Mengetahui dirinya dipanggil oleh pelatih piano kiriman sang Papa, Fina langsung menghampiri sang pelatih yang menunggunya di ruang guru.
"Selamat siang, Bu. Ada apa ya?"
"Eh, Fina. Saya dengar kamu mau lanjut latihan, ya? Akhirnya kamu latihan lagi setelah terakhir kali sibuk tes untuk masuk sekolah ini."
"Ehmm.. iya Bu. Maka dari itu saya mohon bimbingannya yaa bu. Saya sudah memutuskan untuk kembali latihan lagi." ucap Fina dengan ramah disertai senyuman manisnya.
"Papahmu sudah menghubungi saya untuk membimbing kamu. Kamu beruntung, ya, punya orang tua yang mendukung kemauan anak-anaknya. Kamu lihat kakak pertamamu kan? Dia sudah suksess jadi Paskibraka di Istana Merdeka, keren, ya? Kebetulan, suami saya yang melatih kakak kamu. Saya juga membimbing les piano salah satu temannya sampai mereka lolos ke SMA yang mereka mau.."
Fina hanya bisa tersenyum kikuk saat baru mengetahui ternyata suami sang pelatih juga yang melatih sang kakak sulungnya dan temannya hingga masuk ke salah satu SMA militer paling bergengsi di Indonesia.
"Kompetisi kamu masih lama, kok. Tapi, mulai sekarang, kita rutin latihan setiap hari Selasa dan Kamis yaa."
"Siap, Bu."
Tak lama kemudian bel masuk berbunyi, Fina segera berpamitan kepada sang pelatih dan langsung berjalan menuju kelasnya. Disaat keluar dari ruang guru, ternyata sang abang sudah berdiri di depan pintu.
"Viko!!! Apa-apaansih lo, ngagetin aja." decih Fina kesal.
Viko hanya tersenyum tipis, kemudian melangkah bersama sang adik untuk mengantarnya kembali ke kelas.
"Gimana pelatih dari papa? Beliau istri pelatihnya mas Sulthan, kan?"
"Iya. Aku cuma harus rajin latihan aja. Jariku udah mulai kaku." jawabnya sembari menatap jari-jari lentiknya.
"Pasti. Ngomong-ngomong, berhubung temen-temenku udah tau kalau kita adek kakak, gapapa kan mereka main ke rumah?"
"Gapapa. Asal jaga sikap, dan jangan ngerokok di ruang bioskop." tegas Fina.
Viko mengacak rambut sang adik pelan, "Siap, tuan putri. Nanti pulang sama mas, ya."
"Gak usah, aku mau langsung ke studio aja."
"Buset, lama banget, lho. Udah pulang aja, nanti mas anter lagi. Kalau mama tau, mama bakal marah kamu gak pulang dulu." Fina hanya bisa mengangguk mengiyakan ucapan Viko.
"Ngomong-ngomong, kayaknya Ananta beneran suka sama kamu. Kalau dia mau deketin kamu, mas gapapa sih. Dia sebenernya setia, kok."
"Iya, setia. Setiap tikungan ada." ketus Fina. "Mana ada orang setia dapet julukan 'buaya', ada-ada aja pembelaan lo."
"Itu cuma panggilan bercanda aja, gak serius. Kalau dia bener-bener serius dan baik ke kamu, mas bakal setuju, kok."
"Terus? Mas Sulthan?"
"Biarin aja dia, mah. Gak usah dipikirin. Toh, orangnya gak ada disini. Hati-hati, ya, mas pulang ke kelas dulu." Viko langsung berlari menuju kelasnya setelah selesai mengantar Fina hingga pintu depan kelasnya.
Baru saja Fina duduk di kursinya, sahabatnya sudah menanyakan pertanyaan-pertanyaan.
"Fin, gue mau ikut sama Bian, nih. Lo beneran gak mau ikut?" tanya Gaby.
"Iyaaa, ikut aja yuk. Ada gue, Gaby, sama Cheyan." Bianca kembali berusaha membujuk.
"Loh, Luna gak ikut?" Fina bertanya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taruna Change My Life (Season 1) [HIATUS]
JugendliteraturSharfina Arabella Aleezha, mahasiswi kedokteran sekaligus seorang Pianis ternama yang merupakan putri dari seorang petinggi TNI yang memiliki kisah kasih asmara dengan seorang taruna Akademi Militer, Satria Ananta Adhitama sejak duduk di bangku SMA...