Part 7

2.5K 104 14
                                    

Terima kasih buat yang sudah baca cerita ini 😊 jangan lupa vote and Comment yah 🤗

Salam dari Author.

~~~~~~~~~~

Part 7

"Mereka kok belum bangun yah?" tanya Farah kepada Elsa.

"Gak tau, kita lihat mereka aja yuk." ajak Elsa sambil menggandeng tangan Farah meninggalkan tenda mereka menuju ke tenda sebelah.

Farah memanggil nama Adam beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Saat memanggil nama Donny  Chris dan Bondan pun tidak ada respon. Dengan tidak sabar Farah menarik resliting tenda ke atas lalu masuk ke dalam.

Kedua mata Farah membelalak lebar dengan napas yang tertahan sesaat. Ada apa ini? Kenapa ada  banyak bercak darah yang berceceran di mana-mana? Elsa yang juga ikut masuk langsung tertunduk lemas dengan wajah pucat pasi. Jantungnya berdebar hebat hingga membuatnya sesak dan keringat dingin mulai bercucuran. Aroma besi darah yang khas membuat kepalanya serasa mengambang dan perut dikocok. Elsa harus pergi dari tempat ini sebelum dirinya menyemburkan isi perutnya.

"Aku cari angin dulu ya. Perutku gak enak." kata Elsa lalu meninggalkan tenda.

"Tunggu!" Farah berbalik menyusul Elsa.

Setelah beberapa kali mengambil napas dalam, akhirnya rasa pusing dan mualnya mereda. Sedari kecil Elsa memang paling tidak tahan melihat darah.

"Lo gak papa, El? Mau gue ambilin obat?" tanya Farah sambil memijat pelan bahu Elsa.

Elsa mengangguk. "Iya."

Setelah Elsa minum obat dan beristirahat beberapa saat, mereka berinisiatif mencari keempat lelaki teman mereka. Sebenarnya mereka tidak yakin bila harus meninggalkan lokasi kemah, namun kejadian janggal di tenda itu membuat pikiran mereka tidak tenang. Sebenarnya itu darah apa? Kenapa sampai bisa mengotori tenda itu? Ke mana keempat teman lelaki mereka? Apa jangan-jangan...  keempat lelaki itu diserang binatang buas lalu mayatnya dibawa lari? Ataukah dibunuh manusia kanibal yang hidup di hutan ini? Farah menggelengkan kepalanya mengenyahkan imajinasi liar di dalam kepalanya. Di saat seperti ini dia harus tetap tenang dan berpikir positif.

"Apa sebaiknya kita balik aja? Aku... agak takut..." Elsa berkata dengan suara lirih.

"Justru kalau kita tetap di sana, gue gak yakin kita bisa tetap aman. Lebih aman kita terus bergerak seperti ini sekalian mencari 4 cecunguk itu. Tenang aja, El. Ada gue di sini." Farah berusaha memasang senyum meyakinkan. Setidaknya saat ini dia harus terlihat kuat di depan Elsa. Dia sudah sedia pisau lipat di saku celananya dan semprotan merica di dalam tas kecilnya untuk berjaga-jaga.

Mereka berdua terus berjalan menelusuri hutan dengan hati-hati. Sesekali Farah berteriak memanggil nama keempat teman lelaki yang dicarinya. Setelah sekitar satu jam mencari,  Elsa melihat seseorang yang sedang berjalan di kejauhan.

"Far, coba lihat di sana. Ada orang." ucap Elsa sambil menunjuk ke arah sosok itu. Dari postur dan rambutnya yang pendek, sepertinya seorang pria.

Farah langsung menoleh dan melihat ke arah yang ditunjuk. "Mana? Gak ada tuh." Farah memicingkan matanya berusaha memfokuskan pandangan. "Gak ada siapa-siapa di sana, cuma pohon."

"Ada. Coba lihat yang bener." kata Elsa bersikeras.

"Gue udah pelototin tapi gak ada. Gak ada orang, El. Itu pohon." ujar Farah sambil menyapu pandang, barangkali ada sesuatu yang luput dari penglihatannya.

"Ih kamu mah. Kalau kita gak cepet, kita bisa kehilangan satu-satunya kesempatan. Siapa tau orang itu tau di mana Chris dan yang lain." Elsa meraih tangan kiri Farah dan menariknya.

Kampung Santet (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang