part 7- Unknowing

0 0 0
                                    

Aldy tengah santai sambil memainkan pc-nya di taman belakang rumahnya hingga seorang gadis menghampirinya.

"Kak! Kak Aldy temenin Dara dong kak."

"Mau kemana sih memangnya Ra?" Aldy masih asik memainkan jarinya di pc miliknya.

"Temenin Dara ke toko buku yuk kak! Dara mau beli buku baru."

"Dara gak bisa besok aja? Kakak lagi gak pengen kemana-mana."

"Kakak tuh yah udah gak sayang sama Dara. Kakak lebih mentingin hp dan dunia kakak di banding Dara. Dara kan cuma minta temenin beli buku kak. Kakak kan selalu sibuk. Jarang di rumah. Dara cuma minta sedikit waktu kakak buat Dara."
Gadis itu tampak bersungut-sungut karna kesal.

"Iya deh. Iya deh. Kakak temenin. Tapi jangan cemberut gitu dong entar cantiknya hilang."

"Asik. Makasih yah kak. Dara siap-siap dulu. Kakak juga ganti baju yah."

"Siap princess"

Andara Sandriana adalah adik Aldy. Dia lahir ketika Aldy berumur 12 tahun. Saat itu Aldy dan keluarganya sudah menetap di Bandung. Sekarang Dara telah duduk di bangku kelas 8 SMP di SMP terpopuler di kota Bandung.
Dara tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, sederhana dan bersahaja.

Aldy dan Dara menuju toko buku dengan mengendarai mobil yang jarang sekali di pakai Aldy, kalau bukan Dara yang memohon untuk itu, Aldy akan tetap memilih memakai motor kesayangannya.

"Nah stop kak! Ini toko bukunya." Dara menunjuk toko buku di dekat taman.

"Dara kenapa kita gak ke gramedia-gramedia yang ada di Mall?"

"Aku sukanya beli disini. Gak terlalu banyak orang dan adem juga"

"Terserah kamu deh. Sekarang cepatlah masuk dan pilih buku yang kamu mau."

"Siap Bos!" Dara menaruh tangannya seperti posisi hormat.

Aldy menunggu disebuah sofa sementara Dara mengelilingi toko mencari buku yang di incar-incarnya.

30 menit kemudian.

"Dara! 5 buku? Apa gak kebanyakan? Emang Papa ngasih kamu uang berapa?"

"200 ribu." Jawabnya enteng.

"Emang 200 ribu cukup untuk 5 buku?"

"Gak tau" Dara menyerahkan bukunya kekasir.

"438 ribu mbak" kata kasir
"Oh." Aldy menatap Dara heran.
Dara mengeluarkan uang 200 ribu dari tasnya sambil menatap Aldy.

"Kenapa ngeliatin aku. Tinggal bayar." Aldy mengerutkan keningnya. Perasaannya berubah tidak enak.

"Kak, kakak jangan pura-pura bodoh. Uang Dara gak cukup" Dara mengerucutkan bibirnya.

"Terus kakak yang harus bayak selebihnya gitu?"

"Iya dong. Kakak kan kakaknya Dara yang paling ganteng." Dara memuji Aldy.
"Huufft. Ini mbak pake kartu atm saya aja." Sekarang Dara memberi hadiah senyum termanis pada sang kakak. Aldy membalas senyum adiknya sambil mengacak-acak rambut sang adik.

Dimobil...

"Kak makasih yah udah mau nambahin." Dara mengulas senyumnya.

"Mmmm" Aldy fokus pada jalanan didepannya. Merasa ada yang berbeda pada kakaknya setelah lama hening antara keduanya akhirnya Dara memberanikan diri untuk bertanya.

"Kakak marah yah sama Dara?"

"Gak" Aldy hanya membalasnya singkat

"Terus kenapa kayak gitu?" Kini Dara yang cemberut

"Lagi pengen aja" Jawabnya santai.

"Kak, Dara minta maaf yah. Dara janji deh gak akan jailin kakak lagi." Dara merasa bersalah sebenarnya dia tidak bermaksud.

"Janji?" Aldy mamalingkan wajahnya keadiknya.

"Janji" Aldy tersenyum.

Besok harinya di kamar Dara.
Aldy iseng memasuki kamar adiknya berharap bisa mengagetkannya ternyata usahanya sudah diketahui oleh Dara.

"Loh kakak gak kuliah?" Dara tidak memalingkan wajahnya dari novel yang di baca.

"Libur semester Ra." Aldy memperhatikan novel yang berserakan di samping Dara.

"Oh." Jawabnya singkat.

"Ini buku yang kemarin kamu beli kan?" Aldy memegang novel itu.

"Iya"

"Btw kenapa sih kamu beli buku banyak-banyak?"

"Soalnya aku suka banget sama penulisnya. Dia itu inspiratif banget kak"
Aldy mengambil dua buku yang menurutnya menarik.

"Kakak pinjam yang ini yah." Dara sedikit melirik buku yang ingin di pinjam Aldy.

"Iyah."

Aldy kembali ke kamarnya. Ada beberapa tugas kuliah yang harus di kerjakan. Beberapa jam berlalu akhirnya tugas itu selasai juga.

"Hhufftt.. akhirnya selesai juga. Seharusnya kemarin sudah selesai tapi karna Dara...
Ohh iya buku tadi." Aldy mengambil buku yang dipinjamnya dari Dara. Buku dengan sampul biru dan ungu yang menimbulkan kesan misterius. Nampak seorang peri kecil memegang lentera ditangannya sayapnya tampak bersinar diterpa cahaya rembulan. Di belakang peri itu nampak seorang peri pria yang mengejarnya.
"You're Hope" diatas judulnya tertulis nama pengarangnya. "A.N. Reisya"

"Kenapa namanya terdengar familiar. Oh iya. Aku baru ingat. Lukisan itu. Disitu tertulis A. NaiReisya. Kenapa namanya hampir mirip? Apa mungkin dia orang yang sama? Berarti Lea... tidak mungkin itu Lea. Mungkin hanya perasaanku saja."
Aldy mulai membuka buku itu halaman perhalaman. Alurnya yang lumayan rumit sehingga membuatnya mengambil buku yang satunya lagi. Dia mulai membacanya. Kali ini covernya tidak rumit hanya ada jembatan gantung kuno dan seseorang yang menitinya tapi kali ini dalam kondisi hujan lebat.

"Kenapa dia selalu memilih cover yang rumit? Tulisannya juga terkesan sangat misterius. Aneh." Dia mulai membaca lagi. Aldy bukanlah seorang kutu buku seperti adiknya. Tetapi entah mengapa ada dorongan membaca novel itu. Bahkan selama ini dia menghindari buku yang dianggap klise itu.

Hidup ini lucu. Kau dipertemukan lalu di pisahkan. Seperti boneka Barbie atau Teddy Bear yang kau bisa mainkan. Naas sekali hahaha. Tunggulah. Sampai takdir mempertemukanmu kembali dengannya. Jangan berhenti berharap! Karna bisa jadi dia juga mencari jalan yang sama untuk bertemu kembali denganmu.
A-Way For Waiting

Tulisan di halaman tujuh begitu membekas di hatinya. Entah mengapa seperti sang penulis tau betul seperti apa rasanya berada di posisi menunggu. Sama sepertinya.

"Sangat menarik, ku rasa aku mulai menyukai. Akan ku baca lagi besok." Di simpannya buku itu di nakas lalu bersiap untuk tidur besok dia harus cepat tidur. Karna besok dia akan pergi ke suatu tempat.

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang