Part 8

2.1K 118 15
                                    

Para hadirin warga Kampung Santet!
Jangan lupa pasang sabuk pengaman agar saat membaca tidak menakuti pikiran kalian. Gak kek doi yang selalu hadir mengahantuiku.

Happy reading.

***


Setelah berjalan kaki sekitar satu jam, akhirnya Chris dan Donny berhasil kembali ke perkemahan. Aneh sekali, tidak ada tanda-tanda aktivitas apapun. Mungkin mereka masih tidur, pikir Chris.

Mata Chris membelalak begitu menangkap pemandangan yang cukup mengerikan dan menjijikkan ketika membuka tenda. Apa yang terjadi? Kenapa banyak bercak darah di mana-mana?

"Darah lagi astaga." Donny refleks menutup hidung dan mulut dengan telapak tangan. Semenjak kejadian semalam, Donny menjadi trauma. Saat melihat darah, ingatan tentang kepala monyet yang dimakannya terlintas di dalam kepalanya. Dia lekas menjauh.

"Farah dan Elsa gimana?" Chris terlihat panik. Dia segera berlari menuju ke tenda satunya.

"Farah, Elsa. Kalian di dalam?"

Tidak ada jawaban. Chris mencoba memanggil mereka lagi. Namun hingga panggilan ketiga tetap tidak ada jawaban apapun sehingga Chris membuka paksa tenda itu. Wajahnya langsung pucat pasi begitu menyadari di ruangan tenda itu tidak ada siapa-siapa.

"Don, mereka hilang."

Donny menoleh dan mengernyitkan dahi. "Serius lo?"

Donny berjalan menghampiri Chris. Matanya melebar tak percaya. Jangan bilang mereka juga mengalami nasib yang sama seperti Adam? Darahnya serasa mendidih, amarah yang dipendamnya semakin berkobar.

"Kita harus cari mereka," kata Chris.

"Harus. Gue pengen tau siapa yang berani-beraninya nyantet Adam sampe tewas. Dan sekarang ngincer dua cewek yang nggak punya salah apa-apa. Pengen gue gorok." Donny menyeringai.

Chris sedikit bergidik ngeri. "Jangan suudzon dulu. Bisa jadi mereka bukannya hilang, tapi lagi nyariin kita. Kita 'kan sempet ngilang lumayan lama dari semalem.

"Ya ya apapun alasannya."

Setelah mengambil beberapa perlengkapan, Chris dan Donny mulai melakukan pencarian. Sembari meneriakkan nama-nama orang yang mereka cari, mereka terus berjalan menembus hutan. Hari semakin sore, namun pencarian mereka masih belum membuahkan hasil.

"Cih, hujan." Donny berdecak kesal mendapati wajah dan tangannya terkena tetesan air yang jatuh dari langit. Buru-buru dia memakai jas hujan plastiknya, begitupun Chris.

Kembali mereka melanjutkan perjalanan. Hingga mega merah ditelan langit gelap pun, tak jua mereka menemukannya. Meskipun lelah secara fisik, mereka terus berusaha hingga suara mereka menjadi serak karena terlalu banyak berteriak.

"Tolong! Siapapun, tolong aku!"

Chris dan Donny tersentak kaget. Mereka menoleh ke asal suara.

"Itu si Elsa 'kan?" tanya Donny memastikan.

Chris mengangguk. "Ayo cepat ke sana."

Mereka berlari mengikuti sumber suara. Hentakan kaki yang beradu dengan tanah yang basah terdengar cukup keras. Menyusuri gelapnya hutan yang disertai gerimis.

"Arah sini, Don. Cepat!"

Perasaan Chris menjadi lega begitu menangkap sosok Elsa yang terlihat baik-baik saja. Tunggu dulu. Kenapa Elsa berlari ketakutan seperti itu? Tatapan Chris lalu tertuju kepada seseorang yang mengejar Elsa di belakang. Wanita cantik yang sudah sangat dikenalnya, tapi entah kenapa auranya aneh. Matanya memancarkan sorot merah menyala, seringaian lebarnya terlihat mengerikan. Itu Farah 'kan? Apa yang terjadi?

"Elsa!" panggil Chris sembari berlari mendekat.

"Chris! Aku tau kamu bakal dateng." Elsa memasang senyum lega sekilas. Tiba-tiba Farah berdiri menghadang di depan Elsa. Gerakan yang terlalu cepat, seolah-olah dia melakukan teleportasi.

"Mati." suara Farah terdengar begitu dingin mengintimidasi. Dia lalu mencekik Elsa.

"Sudah gue duga, nggak mungkin Adam mati gitu aja gara-gara santet."

Sebuah bogem mentah pun mendarat sempurna di pipi Farah, menyebabkannya terpental lalu jatuh terkapar menghantam tanah becek. Elsa langsung terduduk lemas begitu cekikan di lehernya lepas. Dia berusaha mengambil napas sebanyak mungkin. Chris menghampiri Elsa untuk memberikan tepukan lembut di punggungnya.

Sementara Donny, dia menghampiri Farah yang masih terkapar dengan tatapan seolah ingin memakan wanita itu hidup-hidup. "Lo udah bunuh Adam, sekarang mau bunuh Elsa. Lo ada dendam apa, hah? Adam itu sepupu elo, Elsa temen elo! Lo gila, hah?!"

Elsa langsung terperanjat kaget. "Adam... dibunuh?"

"Iya. Mayatnya sekarang diurus warga kampung."

Rasanya Elsa ingin pingsan. Wajahnya semakin pucat dengan keringat dingin. Ini tidak mungkin 'kan?

"Sekarang gue mau bikin perhitungan sama elo. Bangun."

Farah bergeming.

"Bangun, Far!" Donny mengeraskan suaranya tapi tetap saja Farah tidak merespon apapun. Donny semakin kesal lalu menaikkan lagi suaranya.

"Bangun lo, Nyet!"

Farah mulai bergerak. Perlahan dia berdiri lalu berbalik menghadap Donny. Dia lalu meraung keras.

"HRAAAGGHHH!"

Farah semakin menjadi-jadi. Sorot mata merahnya fokus tertuju pada Donny. Seringaiannya melebar hingga menampilkan gigi taring yang tumbuh secara misterius. Tapi  gerakan Farah aneh, seperti melawan sesuatu. Beberapa kali dia berusaha mencekik dirinya sendiri, lalu berteriak dengan suara besar yang menakutkan. Donny berdiri tertegun melihatnya.

"Donny! Farah itu kesurupan!" teriak Elsa.

Donny tersadar. "Oh. Pantes aneh banget tingkahnya. Dipanggil namanya nggak nyaut. Giliran dipanggil 'monyet', menggila dia."

"Bukan saatnya becanda, goblok." Chris menyikut perutnya agak keras. "Lo bisa ngerukyah nggak?"

"Mana bisa lah." Donny menghela napas. "Lo pegangin tangan dan kepalanya, gue kakinya."

"Kenapa nggak lo aja yang pegangin tangan dan kepala?" Chris sedikit mengernyit.

"Lo 'kan lebih gede dari gue, jadi lebih kuat. Dan juga, darah lo lebih enak. Karena elo turunan bule dan cogan. Sok, dipersilakan Tuan Chris memulai dulu."

"Sianying, lo kira dia kesurupan GGS apa." Chris tertawa kecil. "Yodah, gue mulai dulu."

Chris mulai berjalan mendekati Farah. Wanita itu terus menggeliat dan mencoba mencekik lehernya sendiri. Dengan gerakan cepat, Chris menyelinap ke belakang lalu memeluk Farah.

"Far, ini gue. Lo tenang ya, gue bakal bantu lo lepas dari ini." Chris memegangi tangan Farah dengan satu tangan besarnya agar tidak lagi mencoba mencekik, sementara tangan lainnya memegangi kepala dengan posisi telapak tangan menutup mata Farah.

"C-chris..." Akhirnya Farah bisa bersuara normal, walaupun terbata-bata.

"Iya, ini gue," jawab Chris lembut.

"Elsa... gue hampir ngebunuh dia... makhluk ini... kuat banget..."

"Elsa udah aman kok. Lo tenang aja."

Farah kembali meraung. Tubuhnya kembali menggeliat namun Chris menahannya dengan tangan dan batang tubuhnya.

"Lo pasti bisa menang, Nyet. Kalahkan dia," kata Donny.

"Diem lo, kampret..."

Tubuh itu lalu melemas lalu jatuh. Chris melepas pegangannya lalu menangkap Farah dengan sigap. Setelah menggila seperti itu, kini Farah tertidur pulas seperti bayi. Dengan bantuan Donny, mereka memapah Farah untuk kembali ke tenda mereka.

***

"Apa yang terjadi? Kenapa Farah bisa sampe kesurupan?" tanya Chris.

"Tadi Farah sempet jatoh dan tiba-tiba nyekek leherku." Elsa memberi jeda sejenak. "Awalnya kita liat darah di tenda kalian. Kita kira kalian diculik atau gimana, terus kita nyari kalian deh. Terus aku liat ada kayak bapak-bapak, kita ikuti tapi malah nyasar. Nah, terus pas istirahat kita denger suara Bondan, lalu kita ikuti suaranya. Ada keanehan. Bondan dibawa makhluk tinggi gede, terus dia ngelempar Bondan gitu aja ke jurang. Habis itu ngilang tanpa bekas. Kita nggak sempet turun ke jurang buat cek, kata Farah terlalu bahaya. Jadi kita balik deh buat nyari kalian terus ya Farah kepleset, jatoh. Tau-tau nyekek aku."

"Hah? Jadi Bondan tewas?" Donny dan Chris sama-sama terkejut.

"M-mungkin," jawab Elsa.

"Jadi si Farah bareng elo terus dari kemaren sampe sekarang?" tanya Donny.

Elsa mengangguk. "Iya."

Donny mendesah lelah. Dia tadi sempat menuduh Farah yang membunuh Adam, sekarang perasaannya menjadi semakin tidak enak. Dia berhutang penjelasan yang sangat banyak kepada Farah ketika bangun nanti. Tonjokan yang tadi dilayangkan pasti meninggalkan bengkak dan lebam di pipi Farah. Donny harus minta maaf.

Gerimis yang turun kini mereda. Malam semakin gelap dan sunyi. Untung saja mereka membawa senter. Sambil menahan rasa dingin yang menusuk tulang, mereka terus berjalan dengan panduan kompas yang dibawa Donny.

"Kalo kalian, kenapa tiba-tiba ngilang? Terus Adam... dia beneran... udah meninggal?" tanya Elsa.

Chris dan Donny sama-sama terdiam. Mereka saling melirik satu sama lain seolah melakukan telepati. Donny memberi isyarat dengan dagunya agar Chris saja yang bercerita.

“Jadi gini, waktu kalian udah tidur, kita ngikutin Adam. Awalnya kita ngira itu orang random yang lagi jalan-jalan di hutan apa gimana, aneh banget sih. Makanya kita penasaran terus ngikutin. Ternyata bener si Adam..."

Elsa terus mendengarkan Chris bercerita tanpa interupsi, sesekali dia akan mengangguk-angguk. Lalu di akhir cerita, Elsa tiba-tiba menangis. Ini terlalu kejam dan tidak masuk akal. Kini pikirannya diselimuti oleh rasa takut tentang apa yang akan terjadi pada mereka. Hutan ini penuh misteri. Sepertinya mereka harus segera pergi meninggalkannya.

Akhirnya sampai juga di perkemahan. Setelah meletakkan Farah untuk tidur bersama Elsa di tenda mereka, Chris dan Donny membuat api unggun. Mereka mengumpulkan kayu ala kadarnya di sekitar tenda. Malam ini mereka memutuskan untuk berjaga. Setelah apa yang terjadi kemarin malam, mana mungkin mereka bisa tidur tenang.

“Bawa korek api gak lu Don?” tanya Chris.

“Bawa lah. kalau gak bawa mana bisa ngerokok gue,“ ujar Donny sambil mengeluarkan korek api dari saku celananya.

Api unggun pun mulai menampakkan dirinya, Chris dan Donny sedikit mendekatkan diri agar tubuhnya merasa hangat. Sedikit demi sedikit kayu yang dikumpulkan mulai Donny lemparkan ke dalam tumpukan kayu yang terbakar. Hingga tiupan angin mengelus pipi Chris dengan lembut seperti ada yang menyentuhnya.

“Anjir, apaan dah,” ucap Chris yang terlonjak kaget sambil mengusap pipi.

“Napa lo?” tanya Donny yang merasa keheranan melihat tingkah laku Chris.

“Gatau nih, kayak ada yang ngelus pipi gue, “

“Yang bener lo, jangan nakutin gue, “

Perlahan Donny mendekatkan dirinya hingga duduk saling menempel dengan Chris. Bulu kuduk mereka berdiri, semakin malam suasana hutan semakin mencekam. Berulang kali ada yang memanggil nama mereka, ada yang berbuat jahil tanpa menampakkan wujudnya. Seketika hembusan angin kencang lewat begitu saja hingga memadamkan api unggun yang menyala di hadapan mereka.

“Eh mie setan tahu tempe,” ucap Donny yang terlonjak kaget dan spontan memeluk Chris dengan erat seperti teletubies.

“Biasa aja napa gak usah rangkul gue. Keturunan Homonilupus lo yak, “ ujar Chris sambil melepaskan rangkulan tangan Donny dengan ekspresi setengah risih.

Tiba- tiba sesosok makhluk muncul di hadapan mereka. Wanita berkulit putih pucat dengan bibir sobek nyaris sampai telinga dan tanpa bola mata, berpakaian terusan putih dan tercium bau bunga melati yang begitu tajam. Chris dan Donny dibuat terpaku tanpa kata. Wajah mereka yang pucat dengan bulu kuduk yang berdiri sudah menunjukkan perasaan mereka saat ini. Setelah memamerkan senyum lebarnya, sosok itu menghilang dan api kembali menyala. Hingga kedua lelaki itu tak sadar terlelap dalam kelelahan dan ketakutan yang membawanya ke alam mimpi.

***

Terima kasih telah meninggal pesawat. Jangan lupa untuk memberikan vote dan komen agar kalian tidak dihantui saat tidur.
Nantikan episode selanjutnya hanya di Wattpad.

Salam dari Author manusia kutub dan Ratu Hode.




Kampung Santet (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang