Persahabatan antara laki-laki dan perempuan? Aku nggak yakin kalo persahabatan ini bisa bertahan tanpa adanya perasaan cinta...
Tapi bagaimana jika keduanya saling menyimpan perasaan dan akan menikah suatu saat.
Entah kenapa hari ini jalanan sangat padat tak seperti biasanya. Mungkin, karena hari ini hari Senin. Semua orang, biasanya lebih produktif di hari weekday. Dito berusaha menyalip kendaraan didepannya satu persatu, agar dirinya dan Dara sampai di sekolah tepat waktu. Tapi percuma saja, saat mereka berdua sampai, gerbang sekolah sudah tertutup rapat.
"Duh Dit gerbangnya udah ditutup lagi, gimana nih." Ucap Dara panik, mengingat ini kali pertamanya terlambat masuk kelas.
"Ah iya nih mana sekarang kita ada ujian Matematika lagi."
"Eh iya yah, duh mana gurunya galak lagi, ah lo si pakek acara bangun kesiangan tadi." ucap Dara cemberut.
"Siapa suruh lo keliling di pikiran gue, kan gue jadi nggak bisa tidur.’’gumam Dito.
“Hah apaan?’’
“Apasih, gue bilang gue kesiangan karena belajar.’’ucap Dito sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal itu.
"Tumben belajar paling juga main game sampai malam."
"Enak aja gini-gini gue murid teladan tahu."
"Yah yah Dito Antonio yang katanya murid teladan, sekarang gimana nih caranya kita bisa masuk ke kelas dan ikut ujian."
"Ehm gini gimana kalo kita manjat tembok dibelakang aja kan gak terlalu tinggi juga tuh."
“Oke setuju.’’
Sesampainya di belakang sekolah, Dara dan Dito langsung melangsungkan rencananya.
"Dar gue naik dulu terus tasnya ntar lo lempar ke gue ya."
"Iya udah sono keburu ada guru."
Dito langsung manjat tembok belakang, sedangkan gue masih dibawah sambil megang tas dia.
"Dar gue udah dibawah sini, lo lempar aja dulu tasnya."
"Oke, gue naik nih."
"Awas Dar itu temboknya li...’’
Brukk!!!
Belum sempat Dito menyelesaikan ucapannya dan gue malah udah jatuh ke bawah. “ Ah shitt!’’pekikku.
"Lo nggak papa Dar, sakit nggak? Ada yang luka nggak?"tanya Dito nerocos.
"Yaelah nggak papa kok gue udah kebal.’’
"Sini gue obatin ke uks dulu, yuk."
"Udah ah gue nggak papa kok orang cuma luka kecil aja."
"Meskipun luka kecil gitu ntar bisa infeksi tau, udah ya gue nggak menerima penolakan."
"Iya iya Dokter Dito Antonio si murid teladan." ledekku.
Spontan Dito langsung bopong gue ke Uks cuma gara-gara lutut gue berdarah dan kaki gue terkilir.
"Eh eh Dit turunin dong malu tau ntar diliatin guru sama teman-teman gimana."
"Udah deh bawel, biarin aja mereka pada liat nggak papa juga kok."
Gue langsung diem dan nurut kata-kata Dito.
Gue ngeliatin Dito yang dari tadi sibuk ngolesin obat merah diluka gue dengan serius sambil niup luka di lutut gue.
"Sakit?" tanya Dito.
"Nggak kok cuma agak kaku aja, balik kelas yuk kita kan ada ujian."
"Lo disini aja dulu ntar gue ijinin lo ngerjain disini aja."
"Emang boleh?"
"Udah ah lo rebahan cantik disini aja dulu, bentar lagi gue balik bawa kertas ujian.’’ ucap Dito, lalu bergegas pergi.
Sambil menunggu Dito kembali dari kelas aku sempat memejamkan mata sebentar sampai akhirnya terbangun karena suara seseorang yang terjatuh.
Aku terkejut dan sepontan saja tanganku membuka tirai disebelah dan ternyata asal suara itu dari Kak Robbin yang jatuh dari atas kursi.
"Kak Robbin! Kakak nggak papa?"
"Nggak papa kok Dar, maaf ya udah ngagetin sampai bikin kamu kebangun."
"Nggak papa kok kak aku udah bangun daritadi kok."
"Oh iya kamu kenapa kok di uks?"
"Nggak papa kak tadi abis manjat tembok terus jatuh deh hehe.’’ ucapku cengengesan.
"Duh dasar dari dulu nggak pernah berubah masih aja suka manjat.’’
"Hehe, oh iya tadi kak Robbin mau ngapain ke UKS kok sampai jatuh dari kursi gitu."
"Oh tadi aku mau ngambil P3K terus tiba-tiba kursinya mleyot gitu terus jatuh deh."
“Ya ampun kak hati-hati atuh dicek dulu kursinya untung nggak papa tuh kaki.”
“Iya neng geulis. Aman kok aman hehe.’’
Krekk! Suara tarikan pintu diiringi langkah kaki mendekat menghampiri.
Terlihat Dito yang berjalan mendekat kearah Dara dan Robbin, dengan wajah tak sukanya yang jelas terpampang ketika melihat sahabatnya bersama laki-laki lain tengah asik mengobrol tanpa dirinya.
"Tumben ketua Osis kesini, lagi senggang ?" ucap Dito, dengan menenteng lembar ujian.
"Iya nih gue kebetulan aja ke uks terus liat Dara ada didalem sekalian aja gue temenin."
"Oh, sekarang kan udah ada gue dan Dara juga mau ngerjain ujian matematikanya, jadi yang nggak berkepentingan silahkan keluar tuh pintunya terbuka lebar."ujar Dito sambil menunjuk pintu keluar.
"Yaudah karena Dito udah disini, aku balik kelas dulu ya Dar cepet sembuh ya."
"Iya kak makasih."
Kak Robbin pergi meninggalkan UKS dan entah kenapa itu membuat Dara merasa bersalah dan rasanya ada yang aneh dengan sikap sahabatnya Dito.
"Dit kok lo gitu sih sama kak Robbin."
"Gitu apanya? Lo nggak rela kalo gue nyuruh Robbin keluar, atau mau gue panggilin lagi orangnya.’’
“Udah deh males gue debat sama lo.”
“Ck dasar nggak peka.’’ gumam Dito.
“Hah lo ngomong apa dah.”
“Nggak ada gue mau keluar dulu, nanti kalau selesai panggil gue.”
“Cih dasar tukang ngambek.”
Setengah jam berlalu, akhirnya selesai juga ujian matematika yang gue kerjain dan entah kenapa semenjak kejadian di UKS tadi sikap Dito tiba-tiba jadi dingin gitu sama gue dan itu bener-bener nyebelin.
"Dit, lo kenapa sih kok tumben diem aja dari tadi?"
"Nggak papa." jawab Dito singkat.
" Kenapa sih? Gue ada salah sama lo?"
"Nggak Dar lo nggak ada salah sama sekali sama gue, ah udahlah yuk ke caffe Starnight gue laper nih.’’ ucap Dito mengalihkan pembicaraan.
"Lo kenapa sih? Nggak usah mengalihkan pembicaraan deh."
"Gue nggak papa, yuk gue laper."ucapnya sambil menarik lenganku.
"Uh iya iya bentar."
"Dar lo mau pesen apa?"tanya Dito sambil sibuk membolak-balik buku menu.
"Sama in aja."singkatku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.