Part 3

3.1K 136 20
                                    

Mereka sudah mendirikan dua buah tenda. Satu tenda untuk elsa dan farah, satu tenda lagi yang berukuran lebih besar ditempati oleh Chris serta tiga lelaki bujang itu.

Hari semakin gelap. Bondan dan Adam menyiapkan api unggun dengan menumpuk semua kayu yang dikumpulkan oleh Chris dan Donny. Udara dingin di area itu mulai menembus celah-celah baju yang mereka kenakan, menyebar ke sekujur tubuh. Mereka lalu berkumpul mengitari api unggun itu. Lumayan, kini mereka merasa lebih hangat.

"Kalian mau minum apa?" tanya Donny.

"Gue sama Elsa Floridina dingin," jawab Farah.

"Gue kopi hangat," sambung Chris.

"Gue mau es jeruk, es kelapa muda, sama gorengannya Mpok Idah," timpal Adam.

"Eh, kadal kebon. Kau kira awak tukang es apa?  Kita di hutan, bego! Mana ada gorengannya Mpok Idah di sini?" balas Donny dengan gaya ngegas khas Medannya.

"Ye kaga usah ngegas juga kali, Don. Lo gak pernah nonton sinetron azab? Orang yang hobi ngegas semasa hidupnya, di dalam makamnya nanti banyak tabung gas elpiji ijonya." Adam memasang wajah sok serius.

"Bangsat sinetron azab." Donny tertawa terbahak-bahak, "Gue jadi inget jenazah yang kelempar ke gilingan semen itu. Asli kocak parah." Donny masih terbahak.

"Gokil parah anjir sutradaranya." Adam ikut tertawa.

"Donny! Buruan ambilin, ngakak bae lo!" sergah Farah.

"Iye iye, inces Farah. Bentar gue ambilin."

Donny berjalan mendekat ke mobil untuk mengambil minuman tanpa sadar bahwa ia melupakan satu orang yang belum menyebutkan pesanannya. Donny mungkin benar-benar lupa, namun Bondan berpikir yang sebaliknya. Donny pasti sengaja, sedari awal laki-laki itu memang tidak mengakui keberadaannya. Kedua tangan Bondan mengepal erat, menahan kesal sekaligus sedih di dalam hati.

Di sisi yang lain, Chris berjalan mendekati Elsa yang tengah duduk dengan menyandarkan kepalanya ke pundak Farah. Matanya terpejam. Sepertinya ia masih pusing sehabis perjalanan.

"Elsa," panggil Chris lembut.

"El, dipanggil Chris tuh ," ujar farah.

Elsa mendongak dan membuka matanya. "Kenapa, Chris? Kenapa manggil aku?"

"Lo masih pusing ya? Mau gue ambilin obat lagi?"

"Udah mendingan kok, Chris. Aku cuma agak capek aja." Elsa memasang senyum sumringah.

Chris membalas senyum. Elsa terlihat begitu manis pula hari ini. Memang wajahnya tidak secantik Farah, namun entah kenapa Chris begitu betah memandanginya. Bentuk wajah Elsa agak bulat, kedua matanya lebar, hidungnya pesek dan bibirnya kecil, lalu warna kulitnya kuning kecokelatan. Semua itu menghasilkan perpaduan unik yang menyegarkan sekaligus meneduhkan mata. Belum lagi perangainya yang sopan dan lembut kepada siapa saja. Pasti Elsa disukai banyak pria.

"Mau gue nyanyiin?" tanya Chris.

Elsa mengangguk, "Boleh."

"Suka lagu apa?"

"Hmm... Ed Sheeran. Photograph."

"Ekhem." Farah berdeham keras, "Gue mau juga dong dinyanyiin. Masa Elsa doang yang lo nyanyiin." Farah memasang seringai penuh arti.

"Iya boleh kok, tinggal request aja. Bentar gue ambil gitar di mobil dulu."

***

Tak terasa hari sudah gelap. Setelah menikmati lagu yang dinyanyikan Chris diiringi genjrang-genjreng gitarnya yang mantap dan makan malam, Elsa dan Farah kini tidur nyenyak di dalam tenda. Bondan juga telah tidur lelap di tenda satunya. Tersisah Adam, Donny dan Chris yang masih sibuk mengobrol sambil minum kopi hangat.

Kampung Santet (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang