11 : Langit Mendung

38 11 13
                                    

Suasana tenang dan semerbak aroma kopi yang memenuhi ruangan cafe ini membuat kamu dan Hoseok serius menikmati minuman masing-masing.

"Seneng deh lo ngajak gue jalan duluan." ungkap Hoseok tiba-tiba, membuat kamu mengalihkan pandangan dari cangkir kopi yang kamu pegang.

"Hoseok." panggil kamu sambil menatap lelaki di depan kamu.

Hoseok mengalihkan pandangannya ke kamu, "Iya?"

"Beberapa hari lalu....... gue ada ngobrol sama kak Jiwoo. Kak Jiwoo yang ngajak." jelas kamu seolah tak ingin membuat Hoseok salah paham.

"Kak Jiwoo bilang kalo dia kakak kandung lo. Bener?" tanya kamu hati-hati.

"Gue kan udah bilang kalo gue gak punya keluarga." jawab Hoseok enggan menatap kamu. Cowok itu terus menatap kopi dalam cangkir yang ada di depannya.

"Hoseokㅡ"

"Boleh gak kita bahas yang lain aja?"

Kamu paham betul kalau gak seharusnya kamu ikut campur dalam urusan ini, tapi mau gimana lagi? Di akhir pembicaraan kamu dan Jiwoo kemarin, wanita itu meminta bantuan kamu untuk berbicara dengan Hoseok agar mau bertemu dengannya.

Kamu mengenal Jiwoo sebagai sosok yang baik dan penyayang. Terlebih ia banyak membantu kamu mendapatkan pekerjaan dulu, jadi kamu berpikir untuk membantunya kali ini.

Dan juga, kamu ingin membantu Hoseok yang terkadang terlihat kesepian. Kamu tidak ingin Hoseok mengalami apa yang pernah kamu alami di masa lalu.

"Kak Jiwoo...... dia dulu bantu gue disaat gue lagi terpuruk banget. Kak Jiwoo pernah bantu gue waktu gue lagi struggle karena keluarga gue yang lagi gak baik-baik aja, Seok." jelas kamu perlahan-lahan.

Kamu menelan ludah, terbesit bayangan kejadian yang pernah kamu alami dulu. Sebuah kejadian menyakitkan yang membuat kamu sulit untuk mempercayai orang lain lagi, bahkan hingga sekarang.

"Gue emang gak tau ada apa di antara kalian, tapi gue kenal Kak Jiwoo sebagai sosok yang baik dan penyayang. Apa lo gak mau coba sekali aja buat denger penjelasan dia?" tanya kamu, berharap hati Hoseok untuk kakaknya melunak.

Hoseok tersenyum tipis, "Gue gak tau apa yang orang itu bilang ke lo, tapi dia sendiri yang ninggalin gue demi orang lain." jawabnya.

"Gue tau mencintai pasangan itu gak salah, tapi saat itu masih ada gue yang butuh kasih sayang dan perhatian dari dia. Satu-satunya orang yang bisa gue harapin disaat orang tua gue sendiri ngebuang gue, lalu pergi ninggalin gue." Kedua mata Hoseok terlihat berkaca-kaca, membuat kamu terdiam seribu bahasa.

"Disaat gue mengharapkan dia selalu ada di samping gue, dia malah ikut pergi ninggalin gue dan milih buat nikah tanpa gue tau." Hoseok terdiam sejenak, mengusap air mata yang belum sempat jatuh dari matanya.

Cowok itu menunduk menatap sepatunya lalu kembali berujar, "Pada akhirnya gue sadar kalo gue emang gak diinginkan, gak ada yang butuh gue disini."

Penuturan cowok di hadapan kamu itu membuat kamu semakin terdiam, tak tau harus berbuat atau menjawab apa.

Hoseok yang biasanya selalu kamu lihat dengan senyuman secerah matahari, saat ini terlihat sangat murung seperti langit mendung. Senyuman secerah matahari itu tidak nampak sama sekali di wajah Hoseok.



•••••

Sosok yang selama ini kamu anggap tidak memiliki beban, ternyata memendam luka di dalam dirinya.

•••••











p.s: semua yang terjadi dalam cerita ini cuma fiksi ya guys. gak ada hubungannya sama kehidupan yang sebenernya, jadi jangan ada yang salah paham ya! hehe. luv.

NERD || Jung Hoseok ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang