part tiga •Taruhan!•

150 14 49
                                    

***

Arkan mengerjapkan mata nya beberapa kali. Hari ini ia sangat lepas kendali. Untung saja gadis menyebalkan itu tidak menjawab pertanyaan gila nya.

Tapi jika di pikir pikir, Aruna cantik. Sedikit pintar, tidak terlalu pendek, kulit yang tidak terlalu putih, bahkan sangat perhatiin kepada orang yang ia sayangi.

Walaupun Arkan tidak pernah melihat Aruna lembut pada lawan jenis, tapi Arkan percaya jika Aruna punya sisi lembut pada orang terdekat nya. Contoh nya saja Caca. Gadis itu terlalu manja untuk Aruna yang terlalu bar bar. Namun Aruna bisa menerima gadis itu.

Dengan cepat Arkan menghapus pikiran baik nya untuk Aruna. Ia tidak boleh berpikiran seperti itu. Walaupun berpikiran baik itu sangat bagus, tapi bagi Arkan berpikiran baik pada Aruna sama saja melawan tuhan. Alay? Tentu. Arkan dan Aruna memang seperti itu. Tidak ada perubahan dari awal mereka bertemu sewaktu pertama kali MOS menjadi satu anggota kelompok.

"Den, disuruh turun sama nyonya buat makan malam" ucap seseorang di balik pintu kamar nya. Arkan diam sejenak.

"Ada papa ga bi?" Tanya Arkan terdengar malas dan juga ogah ogahan saat menyebut kata 'papa'

"Tuan baru saja sampai Den"

"Ya udah bi. Nanti gue turun" ucap Arkan. Pria ini berjalan mengambil handuk nya dan langsung mandi. Ia malas jika nanti ibu nya berteriak memanggil nama nya.

Lima belas menit berlalu. Arkan keluar kamar nya hanya menggunakan celana pendek di atas lutut. Dan handuk yang sengaja di taruh di leher nya.

"Bangg. Lama bat si bang. Kila kan jadi lama nunggu abang buat makan" ucap gadis sekitar berumur sembilan tahun. Dengan wajah cemberut gadis itu menarik tangan kakak lekaki nya untuk ikut turun kebawah dan makan bersama.

"Yang suruh lo nungguin gue saha?" Tanya Arkan ketika tangan nya di tarik oleh Akila. Adik perempuan nya.

"Ye abang. Gini gini Kila sayang sama Abang, udah untung untungan Kila tungguin kalo adek abang bukan Kila, mungkin abang udah makan makan sendiri. Masak masak sendiri. Cuci baju sendiri.persis kaya jomblo" cerocos Kila. Tidak lupa di bagian 'makan makan sendiri' sampai akhir kalimat gadis ini bernyayi.

"Serah lo deh. Pusing abang ngomong sama lo" ucap Arkan ketika mereka sampai di meja makan. Sedangkan kedua orang tua Arkan hanya geleng geleng kepala melihat tingkah kedua anak nya yang sama sekali tidak pernah akur ini.

"Gimana hari ini sekolah mu?' Tanya Tora. Membuat Arkan menoleh kesumber suara lalu menganggat bahu nya cuek. Ia tidak peduli pada ucapan papa nya barusan, tidak ada untung nya kan?

"Ga buat masalah kan?" Tanya Tina ketika ia meletakan satu sendok nasi kepiring anak laki laki nya

"Buat dikit"

"Abang kalo sekolah ga nakal ma. Cuman tu ya ma. Dia sama bang Wisnu sama bang Rehan suka nonton Tiya...ko Hu... ma.... ko. Sapa si nama nya lupa Kila. Tapi tu ya, cantik kalo pake baju, baju nya kurang bahan" Ucap Killa. Gadis kecil ini nampak nya sedang berpikir keras agar ingat pada nama yang ia sebut tadi. Namun nampak nya ia tidak ingat.

"Eh apa si lu tu. Bocah juga" jawab Arkan sebelum adik nya ini mengigat sesuatu yang akan membuatnya kesal setengah mati. Dasar bocah!

Setelah makan malam selesai, Arkan keluar sebentar untuk mencari angin katanya. Ia sudah bilang kepada Killa. Gadis itu tengah asik pada ponselnya. Menonton tayo.

Hay tayo Hay tayo.
Dia bis kecil ramah.
Melaju melambat.
Dia selalu senang.

Arkan melajukan motornya dengan santai. Sambil sambil jika ada seorang gadis cantik bisa ia godai. Mumpung tidak ada Rehan dan Wisnu. Bukan mba Kunti ya gaes. Mereka terlalu cantik!!

Dear ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang