Arkan Aruna datanggggg
Mohon di sayaangggg.......****
Aruna baru saja bangun dari tidurnya. Ia menoleh ke kanan dan kiri. Tidak ada yang menarik selain Vape yang tergeletak si samping kanannya. Ia meraih dan mengisapnya. Hari ini ia benar benar kehilangan mood nya sangat parah.
Papanya lagi lagi melukai dirinya dengan membawa wanita jalan di depannya. Ia sangat muak jika pulang sekolah selalu melihat adegan itu di ruang terbuka. Aruna benar benar tidak habis pikir dengan papa nya. Apakah tidak malu dengan pelayanan yang berkerja di rumahnya?
"Non sudah bangun?" Tanya Bi Sumi di balik pintu kamarnya. Aruna hanya berdeham. Padahal dehamannya tidak akan di dengar oleh Bi Sumi di luar sana.
"Ayo makan non" ujar Bi Sumi. Padahal ia tidak tahu anak majikannya ini sudah bangun atau belum.
"Non" panggil bi Sumi. Namun Aruna tidak menghiraukannya. Gadis ini lebih asik pada benda yang ia pegang.
"Ya sudah non, saya mau ngerapiin tempat bapak tadi sama ibu baru ya non" kata kata Bi Sumi benar benar membuat Aruna down. Iya merasa lemas ketika bayangan di mana ayahnya sedang nafsu dan mencium wanita murahan itu. Aluna sudah janji pada dirinya sendiri akan merusak kebahagiaan wanita tersebut. Bagaimana ia merusak kebahagiaannya.
"Pergi bik. Gue ga mau dengarin siapa pun. Pergi!" Aruna melempar bantal yang ada di sampingnya. Bantal itu sukses terkena pintu kamarnya. Hari ini Aruna harus mendapatkan ketenangan. Dan Aruna tau di mana tempat itu.
Aruna mengambil jaketnya. Ia masih menggunakan baju sekolahnya. Ia tidak peduli dengan itu. Yang Aruna butuhkan hanyalah sebuah ketenangan. Walaupun cara Aruna itu salah.
Aruna keluar kamar. Mendapatkan beberapa pelayanannya yang tengah membersihkan rumah besar yang seperti neraka ini. Aruna mencari wanita paruh baya yang dengan sabar selalu menerima ucapan kasar dan perilaku kasar dari Aruna. Iya. Salah satu pelayannya yang bernama Sumi. Wanita paruh baya itu sedang menerima sambungan telepon. Aruna berjalan mendekat. Aruna sedikit binggung dengan perubahan raut wajah bi Sumi yang mendadak menjadi sendu dan ingin menangis.
"Ada apa bi?" Aruna memegang kedua pundak bi Sumi dan bertanya dengan suara lembutnya.
"Nonn" ujar Bi Sumi terkejut. Tiba tiba bi Sumi jatuh di bawah dan tangisannya pecah begitu saja.
"Ada apa bi?" Tanya Aruna yang binggung dengan Bu Sumi.
"Nyonya non" ujar Bi Sumi masih dengan tangisannya. Para pelayan yang melihat itu langsung berkumpul di tempat Bi Sumi dan Aruna. Semua memandang penuh dengan tanda tanya. Ada apa ini sebenernya?
"Mama Dara kenapa bik?" Aruna merasakan guncangan yang hebat pada tubuhnya. Ada apa ini. Kenapa bi Sumi menangis?
"Nyonya non" bi Sumi masih menangis tanpa mau menjelaskan apa yang sedang terjadi.
"Iya bik. MAMA DARA KENAPA?" Aruna membentak bi Sumi. Ia merasa kesal sekaligus panik sekarang.
"Mama non. Mama udah ga ada" ujar Bi Sumi membuat Aruna juga terjatuh. Para pelayan membantu Aruna untuk berdiri.
"Bibi jangan becanda!" Aruna berteriak kesal dengan tangisan yang sudah pecah.
"Iya bi Sumi teh jangan bercanda" ujar tukang kebun Aruna. Semua pada menganggukkan kepalanya setuju.
"Bibi teh serius neng. Nyonya udah ga ada" ujar Bi Sumi. Wanita paruh baya ini berdiri dan mengelus puncak kepala Aruna.
"Bibikkk hiksssss bilang ini cumann prank bikk!" Aruna memeluk tubuh bi Sumi. Sekarang wanita hebatnya tinggal bi Sumi saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Arkan
Teen Fiction"Anak cowo nakal wajar. Yang ga wajar itu, anak cewe secantik lo nakal" ucap pria dengan dahi yang di ikat oleh dasi, baju berantakan dengan segerombolan nya. "Yang nakal gue ko situ yang sirik" ucap gadis itu dengan rambut bercat hijau botol lalu m...