10 Juni

434 42 35
                                        

"Woaaaah!"

Hamparan biru dan putih pualam yang membentang di bawah mereka terlihat bagai surga di mata Chaeyeon. Hyunjin memperhatikan kelopak mata sang gadis yang melebar, diam-diam terkekeh melihat antusiasme istrinya. Jemari Hyunjin mengacak lembut rambut Chaeyeon, membuat gadis itu tersenyum padanya.

"Cantik banget Santorini," Chaeyeon meraih tangan Hyunjin yang berada di rambutnya sebelum menautkan jemari mereka. "Nggak sabar mau jalan-jalan!"

"Sabar, Sayang. Belum juga mendarat," Hyunjin tertawa geli. Chaeyeon hanya mengangguk sembari terus memainkan tangan Hyunjin, tatapannya masih belum dipalingkan dari pemandangan di luar jendela pesawat.

Lima menit kemudian, pesawat mereka berhasil mendarat dengan aman di landasan pacu. Hingga mereka turun dari pesawat dan menuju hotel, tak sekalipun Hyunjin melihat senyum Chaeyeon memudar. Seolah hanya berada di tempat ini membuat suasana hati Chaeyeon berubah berkali lipat lebih bahagia dibandingkan biasanya.

Wajar saja jika Chaeyeon sangat menyukai tempat ini, melihat keindahan Santorini yang ditawarkan setiap sudut pulau.

Hotel mereka untungnya memiliki lokasi yang strategis dan menghadap ke laut. Bahkan dari kamar hotel mereka dapat melihat pemandangan matahari tenggelam. Chaeyeon tidak henti-hentinya berdecak kagum dan melompat kecil saking senangnya, mengingatkan Hyunjin pada kelinci yang kelewat antusias. Waktu makan malam akhirnya mereka habiskan di restoran hotel karena Chaeyeon ingin menunggu hari berganti untuk memulai eksplorasi mereka.

"Aku kayaknya nggak bakal bisa tidur," ucap gadis itu sembari menyuap pasta pesanannya. Hyunjin menaikkan alis, tidak percaya dengan ucapan istrinya.

"Rasanya itu nggak mungkin. Kamu kan bisa tidur di manapun," Hyunjin menyentil pelan hidung Chaeyeon, yang segera ditepis oleh sang gadis.

"Itu kan kamu," Chaeyeon menjulurkan lidah.

"Kita lihat saja nanti," lelaki itu menggoyangkan garpunya di hadapan Chaeyeon.

Nyatanya, sekembalinya dari makan malam, pasangan itu sama-sama tertidur nyenyak di kamar mereka hingga keesokan pagi.

***

"Kamera?"

"Sudah."

"Sunblock?"

"Sudah juga."

"Apa lagi, ya?" Hyunjin mengelus dagu. Tatapannya beralih pada Chaeyeon yang sedang mematut diri di depan cermin, merapikan rambut di balik topi lebar yang ia kenakan. Gaun musim panas bermotif abstrak yang ia kenakan membalut tubuhnya dengan sempurna. Hyunjin diam-diam memuji wanita itu dalam hati. Di hari-hari biasa saja Chaeyeon sudah cantik, apalagi sekarang.

"Ah! Kacamata hitam!"

Chaeyeon bergegas membongkar salah satu tas bepergian dan mengeluarkan dua kotak kacamata. Salah satunya ia sodorkan ke tangan Hyunjin. "Biar nggak silau," gadis itu menyengir.

"Thank you, yeobo."

Mendengar panggilan yang diberikan Hyunjin membuat wajah Chaeyeon bersemu. Lantas ia menggamit lengan suaminya sebelum mengajak pemuda itu menuju destinasi pertama mereka.

Cuaca di Santorini pagi itu masih secerah kemarin. Cakrawala biru yang membentang tanpa batas terlihat bersih tanpa awan. Hamparan laut terlihat berkilau tertimpa cahaya matahari, yang sudah mulai terasa panas di kulit. Pasangan itu masih betah menyusuri setiap sudut kota kecil Oia sambil memotret. Sesekali mereka berhenti untuk mencicipi penganan tradisional atau hanya berbelanja aksesoris. Menjelang siang, mereka sepakat membeli gelang manik-manik kembar sebelum menuju restoran kecil bernama Lotza.

"Katanya spaghetti di tempat ini enak," Hyunjin menopang dagunya dengan punggung tangan, menatap Chaeyeon yang masih terkagum-kagum dengan suasana restoran itu. Mereka memilih duduk di teras yang menyuguhkan pemandangan laut. Chaeyeon meletakkan topinya di salah satu kursi kosong sebelum menggulung rambutnya agar tidak dipermainkan angin. Hyunjin masih belum berhenti menatap Chaeyeon hingga gadis itu harus menutup mata suaminya agar ia berhenti.

