Pagi hari ini disuguhi oleh Fina yang menumpahkan semua isi tas bimbel, tas les piano, dan tas sekolahnya demi mencari buku kunci dan lembaran kertas kunci lainnya. Gadis itu sampai hampir menangis frustasi mencari-carinya padahal Viko sudah menunggunya untuk berangkat bersama.
"Sialan, kemana ya buku gue? Bisa mampus kalo sampe ilang!!!" gerutunya frustasi.
Seorang Sharfina yang selalu datang ke sekolah dengan dandanan yang rapih, namun hari ini bahkan ia tak sempat untuk menyisir rambutnya sendiri. Di tengah kehebohan di kamarnya, Viko datang mengetuk pintu kamarnya.
"Dek, cepetan! Kita udah telat, nih,"
Akhirnya Fina tak mempedulikan keadaan kamarnya yang sudah berantakan karena ia telah mencari buku itu ke sepenjuru kamarnya, berhubung 30 menit lagi sudah bel masuk, Fina segera keluar dari kamarnya dan berangkat sekolah bersama Viko.
Sesampainya disekolah tentu saja gadis itu kembali mengacak-ngacak loker dan kolong mejanya memastikan apakah benda yang ia cari ada disana. Sahabat-sahabat dan teman sekelasnya menatapnya dengan heran.
"Beb, nyari apa sih???" tanya Bianca heran.
"Chord piano gue. Harus ketemu, kalo gak ketemu gue bisa mati!" jawabnya tanpa memandang Bianca dan sibuk mencari lembaran kertas yang ia cari hingga akhirnya ia kelelahan sendiri dengan ulahnya.
"Oke... tenang Sharfina... pasti nanti ketemu!" ucapnya pada diri sendiri untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Cari apa sih, kamu, wanita cantik?" tanya Gaby si gadis berambut sebahu sembaru memeluk Fina dari belakang.
"Eh, ini jam pertama pelajaran siapa?" tak menjawab pertanyaan Gaby, justru malah balik bertanya pada teman-temannya yang masih menatapnya heran.
"Mapel Biologi, tapi si bu Venny izin gak masuk, barusan udah dikasih tugas.." jawab Gaby.
"Jawab dulu, lo cari apaa?" tanya Cheyan menarik tangan Fina.
"Buku dan lembaran Chord piano gue. Matilah gue kalo gak ketemu..." jawab Fina dengan wajah yang mulai memerah menahan tangis dan rasa panik menjadi satu.
"Lo kemarin udah latihan setengah mati, pasti udah hafal, kan?" jawab Bianca sembari berdiri dari posisi duduknya untuk menghampiri Fina.
"Enggak, By... gue belum sepenuhnya hafal..." akhirnya gadis itu mulai menangis dalam pelukan Gaby yang masih duduk dibelakangnya.
Teman-temannya bahkan si ketua kelas di kelasnya mulai berusaha menenangkan Fina. Mereka paham betul betapa berharganya kertas tersebut dan bukan sembarang kertas. Karena lembaran kertas itulah yang akan menentukan Fina akan memenangkan kompetisi atau tidak. Tak hanya itu, meski dibelikan buku baru, namun buku lamanya menyimpan jutaan kenangan yang sangat berharga.
Disisi lain, seperti biasanya, Ananta datang terlambat ke dalam kelasnya, yang padahal jam pelajaran sudah dimulai, bahkan guru sudah hampir setengah jalan menjelaskan materi. Untungnya pagi ini adalah pelajaran PKN, dimana guru yang mengajar sangat santai dan tak pernah memarahi siswa yang telat.
Setelah Ananta duduk di bangkunya, Ananta diam-diam menarik buku yang ada di kolong mejanya. Bukan, bukan buku pelajaran, buku komik, ataupun buku cerita fiksi, melainkan buku kunci piano yang di cover depan buku tersebut tertulis "Sharfina Arrabella Aleezha." Benar, buku milik Fina ada di tangan Ananta disaat Ananta membantunya berlatih kemarin sore.
Sebuah senyuman Ananta terukir lebar disaat menatap buku tersebut dihadapannya. Berhubung teman sebangkunya-Farrel sedang tertidur pulas karena bermain game semalaman bersama Rio, Ananta mulai membuka lembaran demi lembaran buku chord milik Fina yang sangat banyak coretan. Bukan hanya sembarang coretan, melainkan pesan-pesan dari orang tersayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taruna Change My Life (Season 1) [HIATUS]
Teen FictionSharfina Arabella Aleezha, mahasiswi kedokteran sekaligus seorang Pianis ternama yang merupakan putri dari seorang petinggi TNI yang memiliki kisah kasih asmara dengan seorang taruna Akademi Militer, Satria Ananta Adhitama sejak duduk di bangku SMA...