Seorang anak laki-laki, sedang berusaha memaksa anak perempuan yang duduk di sampingnya. Bukan mengajari materi pelajaran atau rumus matematika, melainkan mengajari anak prempuan tersebut untuk makan sendiri.
Anak perempuan itu terus menarik tangan anak laki-laki tersebut untuk menyuapinya. Sedangkan si anak laki-laki itu terus menggeleng menolak. Menuntun tangan anak perempuan untuk memegang sendoknya sendiri meski berkali-kali di tolak dan kembali menarik tangannya.
"Ayo dong makan sendiri. Supaya gak harus sama mas terus." ucap si anak laki-laki dengan nada yang lemah lembut.
"Selagi ada mas Hafidz, kenapa aku harus sendiri?" jawab si anak perempuan dengan polosnya.
"Gak boleh gitu. Kita gak pernah tau apa yang akan terjadi, jadi, kamu harus belajar mandiri tanpa mas yaa..." jawab si anak laki-laki tampan bernama Hafidz.
Si anak perempuan cantik itu cemberut, memanyunkan bibirnya disaat Hafidz berkata seperti itu. Dalam memorinya, Hafidz adalah kakaknya yang ke-3. Meski tak ada ikatan darah, namun keakrabannya melebihi orang yang memiliki ikatan darah.
Hafidz tersenyum lebar saat menatap lucunya wajah si anak perempuan bernama Fina, yang cemberut karenanya. "Engga kok.. mas Insyaallah selalu ada buat kamu.." ucapnya sembari mengelus lembut rambut panjang Fina.
"Kamu harus rajin latihan pianonya yaa. Mas ingin lihat kamu jadi pianis ternama yang bisa tampil di kaca Internasional nanti..." lagi dan lagi, ucapannya itu sangat lembut.
Fina tersenyum lebar saat mendengar ucapan Hafidz barusan, "Aku juga ingin cepet-cepet besar supaya bisa lihat mas Hafidz jadi tentara bareng mas Sulthan nantinya..." jawab Fina disertai senyuman lebarnya juga.
"Kalau begitu, meski takdir akan segera memisahkan kita. Mari saling menunggu untuk meraih impian masing-masing agar kita bisa kembali dipertemukan di waktu yang tepat menurut-Nya." gumam Hafidz dalam hati disaat menatap kedua mata Fina yang berbinar-binar bagaikan cahaya bulan yang indah.
"Aku, akan terus menjaga dan menyampaikan salam rindu untukmu lewat bait-bait do'a yang kupanjatkan." gumamnya lagi sembari berusaha menahan air matanya agar tak tumpah.
"Siap laksanakan, aku bakal buat impian kamu jadi kenyataan. Kalau begitu, kamu harus bisa makan sendiri tanpa aku, ya!" karena ucapannya barusan, akhirnya Fina mau mengambil sendoknya dan makan makanannya dengan tangannya sendiri.
"Anak baik..." pujinya sembari mengelus puncak kepala Fina, yang sepertinya akan menjadi sentuhan terakhir kali yang akan Fina dapatkan darinya sebelum berpisah darinya.
*15 November 2020
(Pertama kalinya Taruna Change My Life versi revisi dipublikasikan ulang.)
KAMU SEDANG MEMBACA
Taruna Change My Life (Season 1) [HIATUS]
Teen FictionSharfina Arabella Aleezha, mahasiswi kedokteran sekaligus seorang Pianis ternama yang merupakan putri dari seorang petinggi TNI yang memiliki kisah kasih asmara dengan seorang taruna Akademi Militer, Satria Ananta Adhitama sejak duduk di bangku SMA...