Chap 7: Kericuhan [+21]

38.4K 1K 26
                                    

Seminggu kemudian...

"Kemana Elena?" tanya Fernandez kepada gadis yang melayaninya. Bola mata gadis itu terasa familiar di matanya, tapi ia tidak yakin mirip siapa hingga tidak terlalu memusingkan. Terlebih wajahnya sebagian tertutup masker.

"Elena?" suara gadis itu agak teredam karena masker yang dikenakannya. Ekspresinya tampak bingung. Ekor matanya sekilas melirik ke arah pintu yang tertutup tidak jauh dari posisinya berdiri, tepat di sebelah kanan.

"Ya. Ia bekerja di sini dan hanya ia yang tahu jelas seperti apa pesananku." Alis Fernandez terangkat sebelah dan kedua tangannya berada di saku. "Aku ingin ia yang berdiri di depanku sekarang."

"Untuk sementara kau bisa—" Kalimat gadis itu tidak selesai karena pintu itu terbuka lebar dan memunculkan sosok Elena Corrigan yang beruraian air mata. Menarik ingusnya dan menyeka kasar air matanya.

Ketika Elena melewati Fernandez, lelaki itu segera mencegatnya. "Elena ada apa?" tanyanya. Tapi Elena tidak menjawab dan hanya mengukir senyum pahit singkat.

Tidak lama kemudian kepala Fernandez terfokus pada seorang lelaki gendut yang keluar dari pintu yang sama dilalui Elena. Terlihat kesal dan menatap penuh pengusiran pada Elena.

Fernandez menyipitkan matanya. Lalu bertanya pada Elena tanpa melepaskan tatapan dari lelaki gendut itu. "Ia adalah Bosmu?"

"Kau ingin satu coffee seperti biasanya?" tanya Elena sekedar mengalihkan, membuat Fernandez menatapnya sekilas. Elena kemudian berseru pada Milly dan memberitahu pesanan biasa yang diorder oleh Fernandez.

"Tidak. Aku tidak ingin minum apapun," sela Fernandez dingin kepada gadis masker yang bernama Milly itu agar tidak jadi menyiapkan pesanannya.

"Kau dipecat?" tebak Fernandez pada Elena, tapi tatapannya tertuju pada lelaki gendut yang menyorot sinis ke arah mereka.

"Andez. Aku..." Elena seketika terbelalak memandang Fernandez menggeram. Juga tangan lelaki itu yang terkepal kuat.

Sebelum sempat Elena mencegahnya, Fernandez telah menyerang Bosnya, melayangkan tinju tepat di muka hingga lelaki gendut itu tersungkur. Mengakibatkan kehebohan di kedai kopi itu. Para pengunjung yang sedang bersantai mendadak berdiri dari kursi, menyingkir dengan wajah terkejut.

Termasuk Milly yang berdiri di meja kasir membulatkan mata kaget.

"Andez. Apa yang kau lakukan?" bisik Elena panik menarik menjauh Fernandez dari Bosnya yang menjadi tampak marah.

"Kau anak muda sialan. Apa kau sudah gila memukulku?!" murka Bos Elena yang bangkit dan mencengkram kemeja Fernandez tapi hanya tatapan datar yang dilayangkan Fernandez.

"Itu hukuman untukmu karena kau memecat kekasihku. Dan kupastikan besok kedaimu sudah jadi milikku. Jadi kau harus tunduk padaku setelahnya."

"A-apa?"

Fernandez mengeluarkan kartu namanya dengan santai dari dompet. Menunjukkannya kepada Bos Elena. Membuat cekalan di kerah kemeja itu seketika terlepas. Wajah lelaki gendut itu terkesiap juga begitu cemas.

Lalu tiba-tiba lelaki gendut itu bertanya kepada Elena dengan nyali menciut. "Kau adalah kekasih pria ini Elena?"

"Aku..." Elena seketika menjadi gugup sendiri. Pasalnya seluruh mata tertuju padanya, memerhatikan dengan seksama. Termasuk Bosnya dan teman baiknya yaitu Milly. Gadis yang selalu mengenakan masker dan berada di balik mesin kasir.

Fernandez ikut menatap Elena. Ia berdeham, membuat Elena melanjutkan, "Sejujurnya ya. Tapi entahlah."

"Dan tiga hari lagi kita akan menikah," cetus Fernandez menyambung, mengunci bola mata Elena.
Sorakan dan siulan seketika menggema di kedai itu. Suara bisik-bisik terpana juga turut menghiasi ruangan yang cukup luas itu.

End Game [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang