Pagi ini Xichen pergi ke kediaman professor kepala untuk meminta izin cuti, tekadnya sudah bulat rupanya.
Beruntungnya, professor kepala memberikan izin dengan senang hati setelah mendengar penjelasan mendetail mengenai alasan Xichen yang secara langsung meminta izin padanya.
Maka Xichen pun pulang dengan perasaan lega dan senang karena mulai hari ini ia dapat menemani istrinya dirumah, untuk pertama kalinya setelah sekian lama ia meliburkan diri saat ia menikahi Jiang Cheng.
Jiang Cheng rupanya sudah terbangun saat ia membuka pintu rumah.
Dan istrinya yang manis itu menatapnya heran dengan wajah bangun tidur miliknya."Darimana?" Jiang Cheng melipat tangannya di depan dada seraya menatap Xichen dengan wajah mengintrogasi.
Darimana suaminya itu pagi-pagi begini?
Ia kira bangunnya sudah termasuk pagi karena jam di dinding menunjuk angka 6 lebih 12 menit.Lan Xichen menjawab pertanyaan laki-laki beriris ungu itu dengan senyuman seperti biasa, ia kemudian mendekat dan spontan memeluk Jiang Cheng yang lebih pendek darinya.
"Kau menginginkanku untuk mengambil cuti bukan?
Jadi tadi aku pergi ke kediaman professor dan meminta izin." Lan Xichen menyamankan posisi kepalanya di bahu Jiang Cheng."Sepagi ini?
Bukankah itu terlihat tidak sopan?" Jiang Cheng tidak habis pikir dengan suaminya sendiri, memangnya minta izin harus sepagi ini?"Jika memang menganggu beliau, bukankah seharusnya aku tidak mendapat izin?" Lan Xichen kembali menjawab, sepertinya ia sudah mulai tertular kekeraskepalaan Jiang Cheng.
"Terserahlah." Mood Jiang Cheng mendadak turun, ia berusaha mendorong tubuh tegap yang masih memeluknya itu tanpa tenaga.
Ia habis muntah-muntah tadi dan hal itu membuatnya masih merasakan lemas disekujur tubuhnya."A-Cheng, jangan marah." Xichen menurunkan rangkulan tangannya di punggung Jiang Cheng menjadi di pinggangnya kemudian ia sedikit menjauhkan posisi badannya agar dapat menatap wajah istrinya dengan jelas.
Jiang Cheng balas menatapnya dengan malas, tipikal laki-laki manis itu ketika moodnya sedang tidak bagus.
"Hm?
Masih marah padaku?" Xichen kembali bertanya, tangannya yang bebas mengusap puncak kepala bersurai hitam legam itu dengan hati-hati."Tidak." Jiang Cheng melepaskan diri dari usapan telapak tangan besar milik Xichen yang sebenarnya terasa sangat nyaman untuknya, tapi ia sekarang benar-benar haus dan harus pergi ke dapur.
Xichen mengikuti langkah kaki Jiang Cheng yang tanpa tenaga di depannya.
Hm? Apa yang ia lewatkan ketika pergi tadi?Ia mengerjap saat mengingat sesuatu, apa tadi istrinya muntah-muntah lagi?
Jiang Cheng pasti terbangun karena itu."A-Cheng, tadi... kau muntah lagi?" Xichen bertanya hati-hati, walaupun pertanyaan ringan tapi jika sedang tidak berkenan mendengarnya Jiang Cheng bisa tersinggung.
"Itu terlihat jelas?" Jiang Cheng mengambil gelas bersih di lemari kemudian mengisinya dengan air putih.
Xichen mengangguk.
"Oh, A-Cheng... kau ingin makan sesuatu?
Akan ku belikan apapun yang kau mau." Xichen kembali bertanya antusias.Jiang Cheng menaruh gelas kosong di meja dengan bunyi 'Tak' sedikit keras.
"Aku belum ingin makan dan bisakah Huan Ge berhenti bertanya?
Suaramu membuatku kembali merasa mual!"Xichen tersenyum lebar saat Jiang Cheng menatapnya dengan tajam.
"Bukankah itu bagus?
Berarti calon bayi kita sangat menyukai suara ayahnya sampai-sampai ia kegirangan dan membuatmu mual." Xichen berkata ngawur, bisakah ia tidak mengatakan hal tidak masuk akal tersebut dengan tambahan wajah bodoh menurut Jiang Cheng itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lan Wanyin
FanfictionMembuat Jiang Cheng meledak macam petasan itu mudah asalkan ada Lan Xichen didekatnya :3 Semi M +17 📌Mo Dao Zu Shi 🛡 Mo Xiang Tong Xiu📌 Lan Xichen Jiang Cheng Lan Wangji Wei Wuxian OOC Manymore-