"Jangan nakal, deh," Chaeyeon mengulum senyum, berpura-pura protes. Namun Hyunjin hanya tertawa sebelum meneguk air mineral yang ada di meja mereka.

"Tahu nggak, Chae?" Hyunjin kembali berkata, "Sejak kemarin kamu nggak berhenti senyum. Apa nggak capek?" tanyanya iseng. Chaeyeon terkekeh sebelum menggeleng.

"Aku senang. Suka banget tempat ini, Hyunjin. Mungkin aku berlebihan, tapi rasanya kayak lagi di dunia mimpi," gadis itu menerawang, menatap jauh pada hamparan laut di samping mereka. "Semuanya kelihatan putih dan biru, indah banget. Benar-benar musim panas impianku."

Sepanjang mendengar penuturan Chaeyeon, Hyunjin pun tak henti-hentinya tersenyum. Lantas ia mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan istrinya. Perlahan dikecupnya buku-buku jemari Chaeyeon, membuat gadis itu kembali merona karena perlakuan manis Hyunjin.

"Aku senang," bisik Hyunjin, sorot matanya melembut ketika menatap Chaeyeon, "bisa jadi satu-satunya lelaki yang mewujudkan impianmu."

Jika saja Hyunjin tahu betapa jantung Chaeyeon menjadi berdetak kencang mendengar ucapan manisnya, mungkin pemuda itu akan tersenyum bangga. Namun tidak, Chaeyeon tidak akan membiarkan suaminya tahu. Mungkin nanti, saat hanya ada mereka berdua dengan bintang-bintang di langit Santorini sebagai saksinya.

***

Perjalanan mereka belum berhenti sampai di sana. Chaeyeon bersikeras agar mereka menyusuri setiap tangga dan jalan-jalan rahasia di Oia demi melihat lebih dekat kota pualam tersebut. Setelah bertanya pada beberapa turis lain dan melihat sendiri informasi di ponsel, Hyunjin mengusulkan agar mereka menuruni tangga tebing menuju pantai yang dapat dicapai dengan berjalan kaki. Ammoudi Bay adalah nama tujuan mereka selanjutnya.

"Katanya bisa berenang di sini," ujar Hyunjin, menunjukkan artikel tentang pantai tersebut yang baru ia temukan di ponsel. Kebetulan mereka memang sudah membawa baju renang, tetapi entah bagaimana Chaeyeon tiba-tiba tidak yakin untuk berenang.

"Kita jalan-jalan saja, yuk," ajak gadis itu pada akhirnya. Hyunjin mengangguk menyetujui sebelum membawa tangan Chaeyeon ke genggamannya.

Selama beberapa saat, mereka hanya berjalan menyusuri pantai tanpa mengatakan apapun. Barangkali larut dalam pikiran masing-masing atau masih mengagumi keindahan alam di sekitar mereka. Lantas Chaeyeon tiba-tiba membuka suara hingga membuat perhatian Hyunjin teralihkan.

"Kamu tahu kan? Film The Sisterhood of Travelling Pants itu jadi alasanku menyukai tempat ini?"

Hyunjin mengangguk, "Kamu sudah sering bilang padaku."

Lantas gadis itu berhenti melangkah, memutar tubuhnya hingga menghadap Hyunjin. Selama beberapa saat, gadis itu hanya menatap suaminya dengan sorot mata tidak terbaca. Memperhatikan bagaimana angin memainkan rambut kelamnya, membuat kemeja tipis yang ia kenakan berkibar. Telapak tangan Chaeyeon perlahan menangkup sisi wajah Hyunjin, membuat pemuda itu terdiam. Dan saat Chaeyeon mendekatkan wajah sembari berjinjit, Hyunjin segera memeluk pinggang sang gadis untuk menghapus jarak. Bibir mereka saling mengecup, dalam dan lama, sebelum Chaeyeon menjauhkan wajah untuk menarik napas panjang.

"Sejak dulu aku bermimpi ingin mencium lelaki impianku di sini," bisiknya. Kening mereka saling menempel. Bibir Chaeyeon melengkung membentuk senyum ketika ia memejamkan mata.

"Dan sekarang mimpi itu jadi kenyataan," Hyunjin balas berbisik, tertawa pelan. "Itu kan yang ingin kamu bilang?"

Chaeyeon mengangguk, mencuri kecupan singkat di bibir Hyunjin sebelum melepaskan diri.

"Come on, Prince. Let's watch the sun before it goes down."

Dengan jemari saling bertaut, mereka menghabiskan sisa waktu yang ada sembari menikmati mentari yang mulai tenggelam di ufuk barat.

***

[ps: spesial buat kkarabinerr❤]

one & only (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang