1 Juni

531 42 46
                                    

{ warning: mature content, semi-implicit sexual scene. please consider this warning before you read. thank you. }

Hyunjin mengerjap menatap langit-langit kamar hotel. Ia sedang berbaring di ranjang king-sized dengan kedua kaki dan tangan terentang lebar seperti bintang laut. Setelan jas dan kemeja upacara pernikahan sudah ditanggalkan, berganti dengan kaos putih tanpa lengan yang terasa nyaman dikenakan untuk tidur. Tubuhnya sekarang sudah wangi dan bebas keringat, siap untuk bergumul dengan bantal dan selimut menuju alam mimpi. Namun anehnya ia sama sekali tidak mengantuk meskipun tubuhnya lelah.

Belum. Hyunjin tidak akan tidur sebelum ia selesai membuka semua kado yang tersisa, kado yang diberikan oleh teman-teman terdekat mereka secara pribadi saat acara resepsi beberapa jam lalu. Dan untuk membuka kado, ia harus menunggu Chaeyeon selesai membersihkan diri di kamar mandi.

Hyunjin baru saja hendak mengganti posisi berbaringnya ketika pintu kamar mandi terbuka. Lee Chaeyeon muncul dengan pakaian tidur berbahan satin putih dengan aksen renda (apakah itu yang disebut lingerie?) sembari mengeringkan rambut dengan handuk. Hyunjin tertawa pelan untuk menutupi kegugupannya sebelum memutuskan untuk duduk bersila di tengah ranjang.

"Kok nggak pakai pengering rambut?"

Chaeyeon menggeleng. "Ujung rambutku sudah rusak, aku tidak mau makin merusaknya."

"Kalau begitu sini," Hyunjin beringsut untuk duduk di pinggir ranjang dan Chaeyeon bergegas untuk duduk di lantai, di antara kaki Hyunjin. "Lain kali nggak usah cuci rambut malam-malam, Chae."

Hyunjin mengambil handuk dari tangan Chaeyeon lalu mengeringkan rambutnya perlahan. Tangan Chaeyeon lantas melingkari kedua betis Hyunjin dan kepala gadis itu nyaris, nyaris saja, bersandar ke pahanya. Hyunjin tidak tahu apa yang menyebabkan jantungnya menjadi berpacu cepat. Kegugupan Hyunjin yang semula muncul sudah mulai reda, tetapi ada hal lain yang Hyunjin rasakan saat Lee Chaeyeon berada terlalu dekat dengannya. Padahal sebelum menikah pun ia sering membantu mengeringkan rambut Chaeyeon.

Hyunjin memutuskan untuk membuka suara demi mendistraksi dirinya dari perasaan aneh itu.

"Jadi buka kadonya sekarang?"

Chaeyeon mengangguk, "Jadi, dong. Biar nggak perlu dibawa ke Santorini." Pemuda itu lantas membalas dengan gumaman setuju, lalu berhenti mengeringkan rambut Chaeyeon. Hyunjin meluncur turun dari ranjang dan mengambil posisi tepat di sebelah Chaeyeon, yang kini sudah menarik kardus ukuran sedang berisi kado-kado dari teman mereka.

"Astaga, banyak juga," gumam sang gadis, mengeluarkan satu persatu kado yang diberikan. Hyunjin mengambil salah satu kado yang cukup besar, terbungkus kertas mengilap warna emas dan membaca nama pengirimnya.

"Ini dari Chan hyung dan Jihyo noona. Mau buka ini dulu?" Hyunjin menggoyangkan kado tersebut untuk menebak isinya.

"Buka saja, Jinnie."

Pemuda itu bergegas menanggalkan pita dan merobek kertas pembungkus untuk melihat isi kadonya. Chaeyeon mengintip Hyunjin membuka kado sembari melipat kardus sehingga bisa diselipkan ke dalam lemari. Pemuda itu hanya bisa menaikkan sebelah alis ketika melihat benda tersembunyi yang ada di balik kotak itu.

"Apa ini? Seperangkat alat mandi?"

Hyunjin menatap bingung berbagai macam produk perawatan untuk wanita dan pria dalam satu parsel yang diberikan Chan serta Jihyo. Sementara Chaeyeon langsung memekik senang dan segera mengambil benda itu dari tangan Hyunjin.

"Uwah, ini produk mahal yang dibilang Jihyo eonni waktu itu. Katanya bagus untuk kulit sensitif kita," Chaeyeon bersemangat memberitahu Hyunjin, yang hanya ditanggapi dengan anggukan tidak mengerti dari pemuda itu. Chaeyeon menimang hadiahnya selama beberapa saat sebelum menyingkirkannya ke samping. "Nah, ayo kita buka yang lain."

one & only (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang