Part 2

3.8K 155 20
                                    

"Mau Mami bantu siapin?"

"Gak perlu, Mi. Sebentar lagi selesai kok," ujar Chris sambil tetap memasukkan barang-barangnya ke dalam tas gunung.

"Yaudah. Kamu mau dibawain bekal apa? Biar Mami bungkusin sekarang."

"Hmm... empal sama ayam goreng aja deh."

"Oke." sang mami memasang senyum sekilas lalu  pergi meninggalkan Chris yang sibuk berbenah.

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Minggu lalu telah dicapai kesepakatan bahwa hari ini Chris dan kawan-kawan akan berangkat jalan-jalan sekaligus berkemah ke Kampung Naga. Saking antusiasnya, Chris sampai tidak bisa tidur semalaman menantikannya. Pasti akan sangat menyenangkan, ucapnya di dalam hati. Jujur saja, ini akan menjadi pengalaman pertamanya melakukan perjalanan cukup jauh ke sebuah perkampungan primitif yang masih asri. Selama ini ia terbiasa dengan hiruk pikuk kehidupan kota besar.

Selesai berkemas Chris meraih ponsel di atas nakas dan mulai menggerakan jempol besar dan panjangnya di atas layar berbentuk persegi panjang itu. Ia membuka salah satu aplikasi bertukar pesan dan membaca percakapan yang ada di grup paling atas. Ramai sekali, sebagian besar berisi obrolan antara Adam dan Donny. Chris tertawa kecil membacanya. Kenapa mereka membahas Bondan sampai sebegitu hebohnya?

Tiba-tiba semua menjadi gelap. Kedua matanya membelalak lebar, menatap sekeliling yang mendadak berubah menjadi hutan rimba yang gelap gulita tanpa cahaya bulan. Suara jangkrik dan burung gagak saling bersahutan. Suara lolongan serigala pun terdengar, menambah kengerian yang dirasakannya.

"Adam! Donny!" Chris berteriak memanggil dua temannya sambil berjalan perlahan. Namun sia-sia saja. Ia tak menemukan siapapun di hutan itu. Chris benar-benar sendirian terjebak di dalam kegelapan.

Setelah lama berjalan, Chris menemukan seseorang yang berdiri memunggunginya  berjarak sekitar 100 meter di depannya. Entah kenapa ia bisa melihat sosok itu dengan jelas, padahal tidak ada cahaya yang meneranginya. Berpakaian putih panjang dengan rambut sepinggangnya yang terurai.

Jantungnya mulai berdegup kencang. Pertanda apakah ini? Apakah Chris jatuh cinta? Sosok itu mulai menoleh ke arah Chris. Seketika bulu kuduknya langsung berdiri semua. Pemilik wajah penuh luka dengan nanah bercampur belatung yang keluar dari rongga mata kanan tanpa bola mata itu menatap Chris lekat. Perlahan sosok itu mendekat dengan senyum lebar yang tercipta dari mulut lebarnya, memperlihatkan gigi taring berlumuran darah.

"Ada ibu-ibu anjir. Eh goblok, itu kunti anjir!"  Chris lari terbirit-birit menyusuri hutan. Napasnya terengah-engah, namun ia terus memaksakan kakinya untuk berlari. Sosok itu terus mendekat semakin cepat sampai akhirnya kakinya tersandung akar pohon sehingga membuatnya jatuh tersungkur.

Sosok itu memelototi Chris sambil tetap memasang senyum lebar. Ia semakin mendekatkan wajahnya, membuat Chris semakin merinding. Degup jantungnya semakin tidak karuan, seluruh tubuhnya seakan menggigil dibanjiri keringat dingin.

Dalam kekacauan itu, Chris berusaha mengingat doa pengusir setan. Namun nihil, otaknya mendadak lumpuh tak bisa memproses ingatan yang diinginkannya. Lalu tiba-tiba dia teringat pesan almarhum kakeknya dulu. Sebenarnya makhluk halus itu takkan mengganggu kalau kita tidak mengusik mereka terlebih dahulu. Mungkin sosok itu merasa terganggu dengan kehadiran dirinya, makanya Chris diikuti seperti ini. Sepertinya Chris harus minta maaf namun dia bingung bagaimana caranya berkomunikasi dengan setan.

"A-anu, ngapunten mbak. Kulo mboten maksud ganggu panjenengan (A-anu, maaf mbak. Saya tidak bermaksud mengganggu kamu)...," kata Chris dengan terbata-bata. Dia berpikir semua setan Jawa seperti kuntilanak di depannya ini hanya bisa berbahasa Jawa, tidak bisa berbahasa Indonesia apalagi berbahasa Inggris.

Kampung Santet (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang