one & only (completed)

15 Juli

Sudah hampir sebulan berlalu sejak Hyunjin dan Chaeyeon pulang dari berbulan madu di Santorini.

Tujuh hari berada di sana membuat mereka sangat puas menikmati liburan. Apalagi Chaeyeon yang memang sudah sejak lama mendambakan perjalanan ke pulau tersebut. Sepulang dari liburan, kulit mereka berdua terlihat lebih gelap karena terlalu banyak berjemur. Namun meskipun merasa lelah karena jetlag, mereka tetap tersenyum bahagia.

Hanya saja dengan berakhirnya bulan madu di Santorini berarti mereka kembali menjalani kehidupan nyata dengan pekerjaan yang menunggu. Selama liburan mereka sama sekali mengabaikan pekerjaan hingga tanpa disadari banyak hal yang harus diurus begitu liburan mereka selesai. Apalagi Hyunjin yang bekerja di perusahaan multinasional dengan beban kerja yang cukup banyak. Lelaki itu tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain saat ia harus kembali bekerja.

Barangkali hal itulah yang membuat Chaeyeon merasa agak kesepian. Suaminya harus lembur selama dua hari dalam setiap minggu menjelang akhir Juli sehingga Chaeyeon harus rela ditinggal sendirian di apartemen mereka.

Biasanya Chaeyeon sama sekali tidak mempermasalahkan hal ini. Namun seminggu belakangan ia merasa tidak enak badan sehingga agak merasa keberatan saat Hyunjin meminta izin untuk tidak pulang hari itu. Apalagi hari ini, rasanya ia begitu pusing hingga terpaksa mengambil cuti sakit karena tidak kuat pergi ke kantor.

"Bagaimana kalau kuantar ke rumah orangtuamu? Kau nggak mungkin sendirian di rumah kalau seperti ini, Chae," ucap Hyunjin dengan nada cemas saat pria itu mengusap rambut istrinya lembut. Chaeyeon menghela napas sebelum menggelengkan kepala. Ia merasa tidak enak karena hanya akan merepotkan kedua orangtuanya.

"Aku akan baik-baik saja. Habis ini mau minum obat sama istirahat. Setelah itu biasanya akan baikan," tutur Chaeyeon.

Hyunjin mengerutkan alis, terlihat tidak setuju dengan usul istrinya.

"Tetap saja...kau harus ditemani seseorang, Chae. Aku tidak mau mengambil risiko kau kenapa-napa," Hyunjin kembali berargumen.

Chaeyeon masih menggeleng keras kepala dan segera mengalihkan pembicaraan agar Hyunjin terdistraksi, "Sudah hampir jam 7. Kau harus berangkat sekarang, Jinnie."

Pria itu mendecakkan lidah pelan sebelum berkata, "Chaeyeon. Kumohon jangan keras kepala."

Selama beberapa detik mereka hanya bertatapan dengan sorot yang sama-sama tidak mau mengalah. Chaeyeon tidak mengerti kenapa Hyunjin sampai mencemaskannya seperti ini padahal ia sudah berkata akan istirahat. Kenapa Hyunjin malah tidak percaya padanya?

Pada akhirnya Chaeyeon yang pertama kali mengalihkan tatapan.

"Pergilah bekerja. Aku tidak apa-apa, Jinnie," ucap wanita itu sambil berusaha bangkit menuju dapur. Hyunjin hanya bisa mendengus sembari menahan kekesalan.

"Ya sudah. Aku berangkat dulu."

Chaeyeon mendengar pintu depan sedikit terbanting menutup, pertanda bahwa pemuda itu gusar dengan sikap istrinya yang keras kepala. Namun Chaeyeon sama sekali tidak kesal. Ia justru merasa bersalah karena sudah membuat suasana hati Hyunjin memburuk di pagi hari.

Pria itu bahkan lupa membawa bekal yang sudah Chaeyeon siapkan di meja makan karena sibuk berdebat dengannya. Chaeyeon menyesal, tetapi ia tidak bisa meminta Hyunjin untuk kembali agar Chaeyeon bisa meminta maaf padanya.

"Kalau begitu nanti saja diantarkan," gumam Chaeyeon pada diri sendiri sebelum menyimpan kembali bekal Hyunjin di kulkas. Mungkin ketika kondisinya sudah agak baikan, Chaeyeon akan mengantarkan sendiri bekal itu ke kantor Hyunjin sekaligus meminta maaf pada suaminya.

***

Sepanjang siang, Chaeyeon sudah berkali-kali hendak muntah. Pusingnya memang sudah mereda, tetapi mual yang ia rasakan tiba-tiba meningkat setelah makan siang. Chaeyeon kebingungan sendiri karena selama ini dia tidak pernah mengalami gangguan pencernaan. Pun ia sudah memastikan bahwa bahan makanan yang ia olah sudah dibersihkan dengan benar dan tidak melewati tanggal kadaluarsa.