part 10- Camping

0 0 0
                                    

Lea dan Adrian sampai di bumi perkemahan tersebut. Udara di sini cukup sejuk, sehingga mampu membuat Lea sedikit merasakan hawa dingin di tubuhnya. Ia merapatkan mantelnya, sementara Drian membawa barang-barang mereka.

"Oh ya ampun, Adrian ada disini!" Dua orang gadis seumuran Drian mendekati mereka.

"Adrian, sepertinya itu berat. Mau ku bantu?" Gadis bersweater ungu menawarkan diri, tetap Drian hanya menatapnya datar.

"Tidak usah. Aku bisa sendiri." Jawabnya masih sama datar.

"Kak Adrian, apa mau ku temani?" Tanya gadis bermantel pink.

"Tidak. Lebih baik kalian pergi saja!" Jawab Adrian tegas. Dia meninggalkan gadis-gadis malah itu, sementara Lea mengekorinya di belakang.

"Ohh.. aku tahu kenapa kau mengajakku. Karna kau ingin menghindar dari mereka, kan?" Malam kini tiba. Masing-masing kelompok menyalakan api unggun kecil di depan tenda mereka. Termasuk Lea dan Drian.

"Kakak tau saja." Drian cengengesan. "Mereka semua sudah gila, kak. Mereka terus saja membuntutiku kemanapun saat di sekolah. Sangat menyebalkan."

"Mereka memang gila. Kenapa mereka mau mengejar-ngejar kamu yang jelek ini?" Lea tertawa. Tapi berusaha ditahannya. Sementara Adrian. Bibirnya sudah membentuk kapal terbalik.

Adrian tidak jelek seperti yang di katakan Lea. Adiknya itu putih, tubuhnya proporsional, Tinggi dan punya punya lesung pipi seperti kakaknya. Selain itu dia juga adalah atlit basket, karate dan juara olimpiade fisika. Maka dari itu, dia termasuk kedalam golongan most wanted disekolahnya. Sayang, belum ada gadis yang menarik perhatiannya. Cuma ada satu gadis yang dekat dengannya, Aluna. Sahabat Drian. Mereka bersahabat sudah sejak lama. Karna orang tua Drian dan Lea selalu membawa mereka berlibur ke Jogja. Sedangkan Aluna adalah tetangga dari Bu'de mereka.

"Oh, iya. Bagaimana kabar Aluna? Sudah lama kakak gak ketemu dia." Lea memakan sneak-nya.

"Isshh gara-gara kakak sih, aku lupa sama Aluna." Drian langsung berdiri dari duduknya.

"Jam berapa sekarang, Kak?" Tanya Drian dengan gelisah.

"Jam delapan kurang dua puluh menit. Emang kenapa sih Drian?"

"Ayo, kak! Aku lupa. Aluna akan  sampai sebentar lagi. Ayo ke gerbang!" Adrian berlari.

"Ehh, Drian. Tunggu!" Lea menyusul adiknya.

Sebenarnya banyak orang yang menyaksikan mereka berlari dengan kebingungan. Tapi mereka berdua tidak memerdulikannya.

Saat sampai di gerbang nampak seorang gadis turun dari mobil dengan tas campingnya. Adrian menatapnya dengan tersenyum.

"Aluna...!"

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang