3

3.1K 348 62
                                    

"Huan Ge, berhenti menggangguku!" Jiang Cheng mengeryitkan dahinya tidak nyaman saat Xichen memeluknya dari belakang, tak lupa senyum yang semakin lebar di wajah laki-laki tampan yang terasa di bahu telanjangnya itu.

Xichen tidak berhenti memeluknya seperti ini begitu suaminya itu diberitahu oleh Wei Wuxian bahwa ia kini sedang mengandung, tentu saja setelah Lan Wangji dan saudaranya pulang ke rumah.
Jiang Cheng mana mau dilihat orang lain ketika Xichen bersikap seperti ini padanya.
Yang ada ia akan menyuruh Xichen tidur diluar jika berani berbuat tidak senonoh di depan umum.

Dalam kamus seorang Jiang Wanyin -yang sekarang menjadi Lan Wanyin, adegan berpelukan adalah salah satu hal tidak senonoh.
Jadi jangan harap kalian akan bisa menemukan Jiang Cheng dan Lan Xichen bermesraan di sembarang tempat.

"Lan Xichen!" Sudah terlalu tidak nyaman dengan kelakuan suaminya sendiri akhirnya Jiang Cheng kembali berseru protes.
Tidak lihat ia sudah kegerahan?
Dan suaminya yang kebetulan memiliki tubuh besar dan tegap itu semakin memperparah keadaan. Boleh ia panggil Xichen dengan sebutan gorilla saja?

Lan Xichen akhirnya sedikit melonggarkan pelukannya dengan perasaan sedikit tidak rela karena demi jenggot pamannya yang panjang, ia sekarang sangat bahagia dengan kabar bahwa istrinya itu sekarang tengah hamil.
Perlukah ia mengambil cuti mulai besok selama satu bulan?

Jiang Cheng segera melepaskan diri dan bergerak mundur, sedikit menjauh beberapa jengkal dari Xichen.
Ia kemudian membetulkan letak kerah piyama miliknya yang tadi melorot karena Xichen terlalu semangat mengusak-ngusakkan wajah di bahu miliknya.

"Berhenti memasang wajah bodoh seperti itu!" Jiang Cheng bersidekap, matanya menatap tajam pada Xichen yang tadi mengalihkan tatapan padanya setelah melamun sendiri kemudian tersenyum padanya.

"A-Cheng, aku akan ambil cuti besok. Bagaimana menurutmu?"

"Ide bagus.
Kalau perlu keluar dari sana!" Jiang Cheng tersenyum miring, tentu saja Xichen harus cuti.
Siapa yang bisa ia suruh-suruh jika ia menginginkan sesuatu dan Xichen tidak ada?

Xichen tertawa kecil, itu akan menjadi suatu kesempatan untuk Jiang Cheng karena kalau boleh jujur secara tidak langsung memang dari awal mereka pindah kemari istrinya tersebut seperti menyuruhnya untuk meninggalkan pekerjaannya yang sekarang.

Lan Xichen kembali mendekat dan dengan tiba-tiba mengecup dahi pemilik iris berwarna ungu cerah itu.

Pipi Jiang Cheng bersemu kemerahan, tetapi wajah galak andalannya tetap terpasang dengan sempurna.

Sementara seorang Xichen yang sudah terbiasa menghadapi sifat gengsi Jiang Cheng dalam berbagai hal itu merasa gemas sendiri.
Xichen memang termasuk seseorang yang berani mengganggu Jiang Cheng terang-terangan selain Wei Wuxian, karena ia tadi mengecup bibir Jiang Cheng dan setelahnya mendapat bogeman mentah dari si pemilik iris ungu itu tepat di hidung mengakibatkan Lan Xichen K.O seketika.

_______

"Sudah kukatakan sebelumnya untuk jangan menggangguku!" Jiang Cheng mendorong sapu tangan yang sudah di beri ramuan obat hirup khusus mimisan ke hidung bangir milik Xichen hingga laki-laki Lan itu terhuyung ke belakang.

Harus berapa kali ia mengatakan kepada suaminya itu agar mengerti supaya tidak mengganggunya? Karena entah sudah berapa hari ini mood nya yang biasa buruk semakin memburuk.
Ditambah lagi jika ia melihat wajah bodoh yang diperlihatkan Lan Xichen padanya membuatnya merasa sangat mual.
Ia tidak tahu kenapa itu bisa terjadi, mungkinkah calon bayinya seperti dirinya?
Tidak menyukai Lan Xichen yang seperti orang sinting itu jika sudah berhadapan dengannya?
Bahkan kesintingan Lan Xichen padanya lebih parah dari saat laki-laki itu tidak sengaja meminum arak.
Atau karena hal lain? Entahlah. Intinya saat ini ia sedang ingin menjaga jarak dari Lan Xichen.

Xichen meringis sebagai jawaban.
Lain lagi dengan Xichen sendiri.
Laki-laki Lan itu tidak tahu mengapa ia seperti tidak ingin jauh-jauh dari Jiang Cheng.
Ia merasa jika sesuatu akan mengambil Jiang Cheng kalau ia tidak berada dekat dengan istrinya.
Apalagi setelah ia tahu bahwa di dalam perut Jiang Cheng sedang tumbuh calon anak mereka.
Pantas saja ia merasa ada yang aneh pada dirinya sendiri beberapa hari kebelakang.

"Dengar tidak?!" Jiang Cheng melotot pada Xichen yang segera mengangguk atas pertanyaan mengintimidasi miliknya.

"Pegang ini!" Jiang Cheng melirik sapu tangan yang tengah ia pegang, menyuruh Lan Xichen untuk memegangnya sendiri.

Xichen kembali mengangguk kemudian ganti memegang sapu tangan yang menempel di hidungnya. Aroma mint yang dihasilkan ramuan obat yang berguna untuk mimisan itu membuatnya lebih rileks.
Saat tadi Jiang Cheng memberikan 'hadiah' memang hidungnya jadi mimisan.

"Aku mau tidur!" Setelah mengatakan itu Jiang Cheng berbaring dan memakai selimut.

Tanpa menunggu waktu lama Jiang Cheng sudah masuk ke alam mimpi.

Lan Xichen menaruh sapu tangan yang sudah berhasil menghentikan mimisannya ke atas meja kecil yang ada di samping tempat tidur, besok akan ia cuci sendiri.
Ia tidak ingin semakin merepotkan Jiang Cheng apalagi kandungan laki-laki manis itu masih lemah dan sebisa mungkin ia akan membantu mengerjakan pekerjaan rumah yang biasanya dikerjakan Jiang Cheng. Juga, ia tidak mau sesuatu yang buruk terjadi kepada si galak itu.

Xichen tersenyum ketika melihat wajah damai Jiang Cheng dalam tidur itu.
Istrinya akan terlihat sangat polos dan menggemaskan saat tengah tidur seperti ini, tetapi dalam keadaan sadar kelihatan sangat tidak ramah.

Ia ingin sekali bertanya pada Jiang Cheng kenapa istrinya itu suka sekali mengerutkan kedua alisnya, nyaris membuatnya bertemu satu sama lain. Padahal jika kedua alis tebal itu lebih rileks akan terlihat sangat cantik.

Lan Xichen ikut merebahkan dirinya di samping Jiang Cheng kemudian mendekatkan wajahnya pada leher istri manisnya.
Setelah ia mengenal Jiang Cheng lebih dalam, sebenarnya laki-laki pecinta anjing itu adalah pribadi yang hangat namun ia akan sangat dingin kepada orang yang tidak dikenal.

Memang benar Jiang Cheng sangat suka marah-marah dan akan langsung berkomentar jika dirasa ada sesuatu yang mengganggunya, tapi itu hanya berlaku padanya karena istrinya sangat tertutup pada orang-lain.
Jika bisa, ia ingin agar Jiang Cheng punya teman selain adik iparnya -Wei Wuxian.
Ia rasa jika Jiang Cheng punya teman maka ketika ia sedang sibuk bekerja, istrinya itu tidak akan merasa kesepian.

Xichen mengusap pipi halus milik Jiang Cheng dengan gerakan perlahan.
Walaupun ia diminta untuk tidak mengganggu namun tangannya gatal ingin menyentuh istrinya sendiri.

Berulang kali menyingkirkan tangan jahilnya yang membuat Jiang Cheng merasa tidak nyaman dalam tidurnya,
Ia benar-benar harus minta izin besok.
Semoga saja oleh atasannya diberikan izin agar ia bisa bebas memandangi kegiatan apa saja yang dilakukan Jiang Cheng setiap hari saat ia tidak ada.

Xichen ikut tidur kemudian setelah puas memandangi wajah tidur Jiang Cheng.

Lan WanyinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang