part 4-Lain Sisi

3 1 0
                                    

Pagi yang sangat cerah nampaknya menyambut keriangan dalam hati. Seorang pemuda sedang berkaca. Kemeja kotak-kotak berwarna merah-hitam sangat cocok ditubuhnya. Ia menautkan kancing terakhir lalu tersenyum kearah kaca memperlihatkan gigi ginsulnya, terlihat manis. "Sempurna" katanya.

"Selamat pagi mamaku tercantik" seraya mengecup pipi kanannya mamanya. "Ohh Aldy, duduk sayang! Sarapan dulu".

"Wahh enak nih. Loh papa mana, Mah?" Aldy mulai mengolesi roti tawarnya dengan selai kacang cokelat kesukaannya.

"Itu loh, katanya ada meeting dadakan. Karna takut telat yah Papa buru-buru deh ke kantor." Yang di beri tahu hanya ber-ohh ria.

"Ehh kamu rapi-rapi gini mau kemana? Emangnya kuliah ada yang pagi-pagi banget gini?" Aldy mendongak sambil berusaha menelan.

"Mmm itu Mah. Mau liat lukisan baru di studio." Katanya sedikit ragu diselingi nyengir berharap mamanya tidak akan marah.

"Huuft.. ya sudah. kau ini masih saja menyukai seni. Kenapa waktu kau mendaftar kuliah gak pilih seni? Malah pilih sastra" Mamanya hanya sibuk memotong roti sementara Aldy terdiam termangu dalam khayalan.

"Mah.. Aldy giat di seni karna aku yakin suatu saat nanti aku akan ketemu Lea di mana seni mengakar. Mah.. mama ngerti kan maksud Aldy" suaranya nampak serius dengan nada rendah.

"Semoga saja, kau benar-benar bertemu dengannya. karna bukan cuma kamu yang merindukan Lea. Tapi mama juga"

Di studio.

"Ini lukisan yang sangat lembut sangat mengekspresikan rasa. Berkesan kelam dan sedih." Aldy mulai menilai lukisan dihadapannya. Seorang dengan tanda pengenal di sakunya mendekatinya.

"Ini lukisan November lalu. Seorang wanita muda menjualnya padaku. Lukisan ini sangat menyentuh. Entah apa yang di fikirkan wanita muda itu saat melukisnya. Hujan saat purnama bersama seorang gadis kecil yang duduk di bangku taman. Sangat sedih seperti mendeskripsikan gadis itu menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Sangat bagus." Ia berseloroh panjang lebar tentang lukisan yang di lihat Aldy. Aldy masih sama menatap lukisan itu dalzm diam.

"Tunggu!" Ia terbelalak saat melihat tangan gadis kecil yang ada dilukisan. Tangan yang sama memegang bunga lavender. Di tangannya terdapat gelang berwarna hitam. Dia berusaha mengingat seperti pernah melihat gelang yang sama tapi dalam versi nyata.

"Lea!" Ia terlonjak. Gelang itu sama seperti yang pernah di berikannya pada Lea. Aldy baru menyadari bahwa rambut gadis tersebut di kepang dua serta memakai baju bersambung rok yang megar persis seperti yang suka Lea pakai. Di tambah latar tempat taman semakin meyakinkan apa yang dia fikirkannya.

"Pak, apa bapak tahu identitas wanita yang menjual lukisan ini." Aldy mengalihkan pandangannya.

"Saya kurang tahu. Tapi seluruh lukisannya berada di studio ini. Ia terkadang datang hanya untuk melihat hasil karyanya terpajang disini dan ini adalah favoritenya. Ia sering berdiam mematung memandangi lukisannya. Ia juga menuliskan A.NeiRasya di setiap lukisan yang di buatnya."

"A.NeiRasya? Ini kartu namaku seandainya wanita itu kembali datang tolong hubungi aku se cepatnya." Ia memberikan kartu namanya.

"Baiklah. Akan ku hubungi."

------------------------------------------------
Yo..yo..yo comeback to my story. Balik lagi. Maaf yah guys. Pendek. Abisnya ngantuk aku. Kecapean juga karna abis kerja. Mungkin nanti bakal slow update. Jadi... yang sabar. Jangan lupa vote dan follow authornya yah guyss ;-)

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang