3.Examination

38 4 14
                                    

Ryan terlonjak. Nafasnya yang terburu mulai melambat, dan ketika itu Ryan menyadari dia sedang berada di kamar dengan 4 pasang mata yang menatap ke arahnya. Ryan acuh. Itu tak penting. Sama sekali tak penting.

DEG....

Ryan membiarkan fikiran-nya berputar sembari menunduk dalam. Dia memandang telapak tangan lekat-lekat dan berusaha menggerakkannya. Bisa....Ryan terdiam, keringat dingin mulai mengalir dari kulit putih-nya.

Tadi itu....

Ryan menabur penglihatan ke sekitar.

PAKK!

"Hoi, Monyet! Kau ini memang, ya! Menjerit-jerit tidak jelas lalu terjatuh begitu saja dari ranjang! Aku sampai terbangun dari mimpi indah ku!" Omel seorang remaja lelaki bertubuh agak gemuk. Raut wajahnya jelas menampakkan kemarahan.

Ryan tak membalas. Dia bahkan tak tau apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Ck, Lucas...tidak perlu memarahinya!" Tegur satu suara dari arah belakang Lucas. Orang itu menepuk bahu Lucas seraya menatap tajam. "lagipula, kau dapat terbangun dikeranakan teriakan Ryan."

Ryan membisu. Mukanya agak pucat. Cepat-cepat, remaja lelaki itu menggeleng kepala. Me'nyah'kan fikiran kacau-nya. Dia menyibak rambut coklat panjang yang menutup matanya. "Jam berapa sekarang?" Ryan mengalihkan topik.

Remaja yang menegur Lucas tadi mendapati Ryan, menyentuh jidat Ryan, lalu berkerut. "Kau kenapa tadi?"

Ryan menggeleng. "Tidak kenapa-napa. Aku baik-baik saja,"

Julian masih menatap dengan penasaran. Membuat Ryan sedikit risih dengan tatapan seperti itu. Dia mengacak rambut kuning Julian. Tersenyum.

"Ya, tak perlu mencemaskanku. Oh. Apa kalian tidak mandi?" Ryan tersenyum sebelum mencapai handuk. Melesat laju ke arah kamar mandi. Sean, Joel, Julian dan Lucas melihat kepergian Ryan.

Seperti ada yang salah...

Mereka berempat memerhati pintu kamar mandi berwarna putih yang terkunci dari dalam.

"SIALAN KAU RYAN EAREN! AKU MENDAPAT KAMAR MANDI ITU TERLEBIH DAHULU, SIALAN!!!" teriak Sean penuh kemarahan.

Ryan terkikik kecil dari dalam kamar mandi. Dia mengacuhkan rungutan kesal Sean lantas segera menyalakan shower.

 $$$$$$

"Astaga. Apa kalian tak bisa lebih cepat? Aku lelah menunggu!" seru Ryan diluar kamar 13. Daripada tadi dia bersender di dinding koridor, menatap seorang demi seorang pelajar akademi yang lalu lalang di sepanjang koridor asrama lelaki. Sementara Ryan? Dia harus menunggu keempat temannya bersiap. 

Ryan menggerutu kesal. Dia membanting pintu dengan keras. "Hei. Cepatlah sedi-argh!"

"Diamlah kau, monyet. Kau tau. Ini salahmu sendiri, bodoh. Coba saja kalau kau bangun lebih pagi. Ini tidak akan terjadi!" Oceh Lucas kesal. Ryan hanya mencebikkan bibir sembari menyumbat lubang telinganya dengan jari.

Lucas itu kalau sudah mengomel akan sangat lama. Bahkan terkadang Ryan tak yakin Lucas adalah seorang lelaki.

Urat marah mulai timbul di sekitar dahi Lucas. Remaja itu tidak mengerti kenapa hari ini Ryan begitu menjengkelkan.

"Lucas, Lucas. Apa hubungannya, hei? Bukankah kau yang terlalu lama melihat dirimu di cermin? Dan, berhentilah mengoleskan gel rambut itu. Kau akan terlihat lebih bulat, hehehe..." sahut Julian seraya tertawa pelan. Ya...tidak cukup pelan untuk tidak didengar oleh seorang Lucas.

"Aku tidak akan memberi komik lagi padamu!"

"Ha? Oi, yang selalu memberi bacaan komik gratisan itu Zane! Kau pelit asal kau mahu tau," sambar Julian cepat. Dia beradu tos dengan Ryan yang sudah pun tertawa penuh kemenangan. Membuat Lucas hanya mendengus geram melihat kelakuan 2 monyet gila ini.

HOPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang