X-tra chapter 4

2.7K 286 76
                                    

"A-Cheng."

Jiang Cheng mendecih ketika mendengar Xichen lagi-lagi memanggilnya.

"A-Cheng? Lan Wanyin?"

"DIAAAAAM!"

BRAK!

"Hehe..."

Benar-benar tidak normal!
Ini baru sehari semenjak Xichen mengetahui bahwa sebentar lagi ia menjadi seorang ayah tapi kelakuannya sudah melenceng jauh dari takdir yang seharusnya!
Entah sudah keberapa kali di menit ini Xichen memanggilnya.
Hal itu benar-benar sangat mengganggu dirinya karena ia tidak dapat berkonsentrasi untuk mengisi kuis berhadiah yang selalu ia menangkan setiap minggunya itu.
Ah, semenjak pindah ke Gusu ia memang jadi punya hobi mengikuti kuis yang diadakan salah satu minimarket di sana.
Hadiah yang ditawarkan cukup menarik menurutnya, minggu lalu ia mendapat raket nyamuk secara gratis karena memenangkan kuis belum lagi hadiah-hadiah lain pada minggu sebelumnya.

Dan raket nyamuk itu sudah diuji cobakan kepada Xichen sendiri karena empat hari yang lalu laki-laki tampan itu tidak sengaja menumpahkan ramen instan yang hendak dimakan Jiang Cheng.
Jiang Cheng yang pada saat itu sedang mengetes raket baru miliknya di dapur melemparkan raket yang masih menyala tersebut ke wajah Xichen sebagai balas dendam atas ramen miliknya yang tumpah, alhasil laki-laki itu tersengat listrik dari jaring raket.

Melihat Xichen yang terkapar akibat raket nyamuk baru miliknya, Jiang Cheng tiba-tiba merasa senang mengetahui bahwa raket itu bekerja dengan semestinya.
Dan Jiang Cheng tidak perlu mengecek keadaan Xichen karena laki-laki itu pasti bangun sendiri.

....

Xichen melindungi kepalanya dengan kedua lengannya saat Jiang Cheng berniat memukulnya dengan bolpoin, beberapa detik tidak merasakan apa-apa ia kembali menatap wajah istrinya itu yang sekarang tengah membuang nafas.

"A-!"

Jiang Cheng memegang kedua sisi wajah Xichen yang ada di sampingnya lalu menekannya dengan kuat hingga Xichen tidak bisa melanjutkan perkataannya.

"Hmmp-"

"Diam.
Sebenarnya apa yang Huan Ge inginkan?
Kenapa daritadi kau berusaha menggangguku?" Jiang Cheng memberikan tatapan mengintimidasi pada Xichen yang malah tersenyum melalui matanya, sama sekali tidak takut dengan kemarahan Jiang Cheng.

Jiang Cheng memalingkan wajahnya ke samping, ia sudah terlalu lelah menanggapi kelakuan absurd laki-laki berstatus suaminya itu.

Xichen menggenggam tangan Jiang Cheng yang sudah tidak menekan pipinya kemudian menurunkannya agar ia dapat bebas berbicara.

"Aku sudah tinggal di rumah seperti ini tapi A-Cheng tidak memperdulikanku." Xichen membuat wajah terlantar yang membuat kening Jiang Cheng berkedut.

"Kau ingin aku melakukan apa?" Jiang Cheng akhirnya mengikuti sedikit keinginan Xichen, walaupun dengan ogah-ogahan.

Wajah Xichen berubah ceria, "Bagaimana kalau kita -piiiiip-"

Jiang Cheng spontan menampar wajah Xichen hingga laki-laki itu ambruk ke samping, berani sekali Xichen berkata tidak senonoh di hadapannya.

"Katakan sekali lagi!" Jiang Cheng sudah menyingsingkan celana panjangnya, bersiap melakukan adegan penganiayaan pada Xichen.

"Ampun ampun, aku bercanda A-Cheng!" Xichen mengangkat tinggi tangannya ke atas.
Ia kemudian tertawa garing.

"Tapi kupikir A-Cheng ingin melanjutkan yang tadi pagi.
Ahhakk!"

Jiang Cheng benar-benar melempar kamus bahasa inggris yang tadi ia gunakan untuk mencari jawaban kuis ke wajah Xichen.

Lagi-lagi Xichen terkapar di lantai.

"Dasar mesum!
Apa isi otakmu hanya itu saja, hah?! Jangan-jangan kau berpikir seperti ini kepada semua muridmu?
Arrrgh! Kenapa aku menyebut kata itu?!" Jiang Cheng frustasi sendiri.

Xichen bangkit kemudian mendekap Jiang Cheng. "A-Cheng, aku tidak pernah berikir seperti itu kepada orang-lain!" Xichen berwajah serius, ia benar-benar tidak pernah memikirkan hal semacam itu kepada orang lain, hanya Jiang Cheng yang boleh berada di pikiran -piiiip- nya.

Jiang Cheng menatap Xichen, benarkah begitu?
Xichen tidak berbohong bukan?

Seperti mengerti apa yang di tanyakan Jiang Cheng didalam hati, Xichen menjawabnya dengan anggukan mantap.
Ia menatap Jiang Cheng dengan pandangan mematikan miliknya hingga laki-laki beriris ungu itu terhipnotis padanya.
Dan kesempatan itu digunakan Xichen untuk mendekatkan bibirnya pada bibir Jiang Cheng, namun sepertinya Jiang Cheng menyadari niat bejadnya karena kurang beberapa senti lagi bibir mereka bertemu istri dari Lan Xichen itu menabok bibir laki-laki tinggi itu.

"Dasar tidak senonoh!" Jiang Cheng melarikan diri dengan wajah merah setelah mencium ujung hidung mancung milik Xichen secara tiba-tiba.

Sementara Xichen bengong dengan wajah yang juga memerah hingga ketelinga, ia tidak percaya Jiang Cheng menciumnya dengan keinginannya sendiri karena biasanya ia yang memulainya.

Ia harus mengecek kadar gula dalam darahnya begitu adik iparnya kembali dari Yiling karena sepertinya ia terlalu banyak mengkonsumsi 'gula'.














Extra chapter dengan adegan mainstream... 😂

Lan WanyinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang