfikir untuk menyentuh bahu sosok berambut panjang itu. Kalau difikirkan kembali...

Dingin.

Sebuah makhluk menahan tanganku. Aku terkedu. Dingin merambat dari hujung tangan. Badanku kembali membeku.

Perlahan, makhluk itu mendorongku kebelakang. Entah kenapa aku tidak bisa melawan. Kakiku bergerak otomatis.

Tiba-tiba, dia mendorongku kuat. Hingga aku hilang keseimbangan. Tu-tunggu...

Aku berasa terjatuh memasuki sebuah lubang raksasa. Aku membuka mulut, menjerit meminta tolong. Namun, tidak ada suara yang dapat kulontarkan.

Aku benar-benar merasa diriku melayang. Makhluk itu hanya menatapku. Wajahnya semakin jelas, dia berbalik.

Eh...

Dia memandangku. Pandangan itu...

"AAAAHHHH!!!!"

BUUKK!

.
.
.
. ________________________________________________________________

 ~TBC~

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang